Kompetisi dan Komparasi: Dua Racun Mematikan Pendidikan

Words like Poison (•Katie)

Oleh Reza A.A Wattimena

Peneliti, Tinggal di Jakarta, Sedang Menulis Buku Berjudul “Pendidikan sebagai Pembebasan: Terobosan untuk Pendidikan Abad 21’”

Secara global, keadaan pendidikan amatlah memprihatinkan. Pendidikan berubah  menjadi proses dehumanisasi, dimana orang kehilangan kemanusiaannya justru dengan belajar untuk mengembangkan dirinya. Inilah ironi pendidikan terbesar di abad 21. Tak heran jika Noam Chomsky, salah satu pemikir terbesar dunia sekarang ini, menulis di dalam bukunya yang berjudul Class Warfare, bahwa pendidikan justru membunuh kecerdasan, kepekaan moral dan kebahagiaan yang merupakan tiga ciri utama kemanusiaan.

Kompetisi dan Komparasi

Mari kita cermati keadaan pendidikan global sekarang ini. Di semua negara, dua prinsip pendidikan diterapkan, tanpa ada sikap kritis, yakni kompetisi dan komparasi, atau perbandingan. Kompetisi dianggap sebagai prinsip suci yang tak boleh dibantah. Anak didorong untuk berkompetisi menjadi yang terbaik dari antara teman-temannya, jika perlu dengan mengorbankan kebahagiaan maupun kecerdasan alami yang ia punya. Lanjutkan membaca Kompetisi dan Komparasi: Dua Racun Mematikan Pendidikan

Kita (2011)

wordpress.com

Oleh Reza A.A Wattimena

(Seluruh kerangka analisis tulisan ini diinspirasikan dari Martin James, The Jesuit Guide to (Almost) Everthing, Harper Collins, New York, 2010, hal. 183-185. Saya mengembangkan analisis Martin tersebut untuk konteks masyarakat kita.)

Kita hidup dalam masyarakat yang amat individualistik. Setiap orang mengejar kepentingan pribadinya, dan seolah tak terlalu peduli dengan kepentingan bersama. Kita hidup dalam masyarakat yang amat kompetitif; setiap orang mengurus dirinya sendiri, titik.

Memang mengejar kepentingan pribadi juga tidak salah. Bahkan dapat dengan lugas dikatakan, bahwa pengejaran kepentingan pribadi adalah esensi dari kapitalisme. Dan kita semua tahu, kapitalisme, lepas dari segala kekurangannya, adalah sistem terbaik yang dikenal umat manusia dalam hal produksi dan distribusi barang maupun jasa. Lanjutkan membaca Kita (2011)

Lomba

198801069_c2363d909a Oleh: REZA A.A WATTIMENA

Kita senang sekali dengan lomba. Sedikit-sedikit kita ikut lomba. Sedikit-sedikit kita mengadakan lomba. Seolah kita tidak bisa hidup tanpa lomba.

Katanya dengan lomba kita bisa tahu, siapa yang lebih baik di antara kita. Dengan lomba kita bisa kenal orang-orang baru. Dengan lomba kita bisa belajar dari orang lain. Dan dengan menang lomba, kita bisa meningkatkan reputasi kita.

Apakah benar begitu?

Saya yakin di balik lomba, ada keinginan untuk berkuasa. Saya juga yakin di balik lomba, ada keinginan untuk menghancurkan lawan. Ini semua jauh lebih dominan, daripada keinginan untuk belajar bersama, apalagi belajar dari orang lain.

Maka itu saya tidak setuju dengan lomba, apapun bentuknya.

Lanjutkan membaca Lomba