Fenomenologi Ketidaktahudirian

DeviantArt

Oleh Reza A.A Wattimena

Peneliti, Tinggal di Jakarta

Mengapa ada orang yang tidak tahu diri? Pertanyaan ini menjadi penting di tengah pengajuan presiden dan calon presiden untuk Pilpres 2019 nanti. Fenomenologi mencoba mendekati keadaan sebagaimana adanya (zurück zu den Sachen selbst). Pendekatan ini kiranya penting untuk memahami sepak terjang politisi Indonesia sekarang ini.

Nuansa ketidaktahudirian tercium pekat di udara. Masa depan politik Indonesia pun dipertaruhkan.

Tidak Tahu Diri

Tidak tahu diri memiliki tujuh unsur. Pertama, ketidaktahudirian berakar pada ketidaktahuan (Unwissenheit). Orang yang tak sadar kemampuan, lalu berlagak untuk mengambil peran besar, akan menjadi orang yang tak tahu diri. Sayangnya, di Indonesia, banyak orang tak kenal dirinya sendiri, sehingga tak sadar pada kemampuannya. Mereka lalu berlagak di panggung politik untuk menjadi pemimpin yang penuh dengan omong kosong. Lanjutkan membaca Fenomenologi Ketidaktahudirian

Tentang “Ketidaktahudirian”

Wolfgang Paalen, Fumage (Smoke Painting) (c. 1938), oil, candle burns and soot on canvas, 10-3/4″ x 16-3/8″; courtesy The Morgan Library & Museum

Oleh Reza A.A Wattimena

Peneliti, Tinggal di Jakarta

Sudah berapa kali kita melihat, orang yang telah terbukti melakukan korupsi, bahkan membunuh, masih berani mengajukan diri menjadi pejabat publik, bahkan presiden? Di tempat lain, kita juga bisa melihat, bagaimana orang yang suka berbohong, bahkan melakukan pelecehan seksual, justru menjadi pemimpin dari negara terkuat di dunia sekarang ini.

Di dunia bisnis, kita juga bisa melihat hal yang serupa. Pebisnis, yang sudah terbukti melanggar prinsip-prinsip integritas dalam bisnis, masih percaya diri untuk terus menjabat sebagai pemimpin perusahaan, bahkan punya ambisi maju sebagai presiden. Suara dan dukungan dibeli dengan uang, walaupun dengan mengorbankan kehormatan diri dan prinsip-prinsip kehidupan yang luhur. Padahal, yang diwariskan dari sepak terjangnya hanya satu, yakni keteladanan tentang ketidaktahudirian.   Lanjutkan membaca Tentang “Ketidaktahudirian”