Bahaya Laten Pendidikan Agama

Ilustrasi Karya Jason Ranti

Oleh Reza A.A Wattimena

Anak kecil itu tampak sakit kepala. Dahinya menekuk. Matanya tampak lelah. Ia sedang menghafal berbagai bentuk ajaran agama, ya,… agama yang dipilihkan orang tuanya kepadanya.

Di usia semuda itu, ia stress. Begitu banyak hal tak berguna yang harus dipelajari. Perubahan menteri pendidikan tidak banyak memberikan dampak. Di Indonesia, terutama soal pendidikan agama, pola terbelakang dan menyiksa peserta didik sama sekali tak berubah. Lanjutkan membaca Bahaya Laten Pendidikan Agama

Paradoks Zen

Image result for zen surrealism"

Oleh Reza A.A Wattimena

Sejak kecil, saya suka sekali belajar. Saya suka menemukan hal-hal baru. Saya suka mengetahui segala hal tentang kehidupan, termasuk sejarah dan kompleksitasnya. Belajar menjadi semacam petualangan yang membahagiakan untuk hidup saya.

Secara umum, belajar berarti mengumpulkan informasi. Kita membaca atau mendengar hal-hal baru yang menambah pengetahuan di dalam diri kita. Belajar ilmu pengetahuan terjadi dengan proses ini. Sekolah formal, mulai dari SD sampai perguruan tinggi, juga terjadi melalui proses yang sama. Lanjutkan membaca Paradoks Zen

Planetaritas, Biophilia dan Pendidikan Kita

The Rustic Woman

Oleh Reza A.A Wattimena

Kemerdekaan RI ke 74. Sebuah perayaan. Tema yang diangkat adalah menciptakan Indonesia sebagai bangsa unggul. Muncul beberapa hal di kepala saya, ketika mendengar ini.

Sudah lama saya tak percaya dengan slogan. Hal-hal yang terdengar indah di telinga, namun kosong di dalam kenyataan. Namun, kali ini, saya tak mau pesimis. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Lanjutkan membaca Planetaritas, Biophilia dan Pendidikan Kita

Pendidikan Demokrasi dan Demokratisasi Pendidikan

André Masson, “Tauromachie,” 1937.

Oleh Reza A.A Wattimena

Pendidikan adalah soal manusia dengan segala kompleksitasnya. Ia tidak hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga di dalam keseharian, baik di dalam keluarga maupun masyarakat luas. Karena bersentuhan dengan manusia, pendidikan menopang semua bidang kehidupan lainnya. Seluruh teknologi dan infrastruktur akan menjadi percuma, jika pendidikan tetap bermutu rendah.

Pada tingkat yang lebih luas, pendidikan adalah soal “jiwa” bangsa. Ia mencakup rasa kebangsaan, yakni rasa keterikatan yang dimiliki seseorang terhadap bangsanya. Keterikatan ini yang membuat orang terdorong untuk terlibat dalam pembangunan bangsanya, walaupun begitu banyak tantangan menghadang. Keterikatan ini jugalah yang membuat orang tak terjatuh ke dalam segala bentuk radikalisme, baik agama maupun ekonomi. Lanjutkan membaca Pendidikan Demokrasi dan Demokratisasi Pendidikan

Agama dan Empati

René Magritte

Oleh Reza A.A Wattimena

Pakaiannya berlebihan. Ia seperti orang dari masa lalu dan dari dunia lain yang berkunjung ke bumi. Jalannya sangat percaya diri. Tak sadar, ia menjadi pusat perhatian sekitarnya.

