Buku Terbaru: Zendemik, Refleksi Zen di Masa Pandemik

Oleh Reza A.A Wattimena

cover zendemik finalJari ini menyentuh keyboard komputer. Ia seolah mengalir dengan sendirinya. Saya tak lagi melihat keyboard, ketika mengetik. Ada hubungan langsung antara pikiran, saraf, otak dan jari saya, ketika menuliskan prolog ini.

Ada suara kipas angin di belakang. Ia menghadirkan angin sepoi-sepoi di dalam ruangan. Angin itu pun menerpa kulit wajah saya. Udara pengap yang ada sedikit terobati oleh kesegarannya.

Pantat saya menyentuh kulit kursi. Busa membuatnya terasa empuk. Terkadang, ia berbunyi, ketika saya bergerak. Kenyamanannya membuat saya mampu duduk lama, tanpa merasa lelah.

Di luar, cuaca sedang hujan. Air jatuh mengenai atap rumah saya. Bau tanah dari kebun depan menyelinap ke kamar. Tanaman di kebun segar tertimpa air sejak pagi.

Suara hujan mengaburkan suara-suara lainnya. Ia membantu saya hening di dalam gerak. Secara khusus, suara sentuhan air terdengar keras mengenai bak sampah di jalan raya depan. Perjumpaan air dan kayu menghasilkan suara yang khas.

Ini semua adalah Zen. Pada hakekatnya, Zen adalah pengalaman murni saat ini dan di sini. Pengalaman itu tidak dinodai oleh penilaian. Hidup pun menjadi aliran peristiwa yang terus berganti.

Kata Bodhidharma, yang dianggap sebagai Patriakh Zen pertama, Buddha bisa ditemukan di dalam batin manusia (your mind is Buddha). Tidak ada tempat lain. Batin manusia adalah kesadaran murni yang selalu bangun (Buddha). Ia bergerak di dalam setiap kegiatan yang dilakukan, mulai dari mendengar, merasa, berpikir, melihat dan sebagainya.

Kata Zen Master Seung Sahn asal Korea, Zen adalah menyadari diri sejati kita. Sebelum pikiran dan perasaan ada, siapa kamu? Keadaan batin sebelum pikiran inilah diri sejati kita. Ia adalah kesadaran murni, sebelum konsep dan bahasa muncul.

Hidup lalu menjadi seperti cermin. Semua dipantulkan apa adanya. Langit biru. Pohon hijau. Tembok putih. Semua sudah sempurna, sebagaimana adanya.

Ada waktunya, pikiran menjadi penuh. Emosi menjadi kuat. Ingatan akan masa lalu muncul ke depan. Kecemasan akan masa depan menghujam jiwa.

Kembali ke saat ini. Apa yang ada di depan mata? Apa yang didenger telinga? Kekinian akan menyelamatkan kita dari derita yang, sesungguhnya, hasil karya kita.

Pandemik boleh datang. Resesi boleh datang. Bahkan, kehancuran bumi bisa tiba. Namun, dengan kejernihan ala Zen, semua ditanggapi sebagaimana adanya dengan sikap yang tepat dan jernih. Jika sudah waktunya pergi, kita pun meninggalkan tubuh ini dengan penuh kesadaran dan kejernihan.

Buku ini adalah kumpulan tulisan di masa pandemik 2021-2022. Mungkin, ini adalah salah satu masa terberat yang mesti dilewati manusia. Kesedihan dan ketakutan tersebar luas di seluruh dunia. Kematian orang yang dicintai, hancurnya bisnis dan pemecatan di dunia kerja menjadi keseharian dari banyak orang.

Harapannya, buku ini bisa memberikan kesegaran dan pencerahan untuk anda. Manusia selalu membutuhkan pencerahan dalam hidupnya, terutama di masa-masa yang berat. Buku ini adalah kelanjutan dari ketiga buku saya sebelumnya.[1] Kiranya, ini buku pertama di dalam bahasa Indonesia yang mencoba menawarkan refleksi Zen di masa pandemik. Akhir kata, buku ini saya tawarkan untuk para pencari spiritual dan orang-orang yang merindukan pencerahan dalam hidupnya.

Selamat membaca.

Jakarta, Januari 2023

Reza A.A Wattimena

[1] (Wattimena, Dengarkanlah: Pandangan Hidup Timur, Zen dan Jalan Pembebasan, 2018), (Wattimena, Mencari Ke Dalam: Zen dan Hidup yang Meditatif, 2018) dan (Wattimena, Urban Zen: Tawaran Kejernihan untuk Manusia Modern, 2021)

Buku silahkan diunduh langsung di Naskah Reza, Zendemic

Zendemik

====

Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

Diterbitkan oleh

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Transformasi Kesadaran dan Teori Tipologi Agama. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023) dan berbagai karya lainnya. Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.