
Manusia, Tulisan,
dan Peradaban
Oleh: REZA A.A WATTIMENA
Peradaban manusia dibentuk oleh pemikiran, dan pemikiran dirumuskan serta disebarkan melalui tulisan. Bangsa tumbuh dan hancur, namun ingatan atasnya tetap melekat dan menjadi kajian wacana. Semua dimungkinkan karena adanya tulisan yang memotret dan mengabadikan peristiwa. Tulisan adalah kisah tentang jatuh bangunnya manusia memahami dan memaknai dirinya sendiri.
Tulisan juga merupakan tanda, bahwa manusia merupakan mahluk yang hidup dan memaknai dirinya dalam simbol. Manusia adalah mahluk yang berpijak sekaligus mencipta sejarah, dan sejarahnya menjadi abadi selama itu tertulis, serta diwariskan ke generasi berikutnya. Maka tidak dapat diragukan lagi, budaya tulis menulis sangat penting untuk mengembangkan peradaban manusia secara keseluruhan.
Manusia dan Tulisan
Ernst Cassirer pernah menulis, bahwa manusia adalah animal symbolicum, yakni mahluk simbol. (Cassirer, 1944) Manusia hidup, berkembang, dan memaknai eksistensi dirinya di dalam kepungan simbol. Simbol tersebut bisa beragam, mulai dari bahasa, sampai dengan simbol-simbol matematis yang merupakan abstraksi dari realitas. Tidak hanya itu konsep ‘manusia’ pun sebenarnya suatu simbol yang mengabstraksi entitas bertubuh, berdarah, berdaging, berotot, dan mampu berpikir.
Cassirer lebih jauh berpendapat, bahwa manusia adalah mahluk hidup yang selalu berada dalam lingkup ekosistem tertentu. Ekosistem inilah yang memberikan kehidupan pada manusia. Dalam arti ini secara lebih luas, manusia adalah mahluk yang hidup dalam simbol, dan simbol itulah yang memberikan arti bagi segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Salah satu simbol yang dominan di dalam peradaban manusia adalah tulisan. (Basyir, 2008)
Kebudayaan dan peradaban merupakan hasil dari perkembangan simbol. Manusia tidak lagi pasif di hadapan alam, melainkan menjadi aktif mengartikan dan memberi makna pada dunia secara personal. Ide muncul dari pemikiran, dan menyebar melalui tulisan. Tulisanlah yang membentuk peradaban, dan melepaskan manusia dari insting dasariah yang seringkali bersifat hewani.
Di sisi lain manusia adalah mahluk historis. Identitasnya ditentukan oleh sejarah hidupnya. Ia menjadi apa yang ada sekarang, karena ia telah menempuh proses historis tertentu. Tidak hanya itu manusia pun adalah mahluk yang menyejarah. Ia terjun langsung secara kreatif mencipta ulang realitas seturut dengan pemikiran dan tindakannya.
Oleh karena itu peran dokumentasi yang permanen amatlah penting. Sejarah yang merentang ke masa lalu, masa kini, dan mengembang menjadi harapan ke masa depan perlu untuk digoreskan dengan tinta di atas kertas, supaya orang selalu jelas akan apa yang menjadi identitasnya. Ia pun bisa mewariskan ke generasi berikutnya. Tulisan adalah alat untuk mewariskan apa yang penting di masa lalu dan masa kini kepada generasi berikutnya.
Tulisan dan Peradaban
Tulisan juga melatih orang untuk menganalisis apa yang dilihat dan dialaminya. Di dalam proses menulis, orang diminta untuk sekaligus tenggelam dan mengambil jarak dari peristiwa. Sikap mengambil jarak itu memungkinkan orang untuk menganalisis dan berpikir kritis. Dalam arti ini tulisan bisa mengembangkan kesadaran kritis bagi orang-orang yang terbiasa melakukannya.
Dengan kesadaran kritis orang tidak lagi hanyut di dalam arus peristiwa, namun mampu mengambil jarak dan menentukan sikap. Peradaban adalah hasil dari kemampuan manusia untuk mengambil jarak dan bersikap kritis terhadap alam semesta yang penuh dengan ketidakpastian. Dengan akal budinya manusia memahami dan mematuhi hukum-hukum alam. Namun di dalam kepatuhan itu, manusia justru bisa bersikap bebas di hadapan alam, karena ia tidak lagi ‘dijajah’ oleh alam, melainkan mampu memanipulir hukum-hukum alam itu untuk memenuhi kebutuhannya. (Bacon, 1620)
Itulah sebenarnya hakekat dari teknologi dan peradaban. Manusia mampu menaklukan alam justru dengan terlebih dahulu memahami serta mematuhi hukum-hukumnya. Semua itu bisa berkembang, karena manusia mendokumentasikan hasil pengetahuannya dalam bentuk tulisan, dan kemudian menyebarkannya untuk memperoleh tanggapan. Tulisan adalah medium untuk mengasah dan mempublikasikan pemikiran, terutama yang berguna untuk menegaskan status manusia sebagai subyek yang mampu mencipta ulang realitas.
Dengan demikian tulisan memiliki peran penting di dalam proses penciptaan identitas, penegasan eksistensi, serta pembentuk peradaban manusia secara keseluruhan. Sebuah masyarakat baru dikatakan beradab, jika budaya tulis sudah berkembang dan mengakar di dalam masyarakat tersebut. Indonesia juga perlu menjadikan tulis menulis sebagai budaya untuk menyampaikan pendapat dan menyebarkan pemikiran. Hal ini berlaku bukan hanya untuk kaum terdidik, tetapi untuk semua orang memiliki kepentingan dan pemikiran untuk didengar. Saya jadi teringat diktum lama; “yang terkatakan akan lenyap, yang tertulis akan abadi.”
Dengan berpikir serta menulis, manusia yang rapuh dan fana ini akan mampu mewujudkan mimpi kecilnya yang sampai sekarang masih terlihat mustahil, yakni berpartisipasi di dalam keabadian. ***
Menyukai ini:
Suka Memuat...