Imannya tebal, namun dangkal. Ia percaya buta pada ajaran agama warisannya. Semua kata ditelan mentah-mentah. Jika disuruh membakar diri pun ia rela melakukannya. Lanjutkan membaca Agama dan Empati

Karya Terbaru: „Postreligion“ oder Zurück zu der Wurzel der Religionen? Wissenschaft, Religion und Wahrheit im 21. Jahrhundert in Asien

Oleh Reza A.A Wattimena

Dalam Buku Bildung und Wissenschaft im Horizont von Interkulturalität

halaman 207-2018 Lanjutkan membaca Karya Terbaru: „Postreligion“ oder Zurück zu der Wurzel der Religionen? Wissenschaft, Religion und Wahrheit im 21. Jahrhundert in Asien

Kritisisme Kedangkalan

Oleh Reza A.A Wattimena

Siapa yang tak menikmati keindahan sekuntum bunga? Warnanya indah. Baunya harum. Bunga kerap menjadi simbol cinta dan keindahan yang membahagiakan hati manusia.

Namun, bunga tak datang dari langit. Ia datang dari tanah dengan berbagai macam campuran yang ada. Jika anda ingin bunga, maka anda harus bekerja dengan tanah, dan segala campurannya, seperti pupuk, air dan sebagainya. Anda harus berani mengotori tangan anda. Lanjutkan membaca Kritisisme Kedangkalan

Publikasi Terbaru: Mendidik Integritas

Marisol García Pulgar

KONSEP KESATUAN PRIBADI (EINHEIT DER PERSON) DI DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN JULIAN NIDA-RÜMELIN

Oleh Reza A.A Wattimena

dimuat dalam 

Studia Philosophica et Theologica, Vol. 18 No. 1, Maret 2018

Abstrak

Tulisan ini menjabarkan inti pandangan Julian Nida-Rümelin tentang konsep kesatuan pribadi sebagai proses pendidikan integritas di dalam tradisi pendidikan humanis. Metode yang digunakan adalah analisis kritis terhadap tulisan Nida-Rümelin di dalam buku Philosophie einer humanen Bildung, sekaligus dengan mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh penulis artikel ini sebelumnya. Beberapa tanggapan kritis juga akan diberikan terhadap pandangan Nida-Rümelin ini. Mendidik integritas berarti mendidik manusia dalam keseluruhan unsur dirinya. Ia menciptakan keseimbangan yang merupakan hal yang amat penting di dalam tradisi pendidikan humanis.

Kata-kata kunci: Integritas, Kesatuan Pribadi, Pendidikan Humanis

Silahkan diunduh disini: Mendidik Integritas, Studia vol 18 no. 1 Maret 2018-29-39-1-10

Ilmu Pengetahuan di Indonesia, Mau Dibawa Kemana?

Pxleyes

Oleh Reza A.A Wattimena

Di Indonesia, pengetahuan belumlah menjadi kebutuhan. Ilmu pengetahuan masih sekedar menjadi hiasan kepribadian. Gelar akademik sekedar dipampang di undangan pernikahan (bahkan berita duka pemakaman), guna meningkatkan nama baik keluarga. Pada akhirnya, kesulitan menekuni bidang keilmuan hanya bermuara pada kegiatan pamer pada tetangga dan keluarga.

Hal serupa pun terjadi pada para ilmuwan. Dunia penelitian tidak ditekuni untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, melainkan untuk mengejar proyek. Proyek tersebut berupa dukungan dana, entah dari pemerintah atau dari luar negeri. Hasil penelitian pun sekedar menjadi laporan yang tak berdampak pada perubahan sosial masyarakat luas. Lanjutkan membaca Ilmu Pengetahuan di Indonesia, Mau Dibawa Kemana?

Publikasi Terbaru: Pedagogi Kritis

Pemikiran Henry Giroux Tentang Pendidikan dan Relevansinya untuk Indonesia

Oleh Reza A.A Wattimena

Diterbitkan di 

Jurnal Filsafat, ISSN: 0853-1870 (print); 2528-6811 (online) Vol. 28, No. 2 (2018), p. 180-199, doi: 10.22146/jf.34714

