Mengapa Negara yang Terobsesi pada Agama Cenderung Miskin dan Terbelakang?

The Art Of Dimitri Kozma: Dementia - Surreal painting by Dimitri KozmaOleh Reza A.A Wattimena

Bilangan Kemang, Jakarta Selatan, sekitar jam 7 malam, Senin 26 April 2021, saya sedang parkir motor. Terdengar suara gaduh begitu keras dan begitu lama. Saya bertanya kepada tukang parkir, suara apakah itu. Suara orang berdoa, jelasnya.

Mengapa begitu keras? Saya sampai tak bisa mendengar suara tukang parkir itu. Saya bahkan tak bisa mendengar suara saya sendiri. Mengapa berdoa harus begitu keras? Lanjutkan membaca Mengapa Negara yang Terobsesi pada Agama Cenderung Miskin dan Terbelakang?

Memanusiakan Sistem

Image result for tyranny of meritOleh Reza A.A Wattimena

Barrack Hussein Obama, mantan Presiden Amerika Serikat. Ia terkenal sebagai Presiden AS pertama yang berkulit hitam. Cara berbicaranya sangat inspiratif. Ia dianggap sebagai presiden yang “gaul” dengan kebijakan-kebijakan yang dinilai cukup berhasil.

Ia adalah anak imigran yang kemudian belajar dan sukses di Amerika Serikat. Awalnya, ia tinggal di Hawai, dan kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Harvard. Ia lalu menjadi politisi di Chicago, dan kemudian menjadi Presiden Amerika Serikat ke 44 pada 2008 lalu. Lanjutkan membaca Memanusiakan Sistem

Jerit Para Manusia Perak

Image result for manusia perakOleh Reza A.A Wattimena

Manusia perak adalah orang-orang yang mengecat seluruh tubuhnya dengan cat perak. Tujuan mereka adalah untuk menarik perhatian orang, supaya mendapatkan pemberian uang. Mereka adalah pengemis generasi pandemi. Mereka sering ditemukan di lampu merah ibu kota, sambil telanjang kaki dan memohon sumbangan.

Mereka banyak tampil di jalan-jalan Jakarta, setelah kebijakan pemerintah tentang Pandemi tiba. Segala kegiatan sosial, mulai dari bekerja sampai rekreasi, dibatasi. Alasannya demi mengurangi penyebaran infeksi virus COVID 19. Bersama dengan itu, jutaan usaha mengalami kesulitan, bangkrut dan banyak orang jatuh ke dalam jurang kemiskinan. Lanjutkan membaca Jerit Para Manusia Perak

Mengakhiri Kemiskinan Selamanya

Ilustrasi Karya Jason Ranti

Oleh Reza A.A Wattimena

Kota kecil itu bernama Dauphin, di Kanada. 1974-1979, sebuah eksperimen sosial yang radikal dilakukan. Seluruh penduduk kota itu mendapatkan pendapatan bulanan dari pemerintah. Tujuannya sederhana, supaya kemiskinan lenyap seluruhnya di kota itu.

Tak ada perkecualian. Semua orang mendapatkan gaji bulanan dari negara. Inilah yang disebut sebagai “mincome”, atau minimal income. Ini bukanlah hadiah atau tunjangan tidak mampu, melainkan hak sebagai manusia. Lanjutkan membaca Mengakhiri Kemiskinan Selamanya

Indonesia sebagai “Agama”

One Tree Planted

Oleh Reza A.A Wattimena

Gejala perpecahan tampak di berbagai tempat di Indonesia sekarang ini. Karena perbedaan pilihan politik, keluarga dan pertemanan terpecah. Suasana hidup bersama menjadi muram dan penuh ketakutan. Ada kekhawatiran mendasar, ketika konflik terjadi, kelompok minoritas (suku, ras dan agama) akan kembali menjadi kambing hitam, seperti pada 1998 lalu.

            Radikalisme agama tercium begitu tajam di udara. Ajaran dari ribuan tahun lalu dibaca secara mentah dan dangkal, sehingga menimbulkan kesalahpahaman yang berujung pada kebencian dan konflik. Agama pun dimainkan di dalam ajang perebutan kekuasaan politik. Padahal, ketika agama dan politik kekuasaan bercampur, keduanya akan membusuk. Lanjutkan membaca Indonesia sebagai “Agama”

Agama, Kemiskinan dan Politik Kekuasaan

Evening Standard

Oleh Reza A.A Wattimena

Peneliti, Tinggal di Jakarta

Seorang teman bertanya, mengapa orang Indonesia begitu fanatik dengan agamanya? Ia berasal dari negara yang tak peduli pada agama. Maka dari itu, ia heran, mengapa orang Indonesia sangat gandrung dengan agama. Saya terdiam di hadapan pertanyaan tersebut.

