Zen dalam Percakapan

Thomas Michel Contemporary Art

Oleh Reza A.A Wattimena

Praktisi Zen, Tinggal di Jakarta

Tulisan ini berawal dari percakapan dengan seorang teman. Sebagai anak dari keluarga pengusaha, ia sebenarnya cukup beruntung. Ia bisa mendapatkan penghidupan yang layak, dan pendidikan yang bermutu tinggi. Setelah itu, ia pun diharapkan bisa melanjutkan dan mengembangkan usaha keluarga.

Sejak kecil, ia dididik untuk menjadi pekerja keras. Keluarganya berharap, supaya ia bisa menjadi fondasi keluarga, ketika orang tuanya tidak lagi mampu mengelola bisnis. Maka dari itu, ia pun diajar untuk menjadi manusia yang memiliki ambisi besar. Nilai-nilai persaingan, kerja keras dan fokus adalah nilai-nilai yang telah ia terima, sejak kecil. Lanjutkan membaca Zen dalam Percakapan

Zen dalam Bencana

British Journal of Photography

Oleh Reza A.A Wattimena

Peneliti, Praktisi Zen

Hidup manusia memang dipenuhi bencana. Penderitaan kerap kali mengikuti, setelah bencana terjadi. Bencana yang menimpa Lombok dan Bali jelas merupakan hal menyedihkan yang menciptakan banyak penderitaan. Bagaimana kita memahami semua ini?

Pemikir asal Jerman, Viktor Frankl, berpendapat, bahwa segala bentuk penderitaan bisa dijalani, jika orang memiliki makna dalam hidupnya. Makna ini bisa berupa keluarga, nilai-nilai kehidupan atau Tuhan. Namun, bencana yang begitu menyakitkan kerap kali membunuh semua makna yang ada. Orang justru jatuh ke dalam rasa putus asa. Lanjutkan membaca Zen dalam Bencana

Percakapan Zen

http://www.youtube.com/watch?v=0ehDrEuRRec

Lebih lanjut bisa dilihat di dua buku berikut:

Bisa diperoleh di:

Penerbit Karaniya
JL.Mangga I Blok F 15
Duri Kepa, Kebon Jeruk
Jakarta Barat 11510
Telepon: +6221 568 7957
WhatsApp: +62 813 1531 5699

Atau di Toko Buku Terdekat

Buku Terbaru: Mencari Ke Dalam, Zen dan Hidup yang Meditatif

Pemesanan bisa di 
Penerbit Karaniya
JL.Mangga I Blok F 15
Duri Kepa, Kebon Jeruk
Jakarta Barat 11510
Telepon: +6221 568 7957
WhatsApp: +62 813 1531 5699

Atau di Toko Buku Terdekat

Pengantar

Zen merupakan jalan untuk memahami jati diri kita yang sebenarnya. Seringkali, kita mengira, bahwa jati diri kita terkait dengan nama, agama, ras, suku bangsa dan pekerjaan. Padahal, itu semua berubah, dan tidak bisa dipahami sebagai jati diri sejati kita sebagai manusia. Di dalam jalan Zen, pertanyaan terkait dengan jati diri sejati ini dijawab tidak menggunakan nalar, melainkan dengan menggunakan pengalaman „sebelum pikiran“, atau pengalaman langsung manusia dengan kenyataan sebagaimana adanya.

Zen mengajak orang bertanya, siapa diri mereka sebenarnya. „Siapakah aku?“ „Siapa ini yang sedang bertanya?“ Ketika orang bisa menyentuh sumber dari segala pertanyaan dan pikiran yang muncul, ia sedang berjumpa dengan jati diri sejatinya. Pada titik ini, tidak ada penderitaan, dan tidak ada kebahagiaan. Yang ada hanyalah kedamaian sejati yang tidak bergantung pada hal-hal lainnya, seperti uang, kekuasaan, nama baik atau kenikmatan badani. Lanjutkan membaca Buku Terbaru: Mencari Ke Dalam, Zen dan Hidup yang Meditatif

Zen Studio: Mencari Kejernihan Hidup di Kota

Di tengah hiruk pikuk kehidupan kota, menjaga kejernihan jiwa adalah sebuah hal yang sangat penting.

Qotacorner mengajak qotalovers bergabung di Zen Studio untuk berlatih meditasi agar kita bisa tetap jernih hidup di kota.