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Tulisan ini merupakan kritik terhadap pedagogi tradisional di dalam pendidikan dengan menggunakan konsep pedagogi kritis yang dirumuskan oleh Henry Giroux. Pedagogi kritis berupaya mempertanyakan dan mengungkap hubungan-hubungan kekuasaan di dalam masyarakat yang menciptakan penindasan dan ketidakadilan sosial. Ia menyediakan wawasan yang luas sekaligus kepekaan moral untuk mendorong orang terlibat di dalam perubahan sosial, guna menciptakan masyarakat yang lebih bebas dan adil. Pedagogi kritis hendak mempertanyakan pola pikir neoliberalisme yang kini merasuki berbagai bidang kehidupan manusia. Tulisan ini juga melihat kemungkinan menerapkan konsep pedagogi kritis dari Henry Giroux untuk konteks Indonesia.

Silahkan diunduh: Pedagogi Kritis Giroux 2

 

Indonesia Darurat Filsafat

Oleh Reza A.A Wattimena

Dalam banyak hal, Indonesia memang sedang darurat akal sehat. Ini berarti, Indonesia sedang darurat filsafat, karena filsafat merupakan alat utama untuk mengembangkan akal sehat manusia. Filsafat pula yang melahirkan pemikiran-pemikiran besar yang mengubah dunia. Di peradaban Eropa, filsafat yang melahirkan ilmu pengetahuan modern dan teknologi, sebagaimana bisa dirasakan sekarang ini.

Filsafat, Agama dan Ilmu Pengetahuan

Di Indonesia, filsafat nyaris tak mendapat tempat. Kita lebih terpukau dengan agama dan ilmu pengetahuan modern. Ada dua masalah disini. Pertama, agama selalu berpijak pada kepercayaan mutlak terhadap tradisi, sehingga kerap kali menutup akal sehat dan pemikiran kritis. Ini merupakan salah satu sebab berkembangnya radikalisme agama di Indonesia sekarang ini. Lanjutkan membaca Indonesia Darurat Filsafat

Publikasi Terbaru: Pendidikan Gila Gelar?

Pendidikan Gila Gelar? Pemikiran Julian Nida-Rümelin tentang “Kegilaan Akademisasi” (Akademisierungswahn) di Uni Eropa dan Amerika Serikat serta Arti Pentingnya untuk Keadaan Indonesia

Oleh Reza A.A Wattimena

Diterbitkan di Wanua: Jurnal Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Hasanuddin  Volume 3 Issue 3, December 2017 

Tulisan ini ingin menjabarkan beberapa argumen penting dari Julian Nida-Rümelin terkait dengan kegilaan akademisasi yang terjadi di Amerika Serikat dan Uni Eropa, serta menunjukkan arti pentingnya bagi keadaan di Indonesia. Kegilaan akademisasi ini tampak jelas pada obsesi masyarakat luas dan pemerintah terhadap gelar akademik, serta melupakan unsur pendidikan lainnya, yakni pendidikan yang berfokus langsung pada keterampilan kerja. Ini terjadi, karena kesalahpahaman pemerintah dan masyarakat luas tentang arti pendidikan, serta kesalahpahaman tentang hubungan antara kebijakan politik pendidikan dengan keadaan ekonomi nyata di lapangan. Nida-Rümelin menawarkan analisis terhadap hal ini, sekaligus jalan keluar dari permasalahan pendidikan yang terjadi, yakni dalam bentuk pengakuan kesetaraan antara dual pendidikan keterampilan kerja di satu sisi, dan pendidikan akademik di sisi lain. Keduanya tetap didasarkan pada pandangan filosofis tentang pendidikan sebagai pengembangan kepribadian. Beberapa relevansi atas argumen ini terhadap keadaan Indonesia, beserta dengan tanggapan kritis atasnya, juga akan diberikan di dalam tulisan ini.

Silahkan download Gila Gelar, Pendidikan Nida Rümelin

 

Pendidikan Yang “Berhasil”

Experiments in Art Education

Oleh Reza A.A Wattimena

            Banyak orang terkaget-kaget, ketika mendengar, bahwa radikalisme agama telah merasuki dunia pendidikan Indonesia. Tidak hanya itu, radikalisme sudah berbuah menjadi terorisme yang mengancam hidup banyak orang.