Saya mulai berpikir soal asal muasal agama. Mengapa agama ada? Mengapa ia bisa begitu tersebar di berbagai belahan dunia? Lanjutkan membaca Agama, Kemiskinan dan Politik Kekuasaan

Dalam Cengkraman Kemiskinan

Art Ranked Discovery Engine

Oleh Reza A.A Wattimena

Peneliti, Tinggal di Jakarta

Kereta arah Bandara Soekarno Hatta Jakarta dari Sudirman memang sangat canggih dan nyaman. Ini prestasi besar bagi bangsa Indonesia, walaupun sudah seharusnya dari dulu diciptakan. Namun, karena politik yang lamban dan korup, ia akhirnya baru tercipta sekarang. Kereta ini merupakan jalan keluar efektif untuk kemacetan dan kekacauan perjalanan dari dan ke arah Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.

Tempat duduknya sangat nyaman. Peraturan juga ditegakkan dengan baik. Suasana juga amat bersih dan aman. Dalam banyak hal, kereta ini bahkan lebih nyaman, daripada kereta yang biasa saya tumpangi di negara-negara dengan tingkat ekonomi maju. Lanjutkan membaca Dalam Cengkraman Kemiskinan

Tentang “Kepantasan”

tetsuya-ishida-09Oleh Reza A.A Wattimena

Pendiri Program “Sudut Pandang” (www.rumahfilsafat.com)

Beberapa bulan ini, saya tinggal di dua kota terbesar di Indonesia, yakni Jakarta dan Surabaya. Ada satu hal yang cukup menganggu pikiran saya. Di dua kota besar tersebut, mobil sekaligus motor mewah seri terbaru berkeliaran di jalan raya. Rumah mewah juga bertebaran di mana-mana.

Pesta perkawinan dan ulang tahun dirayakan dengan begitu mewah. Banyak orang juga bergaya hidup mewah, tanpa peduli hal-hal lain, kecuali kenikmatan diri dan kerabatnya. Keadaan ini sebenarnya tak bermasalah, jika Indonesia sudah bisa dianggap sebagai negara makmur. Namun, kenyataan berbicara berbeda: Indonesia masih merupakan negara berkembang dengan tingkat kemiskinan yang terus meningkat (per data Badan Pusat Statistik Juli 2016). Lanjutkan membaca Tentang “Kepantasan”

Mengapa Indonesia “Miskin”?

balticasia.lt
balticasia.lt

Oleh Reza A.A Wattimena

Dosen di Unika Widya Mandala Surabaya

Mengapa Indonesia miskin? Padahal, jumlah rakyatnya banyak. Banyak yang berbakat, cerdas dan mau bekerja keras untuk mengembangkan diri dan bangsanya. Kekayaan alam pun berlimpah ruah.

Kita memiliki minyak, gas dan beragam logam sebagai sumber daya alam yang siap untuk diolah. Kita memiliki tanah yang subur yang siap ditanami beragam jenis tanaman. Kita memiliki hutan yang luas yang bisa memberikan udara segar tidak hanya untuk bangsa kita, tetapi untuk seluruh dunia. Akan tetapi, mengapa kita masih miskin, walaupun kita memiliki itu semua? Lanjutkan membaca Mengapa Indonesia “Miskin”?

Mengapa Orang Miskin?

blogspot.com
blogspot.com

Oleh Reza A.A Wattimena

Dosen Filsafat Politik Unika Widya Mandala, Surabaya, sedang belajar di München, Jerman

Kemiskinan merupakan salah satu masalah terbesar dunia sekarang ini. Banyak orang hidup dengan pendapatan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya sebagai manusia. Akibatnya, mereka terancam oleh kekurangan gizi, penyakit, dan beragam penderitaan hidup lainnya. Kemiskinan tidak hanya merusak raga manusia, tetapi juga mengancam jiwanya.

Ketika manusia kekurangan gizi, karena tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk memperoleh makanan yang layak, ia terancam oleh dua hal. Pertama adalah oleh penyakit dan berbagai bentuk kelemahan biologis manusia lainnya. Kedua adalah dirinya sendiri, yakni insting bertahan hidup manusia yang bisa mendorongnya untuk melakukan apapun, termasuk tindakan paling ganas dan merusak terhadap orang lain, untuk mempertahankan hidupnya.

Kemiskinan, dengan demikian, merusak rajutan hidup sosial kita sebagai manusia. Kemiskinan memecah masyarakat. Ia menciptakan musuh, dan mengubah kawan menjadi lawan. Ia menggetarkan stabilitas hidup sosial manusia. Terlebih, ia merusak harkat dan martabat manusia dan masyarakat itu sendiri. Lanjutkan membaca Mengapa Orang Miskin?