Meditasi di Qotacorner Zen Studio akan dipandu oleh

Dr.phil. Reza A.A. Wattimena.

Setiap Sabtu pukul 10.00-11.30 mulai tanggal 4 Agustus 2018. di qotacorner. Jl. Cikatomas 2/22 Jakarta 12180

Tempat terbatas untuk 10 orang. Biaya pendaftaran IDR 150.000,-.

Daftarkan diri anda segera

#zen #meditasi #filsafat

Mushotoku: Bertindak Tanpa Menginginkan

John Moore

Oleh Reza A.A Wattimena

Salah satu ciri utama Zen adalah Mushotoku. Ini adalah keadaan batin yang tidak mencari apapun. Orang lalu hidup tidak melekat pada keinginan ataupun benda-benda luar, dan tidak lagi sibuk mencari keuntungan untuk dirinya sendiri. Ketika titik ini dicapai, kebebasan dan kebahagiaan muncul secara alami.

Kita hidup di dunia yang penuh dengan kepentingan. Jarang ditemukan ketulusan total di dalam hubungan antar manusia. Orang membantu orang lain, karena ada maunya. Kepentingan itu bisa sangat duniawi, seperti mencari balas jasa, atau sangat surgawi, yakni supaya mendapat pahala, atau masuk surga. Lanjutkan membaca Mushotoku: Bertindak Tanpa Menginginkan

Melihat Tanpa Mengingat

GetDrawings.com

Oleh Reza A.A Wattimena

Pagi ini, cuaca cerah. Suasana sepi. Semua sudah berangkat, entah kerja atau sekolah. Saya menulis, seperti biasa.

Di kamar, yang ada tak hanya kamar. Ada ingatan terselip. Kenangan manis dan pahit selama puluhan tahun mengalir, tanpa diundang. Begitulah pikiran manusia. Lanjutkan membaca Melihat Tanpa Mengingat

Belajar Menjadi Pemula

Pinterest

Oleh Reza A.A Wattimena

​Peneliti, Tinggal di Jakarta

Kita pasti sudah sadar, bahwa hidup penuh dengan tantangan. Niat baik dan usaha keras tidak menjadi jaminan, bahwa orang akan berhasil dalam hidup. Musuh yang iri siap menanti untuk menjegal. Kegagalan pun terjadi, walaupun tanpa sebab yang adil.

Namun, jalan keluar dari semua itu sebenarnya cukup sederhana. Kita hanya perlu memiliki pikiran seorang pemula (beginner’s mind). Kita melihat dunia,beserta segala keberhasilan maupun kegagalannya, dengan kaca mata seorang pemula. Inilah inti utama dari jalan hidup Zen. Lanjutkan membaca Belajar Menjadi Pemula

Jangan Lupa Tersenyum

Surreal mouth

Oleh Reza A.A Wattimena

Entah mengapa, perasaan saya jelek sekali hari itu. Mengendarai motor, sesuatu yang biasanya sangat saya nikmati, pun terasa tak nyaman. Apalagi, mendadak, ada motor yang menyalip dengan agresif. Emosi pun naik, dan otomatis, saya mengejarnya.

Seolah balapan liar terjadi hari itu. Padahal, jalanan cukup ramai. Ini tentu membahayakan tidak hanya diri saya sendiri, tetapi juga pengendara lain. Akan tetapi, saya tak peduli. Begitulah jika kita sedang dimakan emosi tinggi. Lanjutkan membaca Jangan Lupa Tersenyum

Zen dan Revolusi Industri Keempat

Dreamstime.com

Oleh Reza A.A Wattimena

Peneliti, Tinggal di Jakarta

Revolusi industri keempat menghantam dunia. Dunia digital merangsek masuk ke kehidupan banyak orang. Tak heran, orang lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya (online), daripada berhubungan langsung dengan manusia-manusia di dunia nyata. Hal ini membawa banyak dampak, mulai dari berkurangnya rasa solidaritas atas warga, sikap tak peduli satu sama lain yang terus meningkat, sampai dengan depresi mendalam, karena kecanduan hidup di dunia maya.

