Oleh Reza A.A Wattimena
Beberapa kali, pejabat Indonesia menggunakan kata Budaya Timur di dalam menanggapi kritik dan masukan masyarakat. Bagi mereka, Budaya Timur adalah soal sopan santun. Saya gatal mendengar komentar bodoh semacam ini. Ada lima hal yang kiranya penting untuk diperhatikan.
Pertama, Budaya Timur sama sekali bukan soal sopan santun. Ini adalah omong kosong. Ini adalah kesalahpahaman yang berakar pada kebodohan. Menyamakan Budaya Timur dengan sopan santun tidak hanya mencerminkan kebodohan pejabat tersebut, tetapi juga menyebarkan kebodohan kepada masyarakat yang sudah bertahun-tahun diperbodoh dan dipermiskin oleh pemerintahnya sendiri.
Dua, ungkapan sopan santun kerap digunakan untuk membungkam kritik. Si pejabat tak mampu menanggapi kritik dan masukan masyarakat secara cerdas. Biasanya, ia cenderung korup, dan jelas tak punya wawasan pemikiran yang luas. Lalu, ia bersembunyi di balik omong kosong sopan santun, dan ini justru membuatnya terlihat semakin kerdil.
Tiga, lalu apa arti Budaya Timur sesungguhnya? Ada banyak pandangan soal ini. Tapi, unsur terpenting adalah keterbukaan manusia pada sesuatu yang lebih dalam yang terkandung di dalam dirinya, dan juga di sekitarnya. Ada kesadaran mendasar, bahwa manusia bukan hanya tubuh ataupun pikirannya, tetapi juga kesadaran yang bersifat lebih luas, serta terhubung dengan seluruh alam semesta.
Empat, secara sederhana, dari sudut pandang Budaya Timur, manusia terdiri dari empat unsur. Unsur-unsur itu adalah akal budi, identitas, ingatan dan kesadaran. Akal budi adalah kemampuan menganalisis, dan mengambil keputusan. Identitas adalah arah akal budi tersebut, dan ingatan adalah bahan mentah yang digunakan oleh akal budi tersebut untuk menganalisis, serta membuat keputusan. Kesadaran adalah dasar kehidupan itu sendiri, atau Tuhan yang bersemayam di dalam diri manusia, maupun di seluruh alam semesta.
Lima, jelaslah, bahwa Budaya Timur tidak ada kaitan dengan sopan santun. Konflik dan perang bisa dilakukan, jika memang sungguh diperlukan. Justru sebaliknya, Budaya Timur mendorong orang untuk berpikir serta merasa untuk menyentuh unsur terdalam kehidupan, sehingga kebijaksanaan dan pencerahan pun bisa dicapai. Dalam konteks ini, proses debat dan diskusi yang panas justru sangat perlu dilakukan.
Maka, kita perlu melepas segala omong kosong soal Budaya Timur, terutama dari pejabat korup dan bodoh yang ingin mengabaikan kritik serta masukan dari masyarakat. Budaya Timur adalah soal pencarian tak pernah berhenti tentang unsur terdalam dari kehidupan itu sendiri. Sopan santun tidak hanya tidak diperlukan, tetap juga berbahaya di dalam proses ini. Kita tidak boleh lagi tertipu oleh pencitraan dangkal dan busuk dari para pelaku pelanggaran hak-hak asasi manusia berat, bocah ingusan korup serta politisi agamis radikal yang hendak menghancurkan bangsa kita, namun menggunakan beragam cara untuk menutupi kebusukan mereka.