Seorang teman bercerita. Ia berjalan di bilangan Pasar Baru, Jakarta. Ini tempat belanja klasik. Banyak barang yang menarik untuk dilihat.
Tiba-tiba terdengar suara pria. Hei, cewek, dari mana? Pertanyaan itu dibarengi dengan siulan yang terkesan kurang ajar. Teman saya kaget. Hari gini, masih ada orang “kampungan” yang suka menggoda perempuan di jalan? Lanjutkan membaca Apakah Pria Indonesia Berotak Kotor?
Hampir jam 8 malam. Hujan mendadak tiba. Dari pelan, secara perlahan, ia menjadi keras. Suara orang berteriak-teriak di rumah ibadah terdekat terdengar keras.
Beberapa teman berkumpul di depan rumah. Ada yang merokok. Ada yang membawa cemilan. Saya duduk dari dalam rumah, mengamati mereka. Lanjutkan membaca Hidup Seutuhnya
Beberapa teman bercerita. Mereka sudah belajar Zen. Mereka juga sudah aktif Yoga. Namun, derita dan kecewa tetap berkunjung, seolah tak ada yang berubah.
Akhirnya, mereka lelah. Ada perasaan putus asa muncul. Hidup memang penderitaan, begitu kata seorang teman. Ucapan serupa keluar dari mulut Gautama, Sang Buddha, lebih dari 2400 tahun yang lalu. Lanjutkan membaca Zen itu Seperti Kamar Kosong
Jeanne Putri, keponakan perempuan yang paling besar, berkunjung ke rumah kemarin. Spontan, ia minta gendong. Namun, karena sudah besar, saya tidak bisa lagi melakukannya. Sekarang, tubuhnya sudah besar dan berat sekali.
Pikiran memang ajaib. Di tengah keindahan, ia bisa menghadirkan derita neraka, misalnya melalui kenangan masa lalu yang kelam. Di tengah pedihnya nestapa, ia bisa menghadirkan kegembiraan, misalnya dengan harapan ke depan yang lebih cerah. Segalanya, kiranya, dibentuk dari pikiran.
Dari hal kecil, pikiran bisa menghadirkan hal-hal besar yang tak sungguh ada. Dari hal besar, pikiran bisa mengerdilkannya. Satu cacat seolah bisa mengakhiri segalanya, karena pikiran yang bergerak berlebih. Hidup bisa berakhir, karena pikiran yang terus menyiksa batin. Lanjutkan membaca Tulisan ini,.. Mungkin Akan Menyelamatkan Hidup Anda
Saya harus mengakui, pendidikan masa kecil saya tidak bagus. Di rumah, kami punya dua pembantu. Padahal, kami hanya dua bersaudara. Alhasil, kami hidup seperti layaknya putri dan pangeran.
Pikiran itu amat perkasa. Ia bisa membuat surga terasa seperti neraka, dan neraka terasa seperti surga. Begitulah kata John Milton. Pikiran bisa membuat rumah nyaman terasa seperti penyiksaan. Ia bisa membuat gubuk sederhana terasa seperti istana yang membahagiakan.
Para pemikir sepanjang sejarah sudah lama sadar, bahwa pikiran manusia yang membentuk dunia. Warna dan bentuk tidak ada di dalam kenyataan. Keduanya adalah ciptaan dari pikiran manusia. Jika anda mengira, bahwa apa yang anda lihat adalah nyata, maka anda sudah tertipu oleh pikiran anda sendiri. Lanjutkan membaca Pikiran dan Pembebasan
Jakarta, 4 Agustus 2019, rumah kami mengalami mati lampu selama kurang lebih 11 jam. Tidak hanya lampu, jaringan telepon selular pun mati. Alhasil, selama 11 jam, saya memiliki waktu hening, dan berada bersama keluarga maupun tetangga sekitar. Mungkin itu salah satu titik terangnya.
Ketika tercabut dari semua teknologi, saya teringat percakapan dengan seorang sahabat. “Coba donk menulis soal move on,” begitu katanya. Itu ide yang menarik untuk saya. Bagaimana kita bisa tetap hidup dalam kejernihan, setelah mengalami peristiwa traumatis, seperti kematian anggota keluarga, putus hubungan ataupun kegagalan-kegagalan lainnya dalam hidup? Lanjutkan membaca Dan Setelahnya…
Immanuel Kant, salah satu pemikir Eropa terbesar, menulis sebuah buku pendek pada akhir tahun 1784 di Prussia. Judulnya adalah Beantwortung der Frage: Was ist Aufklärung? Dalam bahasa Indonesia: Jawaban atas Pertanyaan, Apa itu Pencerahan? Ada satu paragraf penting yang kiranya perlu saya tulis disini.