Orang pun mengalami penderitaan mendalam. Sebagai pelarian, mereka lari ke berbagai hal, mulai dari perilaku konsumtif, narkoba, seks tanpa arah sampai dengan bunuh diri. Tradisi tidak lagi mampu memberikan makna dan pegangan moral bagi hidup manusia. Krisis identitas pun melanda secara global di berbagai belahan dunia. Di titik ini, Zen, sebagai salah satu aliran Filsafat Timur yang berkembang di Asia Timur, kiranya bisa memberikan tiga butir pencerahan. Lanjutkan membaca Zen dan Revolusi Industri Keempat

Dua Diskusi di Jakarta dan Depok: Tentang Kosmopolitanisme dan Urban Zen

Zen Itu “Telanjang”

Surreal Composite Photos by Luisa Azevedo

Oleh Reza A.A Wattimena

Peneliti, Tinggal di Jakarta

Zen itu memang “telanjang”. Sebagai salah satu aliran di dalam filsafat Timur, Zen memang sangat unik. Ia “telanjang” (bebas) dari berbagai kata, konsep, ritual dan aturan, yang banyak sekali ditemukan, tidak hanya di aliran lain dalam filsafat Timur, tetapi juga di dalam agama dan tradisi yang lain. Zen adalah pengalaman langsung dengan kenyataan sebagaimana adanya, sebelum segala konsep, kata, aturan dan ritual tercipta.

Pengalaman Zen menunjuk langsung ke inti pikiran kita sebagai manusia. Inti pikiran ini sejatinya kosong. Ia seperti ruang hampa luas yang bisa menampung segalanya, tanpa kecuali. Penderitaan pun bisa ditampung, tanpa halangan. Lanjutkan membaca Zen Itu “Telanjang”

Dengarkanlah: Pandangan Hidup Timur, Zen dan Jalan Pembebasan

Buku, “Dengarkanlah” karya Reza A.A Wattimena

WA: 0813 1531 5699

Pencerahan Final di dalam Zen

Creators – Vice

Oleh Reza A.A Wattimena

Peneliti, Tinggal di Jakarta

Salah satu tujuan orang belajar filsafat dan Zen adalah mendapatkan pencerahan. Di dalam filsafat Eropa, pencerahan dipahami sebagai bangunnya manusia dari ketidakdewasaan yang diciptakannya sendiri. Pemahaman ini diperoleh dari filsafat Immanuel Kant. Artinya, manusia berani untuk mulai berpikir mandiri, lepas dari segala bentuk tradisi yang selama ini memenjarakannya.

Di dalam tradisi Zen, yang berkembang dari India, Jepang, Cina dan Korea, pencerahan memiliki isi yang berbeda. Pencerahan adalah pengalaman kesatuan, dimana diri melebur dengan segala yang ada, dan menjadi satu dengannya. Tidak ada lagi subyek dan obyek, atau diri yang merasa terpisah dari lingkungannya. Tidak ada lagi penderitaan dan kesalahan berpikir yang selama ini menghantui. Lanjutkan membaca Pencerahan Final di dalam Zen

Peluncuran Buku: Zen

Terbitan Buku Terbaru: Dengarkanlah, Zen, Pandangan Hidup Timur dan Jalan Pembebasan

Oleh Reza A.A Wattimena 

Pemesanan bisa di 
Penerbit Karaniya
JL.Mangga I Blok F 15
Duri Kepa, Kebon Jeruk
Jakarta Barat 11510
Telepon: +6221 568 7957
WhatsApp: +62 813 1531 5699

Atau di Toko Buku Terdekat

Buku ini lahir dari penderitaan yang saya alami. Selama bertahun-tahun, saya hidup dalam depresi. Secara singkat, depresi dapat dipahami sebagai kesedihan yang berkelanjutan, kerap kali tanpa alasan yang jelas, dan membuat orang tidak bisa menjalani kesehariannya dengan damai dan bahagia. Depresi ini mempengaruhi banyak unsur dalam hidup saya, mulai dari soal hubungan pribadi, sampai dengan hubungan profesional.

