Publikasi Terbaru: Pendidikan Gila Gelar?

Pendidikan Gila Gelar? Pemikiran Julian Nida-Rümelin tentang “Kegilaan Akademisasi” (Akademisierungswahn) di Uni Eropa dan Amerika Serikat serta Arti Pentingnya untuk Keadaan Indonesia

Oleh Reza A.A Wattimena

Diterbitkan di Wanua: Jurnal Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Hasanuddin  Volume 3 Issue 3, December 2017 

Tulisan ini ingin menjabarkan beberapa argumen penting dari Julian Nida-Rümelin terkait dengan kegilaan akademisasi yang terjadi di Amerika Serikat dan Uni Eropa, serta menunjukkan arti pentingnya bagi keadaan di Indonesia. Kegilaan akademisasi ini tampak jelas pada obsesi masyarakat luas dan pemerintah terhadap gelar akademik, serta melupakan unsur pendidikan lainnya, yakni pendidikan yang berfokus langsung pada keterampilan kerja. Ini terjadi, karena kesalahpahaman pemerintah dan masyarakat luas tentang arti pendidikan, serta kesalahpahaman tentang hubungan antara kebijakan politik pendidikan dengan keadaan ekonomi nyata di lapangan. Nida-Rümelin menawarkan analisis terhadap hal ini, sekaligus jalan keluar dari permasalahan pendidikan yang terjadi, yakni dalam bentuk pengakuan kesetaraan antara dual pendidikan keterampilan kerja di satu sisi, dan pendidikan akademik di sisi lain. Keduanya tetap didasarkan pada pandangan filosofis tentang pendidikan sebagai pengembangan kepribadian. Beberapa relevansi atas argumen ini terhadap keadaan Indonesia, beserta dengan tanggapan kritis atasnya, juga akan diberikan di dalam tulisan ini.

Silahkan download Gila Gelar, Pendidikan Nida Rümelin

 

Gelar Akademik dan Tanggung Jawab Politik

c.tribune.com.pk

Oleh Reza A.A Wattimena

Dosen Hubungan Internasional, Universitas Presiden, Cikarang dan Peneliti di President Center for International Studies (PRECIS)

Kita hidup di masyarakat yang banjir gelar akademik. Gelar-gelar akademik, seperti S.H. (Sarjana Hukum), M.M (Magister Manajemen) dan Dr. (Doktor), dipertontonkan di berbagai acara, mulai dari pemilihan legislatif, pilkada sampai dengan undangan perkawinan. Gelar akademik menjadi semacam lambang kebangsawanan. Penggunanya dianggap lebih cerdas dibanding dengan orang-orang yang tanpa gelar.

Gejala ini juga terjadi di Jerman. Pemikir asal Muenchen, Julian Nida-Rümelin, bahkan menulis buku dengan judul Der Akademisierungswahn (delusi akademik) pada 2014 lalu. Di dalam buku itu, ia berpendapat, bahwa masyarakat Jerman dilanda kegilaan akademik. Semua orang ingin masuk universitas dan mendapat gelar akademik, walaupun mereka, sesungguhnya, memiliki bakat di bidang lain, selain bidang akademik.   Lanjutkan membaca Gelar Akademik dan Tanggung Jawab Politik