“Pencerahan adalah keluarnya manusia dari ketidakdewasaan yang dibuatnya sendiri. Ketidakdewasaan adalah ketidakmampuan untuk menggunakan akal budi, tanpa pengarahan dari orang lain. Ketidakdewasaan ini dibuat oleh dirinya sendiri, karena sebabnya bukanlah kurangnya akal budi itu sendiri, melainkan karena kurangnya keberanian untuk berpikir tanpa pengarahan dari orang lain. Sapere Aude! Beranilah berpikir berpikir sendiri! Itulah semboyan dari Pencerahan.” (Kant, 1784) Lanjutkan membaca Berani Berpikir Sendiri… dan Setelahnya
Manusia. Mungkin salah satu mahluk paling unik di jagad ini. Kekuatan fisiknya lemah. Namun, berkat kerja sama dan kekuatan pikirannya, ia bisa menjadi begitu perkasa di planet bernama bumi ini.
Pikiran Manusia
Pikirannya begitu kompleks. Ia bisa mengingat apa yang sudah berlalu. Ia juga bisa membayangkan apa yang belum ada. Dengan pikirannya, ia bisa mendirikan organisasi yang mengubah wajah dunia. Lanjutkan membaca Berkah itu Kini Menjadi Kutuk
Apakah anda tahu salah satu lagu dari Anggun C. Sasmi yang berjudul Bayang-bayang Ilusi? Begini bunyi liriknya, “Haruskah ku hidup dalam angan anggan. Meregu ribuan impian. Haruskah ku lari dan terus berlari. Kejar bayang-bayang ilusi. Bayangan ilusi. Hanya fantasi. Bayangan ilusi.”
Lagu ini pernah menjadi hits di Indonesia pada awal tahun 1990-an lalu. Saya tergoda untuk menanggapi pertanyaan di lagu tersebut. Haruskah kita hidup dalam angan-angan dan bayangan ilusi? Jawabannya jelas: tidak. Lanjutkan membaca Jangan Mengejar Bayangan
Saya sedang membaca buku. Tiba-tiba, saya teringat, bahwa saya belum membayar tagihan listrik. Saya pun mengambil telepon seluler untuk mentransfer uang. Ternyata, banyak pesan di media sosial yang saya punya. Akhirnya, saya hanyut di dalam media sosial tersebut.
Ketika melihat sebuah foto di media sosial, saya teringat sebuah kejadian di masa lalu. Di dalam kejadian itu, saya bersama mantan kekasih saya. Kini, kami sudah berpisah. Saya pun bertanya-tanya tentang kabarnya.
Tiba-tiba, terdengar suara tukang nasi goreng lewat. Perut tiba-tiba terasa lapar, padahal saya sudah makan. Konsep nasi goreng kini memenuhi pikiran saya. Tapi tunggu dulu, saya kan sedang diet?!
Apakah anda pernah mengalami hal tersebut? Pikiran melompat dari satu hal ke hal lainnya, tanpa jarak dan tanpa sadar. Satu hal belum selesai, hal lain sudah berdatangan. Tenang saja, anda tak sendiri. Saya, dan milyaran orang lainnya, juga sering mengalaminya. Lanjutkan membaca Bagaikan Tidur Sambil Berjalan
Apa teknologi yang paling canggih di muka bumi ini? Sebagian orang akan bilang, pesawatlah teknologi tercanggih di dunia ini, apalagi pesawat luar angkasa. Namun, jika dipikirkan lebih dalam, ada satu teknologi lagi yang lebih canggih dari pesawat luar angkasa. Jawabannya mungkin tak terduga, yakni tubuh manusia.
Tubuh, Pikiran dan Emosi
Tubuh manusia memiliki beragam mekanisme yang amat kompleks. Sistem pencernaan berjalan harmonis dengan sistem pernafasan, sekaligus sistem saraf. Semuanya saling terhubung dan mendukung satu sama lain. Tubuh manusia juga mampu secara alami mengubah semua jenis makanan menjadi bagian dari dirinya. Lanjutkan membaca Tubuh, Pikiran dan Kehidupan
Saya punya bayangan untuk membuat lemari. Warnanya coklat tua, dan ada tiga pintu. Di salah satu pintu, ada cermin, supaya saya bisa menyisir di depannya di pagi hari. Lalu, saya mencari tukang yang bisa membantu saya mengubah bayangan tersebut menjadi kenyataan. Lemari coklat tua tiga pintu dimulai dari secercah ide di kepala saya.
Pikiran
Di dalam pikiran saya, ada berbagai benih kenyataan. Ada bayangan-bayangan yang bisa menjadi kenyataan, asal saya berani bertindak untuk mewujudkannya. Ini rupanya sejalan dengan ajaran filosofis yang usianya sudah ribuan tahun, bahwa pikiran adalah sumber dari segalanya. Materi, yang kita bayangkan sebagai sesuatu yang mandiri dari pikiran, pun sebenarnya adalah bentukan pikiran juga. Lanjutkan membaca Pikiran dan Pencerahan
Dosen di Unika Widya Mandala Surabaya, Doktor Filsafat dari Universitas Filsafat Muenchen, Jerman
Sejak kecil, kita diajar untuk menjadi pintar. Kita diajar untuk melatih pikiran kita, sehingga menjadi pintar. Dengan kepintaran tersebut, kita dianggap bisa hidup dengan baik di kemudian hari. Kita juga bisa menolong orang lain dengan kepintaran yang kita punya.
