Ketika Nalar Redup, Apa Harga yang Harus Dibayar?

Surrealism—Art That Captures Your Imagination and Psyche · artd4Oleh Reza A.A Wattimena

Manusia adalah mahluk yang mampu bernalar. Ini semua terjadi, berkat evolusi jutaan tahun yang mengembangkan struktur otaknya. Bagian otak terbaru, yakni Prefrontal Cortex, hadir untuk memberikan kemampun bernalar bagi manusia. Dengan ini, manusia mampu melakukan analisis keadaan, mempertimbangkan secara rasional dan membuat keputusan yang sesuai dengan kebutuhan.

Dengan kemampuan ini pula, manusia mampu bertahan hidup. Fisik manusia lemah dibandingkan dengan mahluk lain. Alam cenderung kejam pada yang lemah. Namun, dengan daya nalarnya, dan kemampuannya bekerja sama, manusia mampu bertahan hidup di tengah ganasnya alam. Lanjutkan membaca Ketika Nalar Redup, Apa Harga yang Harus Dibayar?

Indonesia Darurat Filsafat

Oleh Reza A.A Wattimena

Dalam banyak hal, Indonesia memang sedang darurat akal sehat. Ini berarti, Indonesia sedang darurat filsafat, karena filsafat merupakan alat utama untuk mengembangkan akal sehat manusia. Filsafat pula yang melahirkan pemikiran-pemikiran besar yang mengubah dunia. Di peradaban Eropa, filsafat yang melahirkan ilmu pengetahuan modern dan teknologi, sebagaimana bisa dirasakan sekarang ini.

Filsafat, Agama dan Ilmu Pengetahuan

Di Indonesia, filsafat nyaris tak mendapat tempat. Kita lebih terpukau dengan agama dan ilmu pengetahuan modern. Ada dua masalah disini. Pertama, agama selalu berpijak pada kepercayaan mutlak terhadap tradisi, sehingga kerap kali menutup akal sehat dan pemikiran kritis. Ini merupakan salah satu sebab berkembangnya radikalisme agama di Indonesia sekarang ini. Lanjutkan membaca Indonesia Darurat Filsafat

Filsafat untuk Ketahanan Nasional

Paul Nash

Oleh Reza A.A Wattimena

Tidak bisa dipungkiri, bangsa Indonesia sedang dihantam dari berbagai penjuru. Di satu sisi, ideologi neoliberalisme merasuk ke dalam sendi-sendiri politik, ekonomi, hukum dan budaya Indonesia. Di dalam ideologi ini, uang menjadi raja, dan segalanya tunduk pada kekuatan uang. Politik bisa dibeli dengan uang. Bahkan hukum dan budaya, yang menjaga kelestarian hidup bersama, juga bisa dibeli dengan uang.

Kursi politik bisa diperoleh oleh penawar tertinggi. Hukuman bisa dikurangi dengan suap menyuap. Gaya hidup masyarakat pun dipenuhi dengan berbagai upaya untuk memperoleh uang, dan membelanjakannya untuk kesenangan pribadi. Nilai-nilai kesederhanaan hidup dan solidaritas terkikis habis. Lanjutkan membaca Filsafat untuk Ketahanan Nasional

Seluk Beluk Cuci Otak

IronMaiden720 – DeviantArt

Oleh Reza A.A Wattimena

Peneliti, Tinggal di Jakarta

Bagaimana memaksa orang melakukan hal yang tak ia inginkan? Jalan pertama adalah dengan tekanan senjata. Namun, hal ini amat rapuh dan sementara, karena mereka akan melakukan dengan setengah hati dan terpaksa. Jalan lain yang lebih ampuh adalah dengan cuci otak. Orang saleh bisa berubah menjadi kaum radikal yang siap membawa bom bunuh diri, karena cuci otak.

Cuci otak adalah upaya terencana untuk membuat orang percaya pada paham tertentu melalui cara-cara yang manipulatif. Cuci otak membunuh sikap kritis, akal sehat dan hati nurani. Ia melahirkan kesetiaan buta terhadap seperangkat ajaran ataupun tokoh tertentu. Bisa dibilang, cuci otak adalah cara tercepat menghasilkan seorang teroris. Lanjutkan membaca Seluk Beluk Cuci Otak

Tentang Prioritas

d9ee191bbc457aa2d5038fbf11dd0bc0
pinimg.com

Oleh Reza A.A Wattimena

Di dalam hidup, kita diminta membuat pilihan. Kerap kali, pilihan yang tersedia begitu banyak. Kita mengalami kesulitan untuk membuat keputusan. Yang diperlukan disini adalah prioritas, yakni pemahaman mendasar tentang apa yang terpenting, yang terlebih dahulu harus dilakukan.

Prioritas

Hal ini penting tidak hanya untuk pribadi kita, tetapi juga untuk kehidupan bersama. Politik yang bermutu adalah politik yang berfokus pada apa yang terpenting, yakni membangun kehidupan bersama yang didasarkan pada keadilan dan kemakmuran untuk semua. Hal-hal lainnya haruslah mengabdi pada prioritas utama ini. Jika tidak, maka ia harus dilepas. Lanjutkan membaca Tentang Prioritas

Media, Citra dan Realita

yahalavoice.com
yahalavoice.com

Oleh Reza A.A Wattimena

Dosen di Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya

Citra memang bukan realita. Namun, perannya tetaplah penting, terutama di dunia digital yang sekarang ini mengepung hidup kita. Citra menentukan sikap orang lain pada kita. Citra juga mempengaruhi selera massa, yang akhirnya berpengaruh langsung pada keberhasilan ekonomi seseorang, dan bahkan satu negara.

Citra merupakan abstraksi dari realita. Ia bukanlah realita itu sendiri. Citra dibangun di atas sekumpulan informasi yang diperoleh dari sumber-sumber tertentu. Sayangnya, informasi-informasi tersebut tidak sepenuhnya sesuai kenyataan.

Citra berpijak pada persepsi. Persepsi dibangun atas bayangan tentang realita. Bayangan tersebut lalu menjadi semacam penuntun cara berpikir dan cara bertindak yang tidak disadari. Orang menjalani hidupnya dengan berpijak pada persepsinya atas kenyataan tersebut.

Realita yang sesungguhnya, dalam konteks ini, berada di luar genggaman tangan kita. Ia berada di luar dan melampaui persepsi. Pada titik ini, orang perlu berpikir terbalik. Persepsi justru bertentangan dengan kenyataan. Jadi, anggapan yang ada di kepala justru harus dilihat terbalik dari kenyataan yang ada.

Citra dan Media

Darimana persepsi muncul? Dari mana citra tercipta? Peran media amatlah besar dalam hal ini, termasuk di dalamnya adalah koran, majalah, iklan, berita-berita di internet serta gosip-gosip di blog pribadi maupun jaringan sosial. Cara pandang kita atas dunia, perilaku kita serta selera kita dibangun oleh media-media modern berukuran raksasa ini. Lanjutkan membaca Media, Citra dan Realita