            Jika dipikirkan lebih dalam, sebenarnya tak ada yang perlu dikagetkan. Berkembangnya radikalisme di dunia pendidikan justru adalah tanda “keberhasilan” pendidikan nasional Indonesia.

            Mari kita cermati lebih dalam. Pertama, pola mengajar di berbagai institusi pendidikan Indonesia masihlah menggunakan pola kuno, yakni pola otoriter yang menuntut kepatuhan buta dari murid.

            Perbedaan pendapat dianggap sebagai simbol kekurangajaran. Pertanyaan kritis dianggap sebagai kesombongan. Kreativitas dianggap sebagai tanda sikap tak disiplin. Lanjutkan membaca Pendidikan Yang “Berhasil”

Aku Membingungkan, Maka Aku Seksi

Pinterest

Oleh Reza A.A Wattimena

Peneliti, Tinggal di Jakarta

Inilah suasana di sebuah konferensi ilmiah. Seorang pembicara menyampaikan hasil penelitiannya. Gelarnya tinggi, dari universitas ternama di dunia. Berbagai kata dan konsep rumit disampaikan. Peserta mendengarkan dengan seksama.

Setelah itu, tanya jawab pun dimulai. Sama seperti presentasi sebelumnya, pertanyaan pun diikuti dengan konsep dan kata yang rumit pula. Hal yang sama berulang sampai tiga kali. Pembicara berikutnya maju ke depan, dan pola yang sama berulang kembali. Lanjutkan membaca Aku Membingungkan, Maka Aku Seksi

Kompetisi dan Komparasi: Dua Racun Mematikan Pendidikan

Words like Poison (•Katie)

Oleh Reza A.A Wattimena

Peneliti, Tinggal di Jakarta, Sedang Menulis Buku Berjudul “Pendidikan sebagai Pembebasan: Terobosan untuk Pendidikan Abad 21’”

Secara global, keadaan pendidikan amatlah memprihatinkan. Pendidikan berubah  menjadi proses dehumanisasi, dimana orang kehilangan kemanusiaannya justru dengan belajar untuk mengembangkan dirinya. Inilah ironi pendidikan terbesar di abad 21. Tak heran jika Noam Chomsky, salah satu pemikir terbesar dunia sekarang ini, menulis di dalam bukunya yang berjudul Class Warfare, bahwa pendidikan justru membunuh kecerdasan, kepekaan moral dan kebahagiaan yang merupakan tiga ciri utama kemanusiaan.

Kompetisi dan Komparasi

Mari kita cermati keadaan pendidikan global sekarang ini. Di semua negara, dua prinsip pendidikan diterapkan, tanpa ada sikap kritis, yakni kompetisi dan komparasi, atau perbandingan. Kompetisi dianggap sebagai prinsip suci yang tak boleh dibantah. Anak didorong untuk berkompetisi menjadi yang terbaik dari antara teman-temannya, jika perlu dengan mengorbankan kebahagiaan maupun kecerdasan alami yang ia punya. Lanjutkan membaca Kompetisi dan Komparasi: Dua Racun Mematikan Pendidikan

Yang Indah di dalam Sistem Pendidikan Finlandia

Oleh Reza A.A Wattimena

Peneliti Lintas Ilmu, Tinggal di Jakarta

“Siapa disini yang ingin menjadi guru?”, begitulah pertanyaan Pasi Salhberg, pakar pendidikan asal Finlandia, ketika ia mengunjungi Amerika Serikat. (Anderson, 2011) Kelas itu berisi 15 orang. Sayangnya, hanya dua orang yang mengangkat tangan. Sisanya hanya terdiam membisu.

