Di Hadapan Ketidakadilan

pinterest

Oleh Reza A.A Wattimena

Peneliti Lintas Ilmu, Tinggal di Jakarta

Di satu sisi, ada orang yang hidupnya baik, namun terjebak dalam kemiskinan. Beragam usahanya selalu gagal. Ia bekerja dengan jujur dan rajin. Sayangnya, bencana selalu menimpanya, sehingga ia kembali terjebak ke dalam lubang kemiskinan.

Di sisi lain, ada orang yang rakus dan licik. Ia menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan keuntungan, bahkan dengan merugikan teman dan kerabatnya. Ironisnya, ia justru menjadi orang yang kaya dan berpengaruh di lingkungannya. Keberuntungan tampak selalu datang di pangkuannya. Lanjutkan membaca Di Hadapan Ketidakadilan

Penjajahan “Mainstream”

mcs.csueastbay.edu
mcs.csueastbay.edu

Oleh Reza A.A Wattimena

Sekelompok anak muda Indonesia berkumpul. Mereka saling berbagi cerita. Segala ketakutan dan harapan mereka diutarakan satu sama lain. Yang menarik, polanya sama.

Mereka takut hal yang sama: tidak punya uang. Mereka merindukan hal yang sama: mendapatkan uang yang banyak. Mereka benar-benar merasa, bahwa ketakutan dan harapan mereka mencerminkan kebenaran. Inilah pola hidup generasi anak muda Indonesia di awal abad 21 ini. Lanjutkan membaca Penjajahan “Mainstream”

Mengapa Indonesia “Miskin”?

balticasia.lt
balticasia.lt

Oleh Reza A.A Wattimena

Dosen di Unika Widya Mandala Surabaya

Mengapa Indonesia miskin? Padahal, jumlah rakyatnya banyak. Banyak yang berbakat, cerdas dan mau bekerja keras untuk mengembangkan diri dan bangsanya. Kekayaan alam pun berlimpah ruah.

Kita memiliki minyak, gas dan beragam logam sebagai sumber daya alam yang siap untuk diolah. Kita memiliki tanah yang subur yang siap ditanami beragam jenis tanaman. Kita memiliki hutan yang luas yang bisa memberikan udara segar tidak hanya untuk bangsa kita, tetapi untuk seluruh dunia. Akan tetapi, mengapa kita masih miskin, walaupun kita memiliki itu semua? Lanjutkan membaca Mengapa Indonesia “Miskin”?

Kita (2011)

wordpress.com

Oleh Reza A.A Wattimena

(Seluruh kerangka analisis tulisan ini diinspirasikan dari Martin James, The Jesuit Guide to (Almost) Everthing, Harper Collins, New York, 2010, hal. 183-185. Saya mengembangkan analisis Martin tersebut untuk konteks masyarakat kita.)

Kita hidup dalam masyarakat yang amat individualistik. Setiap orang mengejar kepentingan pribadinya, dan seolah tak terlalu peduli dengan kepentingan bersama. Kita hidup dalam masyarakat yang amat kompetitif; setiap orang mengurus dirinya sendiri, titik.

Memang mengejar kepentingan pribadi juga tidak salah. Bahkan dapat dengan lugas dikatakan, bahwa pengejaran kepentingan pribadi adalah esensi dari kapitalisme. Dan kita semua tahu, kapitalisme, lepas dari segala kekurangannya, adalah sistem terbaik yang dikenal umat manusia dalam hal produksi dan distribusi barang maupun jasa. Lanjutkan membaca Kita (2011)