Hal ini bukan tanpa alasan. Dengan pikiran, manusia menciptakan filsafat. Dari filsafat kemudian berkembanglah beragam cabang ilmu pengetahuan, seperti kita kenal sekarang ini. Dari situ lahirlah teknologi yang kita gunakan sehari-hari. Lanjutkan membaca Aku Berpikir, Maka Aku… Menderita
Dosen Hubungan Internasional, Universitas Presiden, Cikarang
Sepulang ke tanah air, saya mencoba memikirkan ulang, apa peran filsafat bagi perkembangan kehidupan manusia sekarang ini. Memasuki kota Jakarta, suasana rumit sudah mulai terasa. Begitu banyak orang sibuk dengan beragam aktivitas, mulai dari berjualan rokok sampai dengan sekedar duduk menunggu untuk menjemput keluarga tercinta. Kerumitan ini berbuah kemacetan lalu lintas, terutama ketika orang pergi dan pulang dari tempat kerja.
Apa peran filsafat untuk mereka? Itu pertanyaan kecil saya. Apa yang bisa saya sumbangkan melalui filsafat yang saya pelajari di tanah asing dengan harga darah dan air mata? Atau mungkin, pendekatannya bisa sedikit dibalik, mengapa orang-orang ini, dan saya, “tidak perlu” belajar filsafat? Lanjutkan membaca Mengapa Kita “Tidak Perlu” Belajar Filsafat?
Kita hidup di dunia yang tak selalu sesuai dengan keinginan kita. Ketika keinginan dan harapan kita rontok di depan mata, kita mengalami krisis hidup. Ketika krisis berulang kali terjadi, kita pun lalu merasa putus asa. Kita mengira, bahwa hidup ini tidak bermakna, dan tidak layak untuk dijalani.
Padahal, jika dipikirkan lebih dalam, hidup adalah kemungkinan tanpa batas. Orang bisa melakukan apapun, selama ia memiliki komitmen untuk bekerja dan berpikir, guna mewujudkan harapan serta keinginannya. Salah satu kemampuan penting untuk mencapai cara berpikir ini sudah selalu terletak di otak kita sendiri. Rasa putus asa dan patah arang sebenarnya tidak perlu terjadi. Lanjutkan membaca Otak, Neuroplastisitas dan Hidup Kita
Dosen di Unika Widya Mandala, Surabaya, Peneliti di Munich, Jerman
Kita hidup di dunia yang penuh dengan orang yang kecanduan. Ada orang yang kecanduan belanja. Mereka merasa hampa dan menderita, jika tidak belanja. Ada yang kecanduan kerja. Mereka merasa hidup mereka tak berharga, jika tak bekerja dengan rajin.
Ada orang yang kecanduan bermain, atau sekedar nongkrong, sambil ngerokok dan minum bersama teman-temannya. Mereka merasa kesepian dan ketinggalan berita, jika tidak rajin nongkrong. Sekarang ini, banyak orang kecanduan internet, terutama jaringan sosial. Mereka merasa tak bisa hidup, jika tidak mengecek situs jaringan sosial mereka. Lanjutkan membaca Akar dari Segala Kecanduan
Dosen di Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya, sedang Penelitian PhD di Munich, Jerman
Sewaktu pertama kali datang ke kota Munich di Jerman 3 tahun yang lalu, saya tidak suka kota ini. Orang-orangnya tidak ramah. Mereka bergerak amat cepat, dan tidak peduli dengan orang lain. Suasananya menciptakan kesepian dan rasa tegang.
Namun, setelah tinggal disini beberapa lama, pendapat saya berubah. Orang-orang Munich tetap cuek dan berjalan amat cepat, tetapi itulah budaya dan kebiasaan mereka. Ini tidak baik, dan juga tidak buruk. Dalam banyak aspek, Munich adalah kota yang nyaman sebagai tempat tinggal, dan membangun keluarga.
Jadi, awalnya, saya berpikir A. Dan kemudian, saya berpikir B. Berikutnya, mungkin, saya akan berpikir C. Yang mana yang benar? Bagaimana memahami pikiran yang berubah-ubah ini?
Pikiran Manusia
Kota Munich tetap ada disini dan saat ini. Namun, kesan saya berubah. Pengalaman saya berubah. Kesan dan pengalaman saya pun mempengaruhi sikap hidup saya disini.
Darimana datangnya kesan dan pengalaman? Jawabannya jelas, yakni dari pikiran. Dari mana asal pikiran manusia? Ini pertanyaan menarik yang mendorong para ilmuwan dari berbagai bidang untuk melakukan penelitian. Lanjutkan membaca Sekali Lagi: Tentang Pikiran Manusia