Di Finlandia, pertanyaan yang sama akan dijawab dengan amat antusias. Kurang lebih, 25 persen peserta didik di Finlandia memilih untuk menjadi guru. Memang, Finlandia kini menjadi negara acuan terkait dengan sistem dan paradigma pendidikan. Peserta didik disana memperoleh peringkat satu di dalam berbagai indikator internasional terkait dengan prestasi pendidikan. Lanjutkan membaca Yang Indah di dalam Sistem Pendidikan Finlandia

Racun-Racun Pendidikan Kita

Void Mirror

Oleh Reza A.A Wattimena

Peneliti Lintas Ilmu, Tinggal di Jakarta

Pendidikan merupakan urusan bersama. Ia bukanlah hanya urusan para ahli ataupun praktisi pendidikan. Masyarakat sebagai keseluruhan, sebenarnya, merupakan sebuah institusi pendidikan. Pendidikan terjadi setiap saat di dalam kehidupan bersama, melampaui sekat-sekat ruang kelas.

Pendidikan tertinggi datang dari keteladanan hidup. Rumusan moral maupun ilmu pengetahuan akan menjadi percuma, tanpa keteladanan hidup yang nyata. Ketika keteladanan meredup, maka kemunafikan akan bertumbuh. Buih moral nan suci akan dibarengi dengan hasrat akan uang, kuasa dan kenikmatan seksual yang tak terbendung. Lanjutkan membaca Racun-Racun Pendidikan Kita

Terbitan Terbaru: Kosmopolitanisme, Akal Sehat dan Pendidikan kita

Kosmopolitanisme, Akal Sehat dan Pendidikan kita

oleh Reza A.A Wattimena

Dosen Hubungan Internasional, Universitas Presiden, Cikarang

dalam buku Menggagas Pendidikan untuk Indonesia, Kanisius, 2017

Bisa didapatkan di

Penerbit Kanisius

Jl. Cempaka 9, Deresan
Yogyakarta 55281
INDONESIA
Telp. (0274) 588783, (0274) 565996
Fax. (0274) 563349
E-mail: office@kanisiusmedia.com

Pendidikan Salah Kaprah

Igor Morski
                                 Igor Morski

Oleh Reza A.A Wattimena

Dosen HI, Universitas Presiden, Cikarang

Mereka naik motor berempat. Semuanya tidak menggunakan helm dan jaket. Saya yakin, mereka tidak memiliki surat-surat resmi kendaraan maupun ijin mengemudi. Jumlahnya ribuan di jalanan Jakarta, apalagi di akhir pekan.

Ini dibarengi dengan tidak adanya ketegasan dari para penegak hukum. Yang terjadi adalah pembiaran pelanggaran peraturan. Pembiaran terus menerus akan berubah menjadi tradisi yang sulit untuk diubah. Gejala ini tidak hanya ditemukan di kalangan para pelanggar lalu lintas, tetapi juga di kalangan para pencuri yang berkedok gelar pemimpin rakyat. Lanjutkan membaca Pendidikan Salah Kaprah

Manusia Kosmopolis

cosmic-birth-ian-macqueenPendidikan dan Pencarian yang “Asli”

Oleh Reza A.A Wattimena

Dosen Hubungan Internasional, Universitas Presiden, Cikarang

Banyak konflik di dunia ini disebabkan kelekatan kita pada identitas sosial kita. Kita merasa menjadi bagian dari suatu kelompok tertentu, entah ras, etnis, bangsa, negara ataupun agama.

Lalu, kita beranggapan, bahwa kelompok kita memiliki kebenaran tertinggi. Kelompok lain adalah kelompok sesat.

Kesalahan berpikir ini telah mengantarkan manusia pada konflik berdarah, pembunuhan massal, pembersihan etnis sampai dengan genosida. Ratusan juta orang terkapar berdarah sepanjang sejarah, akibat kesalahan berpikir semacam ini.

Bagaimana supaya kesalahan berpikir mendasar tentang dunia ini bisa diperbaiki? Saya ingin menawarkan ide tentang manusia kosmopolis. Lanjutkan membaca Manusia Kosmopolis