
Oleh Reza A.A Wattimena
Peneliti, Tinggal di Jakarta
Salah satu tujuan orang belajar filsafat dan Zen adalah mendapatkan pencerahan. Di dalam filsafat Eropa, pencerahan dipahami sebagai bangunnya manusia dari ketidakdewasaan yang diciptakannya sendiri. Pemahaman ini diperoleh dari filsafat Immanuel Kant. Artinya, manusia berani untuk mulai berpikir mandiri, lepas dari segala bentuk tradisi yang selama ini memenjarakannya.
Di dalam tradisi Zen, yang berkembang dari India, Jepang, Cina dan Korea, pencerahan memiliki isi yang berbeda. Pencerahan adalah pengalaman kesatuan, dimana diri melebur dengan segala yang ada, dan menjadi satu dengannya. Tidak ada lagi subyek dan obyek, atau diri yang merasa terpisah dari lingkungannya. Tidak ada lagi penderitaan dan kesalahan berpikir yang selama ini menghantui.
Banyak praktisi Zen yang berhenti disini. Mereka merasa, dengan mengalami perasaan kesatuan, perjalanan sudah selesai. Namun, ini sebenarnya adalah salah paham. Ada satu tingkat lagi yang perlu diraih, yakni pencerahan final.
Di dalam pencerahan final, perasaan kesatuan lalu digunakan untuk mengajukan pertanyaan berikut, “Apa yang bisa dilakukan, supaya lingkungan sekitarku menjadi lebih baik?” Pertanyaan ini terkait dengan peran yang tepat di dalam masyarakat. Dengan pertanyaan ini, praktisi Zen lalu keluar dari kelekatan pada „perasaan kesatuan“. Ia menggunakan pencerahannya untuk menolong semua mahluk yang membutuhkan.
Semua ini dilakukan saat demi saat. Detik ini, apa yang bisa kulakukan untuk membuat keadaan menjadi lebih baik? Pencerahan, atau perasaan kesatuan, bukanlah merupakan tujuan akhir. Sebaliknya, ia justru merupakan titik awal yang mendorong gerak lebih jauh.
Dua hal ini tidak bisa dipisahkan. Pencerahan pertama adalah pengalaman kesatuan. Semua lalu tampil apa adanya. Langit biru. Pohon hijau. Tembok putih. Semua apa adanya. Tidak ada “diri” yang penuh prasangka, yang menghalangi persentuhan langsung dengan kenyataan.
Tingkat ini haruslah dicapai terlebih dahulu, sebelum orang menolong lingkungannya. Jika tidak, kepentingan diri masih terselip. Akibatnya, tindakan menolong pun masih penuh dengan pamrih. Tindakan menolong yang ditempeli oleh pamrih justru akan memperburuk keadaan.
Saat demi saat. Pohon hijau. Langit biru. Semua apa adanya. Apa yang bisa saya bantu?
Inilah pencerahan tertinggi.
Dalam filsafat sunda ada istilah
Sanghyang taya ( manusia yang sudah mencapai adi kodrati dan adi pati, apal nastiti apal pinasti )dalam kitab sasana mahaguru
Karena sudah mengalami pencerahan pada nastiti ( kelahiran ) dan pinasti ( kematian ) apa adanya maka hidupnya di serahkan untuk pelayanan dan pengabdian ( hirup di alam kakaulaan lin di alam kagustian kudu apal iraha kumaula iraha di kaula)
ini hanya sedikit saja ranah filsafat yang ada di bumi pertiwi …
SukaSuka
saat demi saat !! minum kopi, burung bersiul, angin sepoi 2, pikiran kosong !!
saya ter bahak2 sendiri.
banya salam !
SukaSuka
singkat tapi mencerahkan
SukaSuka
Menurut mas Reza, apa yang anda sendiri dapat lakukan untuk memperbaiki lingkungan anda sendiri.
SukaSuka
Bagaimanakah cara mencapa pencerahan kesatuan tersebut?
SukaSuka
Intinya sama. Bahasanya saja berbeda. Terima kasih sudah berbagi.
SukaSuka
hehehehe… mengapa terbahak?
SukaSuka
terima kasih. semoga terbantu
SukaSuka
Saat ini, ada debu di meja saya. Saya bersihkan.
SukaSuka
Ada suara apa di sekitar anda?
SukaSuka
nix !!
SukaSuka
salam
SukaSuka