Saya kerap kali bertanya, apakah hidup memang seperti ini? Ketika keadaan tidak sesuai keinginan, penderitaan dan kekecewaan muncul. Saya juga menyaksikan, begitu banyak keluarga dan teman-teman saya terjebak pada soal yang sama. Mereka mencoba menemukan jalan keluar melalui agama ataupun konsultasi dengan profesional. Namun, jawaban atas permasalahan mereka tak kunjung tiba. Lanjutkan membaca Terbitan Buku Terbaru: Dengarkanlah, Zen, Pandangan Hidup Timur dan Jalan Pembebasan

Empat Langkah Zen untuk Patah Hati

Pinterest

Oleh Reza A.A Wattimena

Dua minggu terakhir, beberapa orang datang pada saya. Mereka menceritakan kegagalan yang membawa mereka ke penderitaan. Ada yang menderita soal pekerjaan. Ada yang menderita soal hubungan percintaan. Ada yang menderita, karena tak punya uang. Ada yang menderita, karena bingung kebanyakan uang (mau invest apa?)

Sebagai jalan keluar cepat, ada yang mengundang untuk mabok bersama. Ada juga yang ngajak “kawin”, seolah kawin itu melenyapkan semua penderitaan. Ada yang mengajak traveling keliling Asia (tentu dengan biaya masing-masing). Lanjutkan membaca Empat Langkah Zen untuk Patah Hati

Misteri Diri

Manu Pombrol

Oleh Reza A.A Wattimena

Apakah anda sadar, bahwa anda sedang membaca tulisan ini? Apakah anda sedang minum atau makan sesuatu? Apakah anda menyadarinya? Apakah anda menyadari suara-suara di sekitar anda?

Lalu, siapakah “anda” yang menyadari semuanya itu? Yang jelas, anda bukanlah nama, agama, ras ataupun etnis anda. Itu semua tempelan sosial yang bisa diubah, seturut kehendak anda. Di titik ini, kita memasuki salah satu tema yang paling menarik di dalam ilmu pengetahuan dan filsafat, yakni pertanyaan tentang “diri”. Lanjutkan membaca Misteri Diri

Stoa dan Zen untuk Hidup Kita

Oleh Reza A.A Wattimena

Peneliti, Tinggal di Jakarta

Dua aliran berpikir kuno ini, yakni Zen dan Stoa, hendak menemukan akar dari segala penderitaan manusia, dan mencabutnya. Amat menarik bukan? Tidak hanya menarik, namun hal ini juga amatlah penting. Jutaan, bahkan milyaran orang, didera penderitaan, tanpa bisa menemukan jalan keluar, sehingga berulang kali berpikir untuk menghabisi nyawa sendiri.

“Tidaklah mungkin mendamaikan kebahagiaan di satu sisi, dan keinginan untuk mendapatkan apa yang tidak ada sekarang ini di sisi lain,” begitu kata Epictetus, pemikir Stoa yang hidup sekitar 2100 tahun yang lalu di Kekaisaran Romawi. Aliran Stoa berkembang dari kumpulan pemikir yang sering berdiskusi di pasar kota Athena, atau agora. Di sini, orang tidak hanya membeli dan berdagang, tetapi juga saling berdiskusi tentang beragam hal, mulai dari karya seni, politik sampai dengan filsafat. Para pemikir Stoa berkumpul di dekat pilar di Agora yang dikenal dengan nama pilar Stoa. Lanjutkan membaca Stoa dan Zen untuk Hidup Kita

Melampaui “Manusia”

reason
wordpress.com

Oleh Reza A.A Wattimena

Pendiri Program “Sudut Pandang” (www.rumahfilsafat.com)

            Mengapa saya menulis kata “manusia” dengan tanda kutip? Ini untuk menerangkan, bahwa “manusia” sebagai sebuah realitas tidaklah pernah ada. Ia dianggap ada sebagai bagian dari kesepakatan sosial untuk keperluan hidup sehari-hari, seperti misalnya berkomunikasi. Namun, sebagai sebuah kenyataan yang utuh dan kokoh, ia tidak pernah ada. Ia adalah ilusi, yakni seolah ada, namun sebenarnya tak ada.

“Manusia”

Di balik kata “manusia”, ada sebuah tradisi pemikiran yang telah berkembang lama, terutama di Eropa dan Timur Tengah. Manusia dilihat sebagai mahluk yang istimewa, lebih daripada mahluk hidup lainnya, sehingga punya hak untuk menguasai bumi. Tentu saja, yang merumuskan pandangan tersebut juga “manusia”. Ada konflik kepentingan di dalamnya yang harus terus ditanggapi secara kritis.[1]   Lanjutkan membaca Melampaui “Manusia”