Terbitan Terbaru: How to Be a Nationalist in The Cosmopolitan Era? A Historical and Scientific Reflection

Oleh Reza A.A Wattimena

Dalam Terbitan

THE ARY SUTA CENTER SERIES ON STRATEGIC MANAGEMENT

April 2018, Volume 41

Bisa didapatkan di

Ary Suta Center
Contact person:
Priska (081370170585)
Nurul (085362026629)
Email: arysutacenter@arysutacenter.com

Abstract

Nationalism provides foundation for the love of one’s nation. This feeling is based on the shared history and mutual purpose for the future, which stand on solidarity and feeling of unity in a certain group. However, nationalism can often be used as justification for national fanaticism that sacrifice the interests of other groups or other nations. A new interpretation of nationalism in the cosmopolitan era is needed, where interdependence between nations and groups become a concrete and factual reality, and at the same time, the consciousness that human as an integral part of universal order is increasing. This article is an effort to place nationalism in the cosmopolitan framework, which puts highest importance on struggle to create tolerance, solidarity and social equality.

Key Words: Nationalism, Cosmopolitanism, Tolerance, Solidarity

Abstrak

Nasionalisme menyediakan dasar bagi rasa cinta dan bakti kepada tanah air. Dasarnya adalah kesamaan sejarah dan visi ke masa depan yang berpijak pada solidaritas dan perasaan kesatuan di sebuah kelompok. Namun, nasionalisme bisa dengan mudah menjadi fanatisme terhadap sebuah bangsa, dan dijadikan pembenaran untuk merugikan bangsa lain. Paham ini tentu perlu mendapatkan tafsiran ulang di masa kosmopolitan, seperti sekarang ini, dimana keterkaitan antar bangsa menjadi semakin nyata, dan pemahaman baru tentang kewargaan semesta terus berkembang. Tulisan ini merupakan sebuah upaya untuk menempatkan nasionalisme dalam bingkai kosmopolitanisme, dimana toleransi, solidaritas dan kesetaraan sosial menjadi semakin penting untuk diperjuangkan.

Kata-kata Kunci: Nasionalisme, Kosmopolitanisme, Toleransi, Solidaritas

Dipublikasikan oleh

avatar Tidak diketahui

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Kesadaran, Agama dan Politik. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023), Zendemik (2024), Teori Politik Progresif Inklusif (2024), Kesadaran, Agama dan Politik (2024) dan berbagai karya lainnya. Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

8 tanggapan untuk “Terbitan Terbaru: How to Be a Nationalist in The Cosmopolitan Era? A Historical and Scientific Reflection”

  1. perasaan “nationalisme” adalah layak dan umum.
    dengan kesadaran “globalisme dunia” kita merasa betapa kita begitu butuh pertolongan dari semua jurusan dengan fazit : luntur nya perasaan nasionalisme tanpa melupakan budaya, tata cara hidup dan akar asal usul hidup kita.
    kedengarannya begitu absurd dan paradox, tetapi terlaksana dengan baik dengan pandangan hidup terbuka, bahkan sangat membantu dalam merawat budaya dan jalan hidup ke asal dan akar kita.
    banyak salam !!

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.