
Oleh Reza A.A Wattimena
Peneliti, Tinggal di Jakarta
Ia sibuk mengejar karir. Hari-harinya dihabiskan untuk mengumpulkan harta, supaya ia bisa membeli banyak harta lainnya. Banyak hal yang ia punya sebenarnya tak ia butuhkan. Ia terjebak di dalam ilusi konsumtivisme, yakni membeli barang demi membeli barang itu sendiri, tanpa tujuan di luarnya.
Ia tak peduli, jika ada orang lain yang membutuhkannya. Ia tidak peduli dengan kemiskinan yang terjadi di sekitarnya. Ironisnya, ketika ia jatuh, ia pun sendiri. Semua harta tak dapat menolongnya, ketika depresi menghampiri, dan godaan bunuh diri mengintip di pintu hati. Lanjutkan membaca Solidaritas yang Belum Menetas