Hantu Kecemburuan Sosial di Indonesia

5e60ecd0873c4Oleh Reza A.A Wattimena

Kita membayar pajak, supaya pemerintah menggunakannya untuk keamanan dan pembangunan negara. Namun, ketika pejabat pajak memiliki harta kekayaan yang amat besar, dan hidup bergelimangan kemewahan, ada sesuatu yang salah. Itulah yang terjadi di Indonesia di awal 2023 ini. Pelayan rakyat bergelimangan kemewahan, sementara rakyatnya hidup dalam kesulitan, tanpa henti.

Salah satunya adalah Rafael Alun Trisambodo. Total hartanya menyentuh 52 Milliar Rupiah. Data lengkapnya bisa anda dapatkan di berbagai media. Rafael tentu tidak sendirian. Begitu banyak pejabat negara, pelayan rakyat, hidup dalam gelimang harta hasil mencuri, dan membiarkan seluruh bangsa ini tenggelam dalam kemiskinan dan kebodohan. Lanjutkan membaca Hantu Kecemburuan Sosial di Indonesia

Apa yang Membuat Thomas Aquinas Bungkam?

4963735-HSC00001-7Oleh Reza A.A Wattimena

Pada 1273, setelah menjalani ibadah, Thomas Aquinas terdiam. Inilah sosok filsuf Eropa terbesar abad pertengahan. Pengaruhnya masih terasa di masa kini, terutama di bidang teologi, filsafat Ketuhanan, Logika, Metafisika dan filsafat politik. Pagi itu, Thomas terdiam membisu.

Ia berhenti menulis. Ia tidak berkata apapun. Padahal, ia sedang menulis karya besarnya yang belum selesai, yakni Summa Theologica. Di dalamnya, berbagai tema di dalam filsafat dan teologi dibahas dalam dialog dengan filsafat Yunani Kuno, terutama karya Aristoteles. Lanjutkan membaca Apa yang Membuat Thomas Aquinas Bungkam?

Kematian Sebagai Kesalahpahaman

cefa0c6cf8ffc2925a40d08dd8d62dc4Pandangan Sadhguru dan Dzongsar Rinpoche tentang Yoga dari Kematian

Oleh Reza A.A Wattimena

Yoga adalah kesatuan (union). Ia adalah sekumpulan pengetahuan dan laku untuk membawa manusia menyadari dirinya yang asli. Diri asli tersebut selalu terhubung dengan segala yang ada. Di dalam Weda (Veda), Kitab Suci Hindu, segala yang ada berada di dalam pelukan Brahman, yakni kesadaran semesta. Brahman tak bisa dipisahkan dari segala yang ada, termasuk diri manusia.[1] Yoga adalah cara untuk mencapai pemahaman tertinggi ini, dan bukan gerak lekuk tubuh berlebihan, seperti dipahami banyak orang sekarang ini.

Bagaimana tradisi Yoga yang berakar pada Weda ini memandang kematian? Pertanyaan inilah yang ingin dijawab di dalam tulisan ini. Kematian adalah berakhirnya seorang pribadi, termasuk tubuh dan keberadannya di dunia. Sosok pribadi pun hanya tinggal ingatan di dalam batin keluarga dan kerabat. Namun, di mata tradisi Yoga, ini adalah kesalahpahaman. Lanjutkan membaca Kematian Sebagai Kesalahpahaman

Nirvana Zen

Nirvana-PconOleh Reza A.A Wattimena

Minggu malam, hujan tak kunjung usai. Sudah dua hari ini, Jakarta diguyur hujan. Udara dingin dan segar. Namun, rasa sedih dan kelabu bertumbuh di kalbu.

Saya sendiri terus terguyur hujan. Acara keluar tak kunjung selesai. Harapannya, sakit tak lahir di tubuh. Makanya, sepenuhnya di hari Minggu, saya beristirahat di rumah. Lanjutkan membaca Nirvana Zen

Overdosis Multidimensi

D868w1Q1dasaRu3vQtV7Oleh Reza A.A Wattimena

Ketika hendak menyeberang sungai atau lautan, orang menggunakan perahu atau kapal laut. Tidak ada jalan lain. Namun ketika sudah sampai di seberang, perahu tersebut dibuang. Ia tidak dibawa lagi.

Hanya orang bodoh yang menggendong perahu di daratan. Perahu hanyalah alat bantu. Tidak lebih dan tidak kurang. Ia tidak memiliki nilai pada dirinya sendiri. Lanjutkan membaca Overdosis Multidimensi

Pertautan Antara Kematian, Kesadaran dan Pembebasan Seutuhnya

3813603-HSC00001-7Oleh Reza A.A Wattimena

“Za, si Adi sudah ga ada.” Begitu bunyi notifikasi Whatsapp saya di malam hari. Sahabat saya itu sudah berpulang. Dia yang banyak menemani saya, ketika saya menjalani perceraian beberapa tahun lalu.

Dua bulan lalu, ia menghubungi saya. Katanya, dia kangen, dan ingin berdiskusi dengan saya. Dia memang sangat menikmati diskusi filsafat. Banyak pencerahan dan kebijaksanaan yang didapat, begitu katanya. Lanjutkan membaca Pertautan Antara Kematian, Kesadaran dan Pembebasan Seutuhnya

Publikasi Terbaru: Mencari Tuhan di dalam Otak? Mengurai Prinsip-prinsip Dasar Neuroteologi

Landscape-Surrealism-Canvas-Painting-On-Wall-Art-Optical-Illusion-Posters-And-Prints-Home-Decor-Brain-Picture.jpg_640x640Oleh Reza A.A Wattimena

Tulisan ini mengurai prinsip-prinsip dasar di dalam neuroteologi. Awalnya akan dibahas soal pemahaman dasar dan sejarah singkat neuroteologi. Lalu akan dijelaskan secara detil prinsip dan konsep kunci di dalam neuroteologi. Kajian ini memang mendamaikan dua disiplin ilmu yang selama ini dianggap bertentangan. Teologi dengan dasar iman di dalam tradisi agama tertentu. Sementara, neurosains dengan pendekatan metode penelitian ilmiah yang melulu eksperimental, rasional dan empiris. Neuroteologi mencari titik seimbang diantara keduanya, lalu digunakan untuk memperoleh pemahaman lebih jauh soal pengalaman spiritual dan kehidupan beragama manusia.

Kata-kata Kunci: Neuroteologi, Neurosains, Teologi, Otak, Tuhan

Jurnal bisa diunduh disini:

Jurnal Reza, Otak dan Tuhan

Kisah Dua Zen Master

5709Oleh Reza A.A Wattimena

Namanya Soleh. Sejak saya kecil, ia sudah berjualan es krim. Setiap sore, sekitar jam 4.30, ia lewat depan rumah saya. Suara kentungan gong kecil yang selalu membuat anak-anak di sekitar rumah saya bergembira.

Yang kedua bernama Paiman. Ia berjualan soto mie. Sekitar jam 5 sore, ia juga lewat depan rumah saya. Dulu, ibu saya suka membeli soto mie darinya. Kini, sesekali, saya juga belanja darinya. Lanjutkan membaca Kisah Dua Zen Master

Haruskah Tunduk pada Tekanan Sosial?

3155607-HSC00002-7Oleh Reza A.A Wattimena

Berkendara di Jakarta memang serba salah. Ketika lampu lalu lintas berwarna merah, saya berhenti. Namun, banyak kendaraan di belakang saya terus membunyikan klakson, supaya saya berjalan. Jalanan memang lagi sepi.

Saya tetap berhenti, karena saya tidak mau ambil resiko melanggar lampu lalu lintas. Saya juga tak mau membahayakan diri saya dan orang lain. Namun, tekanan sosial lewat klakson dari belakang terus berbunyi, supaya saya melaju, dan melanggar lampu merah yang sedang menyala. Pernahkah anda mengalami hal serupa? Lanjutkan membaca Haruskah Tunduk pada Tekanan Sosial?

Jangan Takut Pada Awan

this is photo compilation
this is photo compilation

Oleh Reza A.A Wattimena

31 Desember 2022, jam 12 malam. Suara petasan melingkupi ruang dan waktu. Saya sedang berada di Ameth, Nusalaut. Pulau kecil di Ambon, sekitar 2,5 jam dengan Speedboat dari Kota Ambon, atau 6 jam dengan menggunakan kapal Feri.

Dada terasa sesak. Ada emosi kuat muncul di dada. Saya tak menamainya. Saya hanya menyadari dan mengamati emosi kuat tersebut. Lanjutkan membaca Jangan Takut Pada Awan

Filosofi Sederhana Tahun 2023

surreal-hope-peace-love-nature-young-girl-pets-whale-scene-humpback-animal-floats-air-deep-dark-woods-108198271Oleh Dhimas Anugrah, Ketua Circles Indonesia (Komunitas Pembelajar Budaya, Filsafat, dan Sains)

Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno penah mengatakan, bangsa Indonesia setiap hari digembleng oleh keadaan. “Digembleng, hampir hancur lebur, bangun kembali. Digembleng, hampir hancur lebur, bangun kembali,” ujarnya dengan lantang. Seperti pidato di atas, di tahun 2022 ini kita mungkin juga sudah babak belur dihantam krisis. Anda dan saya bisa saja hampir hancur lebur. Tapi, kini saatnya kita bangkit.

Tidak sedikit sahabat saya berkeluh kesah karena merasa penat menjalani 2022 yang berselimut tantangan. Dalam beberapa momen di tahun ini, kita seperti digembleng dalam cobaan yang tidak dapat dipastikan kapan berakhir. Namun, mengacu pada pidato Bung Karno tadi, kita disadarkan untuk menjadi individu yang tidak boleh kalah oleh keadaan di luar kendali kita. Situasi yang sulit itu justru menjadi kesempatan bagi Anda untuk bangkit. Sebab menurut Sang Penyambung Lidah Rakyat, hanya dengan jalan demikianlah kita bisa menjadi manusia yang benar-benar “berotot kawat balung wesi” (tulang besi). Lanjutkan membaca Filosofi Sederhana Tahun 2023

Cara Tercepat (dan Termudah?) Memajukan Indonesia

1000_F_89002249_Z645Kky0Z3JhhTbwMEqdSOfvY3Gc0HPQOleh Reza A.A Wattimena

Saya tertarik menanggapi tulisan seorang teman: ini linknya. Di Rumah Filsafat, ia menulis soal cara tercepat dan termudah untuk menghancurkan negara. Bentuk dan sebarkan kehadiran lembaga-lembaga intoleran yang ekstrem dan siap melakukan kekerasan. Negara tersebut akan hancur dari dalam.

Saya ingin membalik pertanyaannya, bagaimana cara tercepat (dan mungkin termudah?) untuk membangun negara, terutama Indonesia? Ada enam jalan yang bisa ditempuh. Saya sebut termudah, karena jika ini tidak dilakukan, Indonesia bisa pecah. Perang saudara akan menghapus Indonesia dari peta dunia. Lanjutkan membaca Cara Tercepat (dan Termudah?) Memajukan Indonesia

Keterlibatan sebagai Jalan Pembebasan

Adnams, Marion Elizabeth, 1898-1995; L'infante egaree
Adnams, Marion Elizabeth; L’infante egaree; Manchester Art Gallery; 

Oleh Reza A.A Wattimena

Seperti biasa, saya menyapu di pagi hari. Saya bangga, bahwa saya membersihkan rumah saya sendiri. Setiap hari, saya melakukannya. Kecuali, banyak pekerjaan yang harus dilakukan, dan saya harus beristirahat.

Tanpa sadar, pikiran saya melantur. Saya ingat beberapa peristiwa di masa lalu. Padahal, tangan saya sedang menyapu. Saya sadar, pikiran saya bergerak menjauh dari apa yang sedang saya kerjakan. Ini terjadi lumayan sering. Lanjutkan membaca Keterlibatan sebagai Jalan Pembebasan