Oleh Reza A.A Wattimena
Masyarakat Bali memang unik. Sudah hampir dua bulan, saya menetap disini. Saya menginap di sebuah tempat di Ubud. Hari itu masih pagi, dan saya hendak keluar untuk membeli sarapan.
Tiba-tiba, ada bapak-bapak menyapa. Good morning, mister. Saya menjawab dengan bahasa Bali, rahajeng semeng. Dengan lugas, dia bertanya, aura anda kuat sekali, apa kekuatan supranatural anda?
Saya pun terkejut. Saya pikir, ini pertanyaan yang amat tak biasa. Untuk Bali yang unik pun, ini juga pertanyaan yang aneh. Secara spontan, saya menjawab.
Jika berjalan, saya berjalan. Jika lapar, maka saya makan. Jika haus, saya minum. Jika lelah, saya istirahat.
Bapak itu tersenyum. Sambil mengucapkan salam, saya melanjutkan perjalanan. Bali memang unik. Di perjalanan pulang, jalanan sepi. Bapak itu sudah tak terlihat.
Sampai kamar, saya merenungkan kejadian itu. Apa yang menjadi kekuatan supranatural saya? Jawaban saya tadi memang sangat Zen. Ya masuk akal, karena saya memang penekun Zen delapan tahun terakhir ini.
Di dalam Zen, semua sudah sempurna sebagaimana adanya. Tak ada yang perlu ditambahkan. Tak ada yang perlu dikurangi. Dunia ini sudah utuh dan penuh sebagaimana adanya (as it is).
Kita hanya perlu menyadarinya, tanpa penilaian disini dan saat ini. Matahari bersinar cerah. Pohon hijau melambai. Angin lembut bertiup.
Semuanya sempurna. Tak ada yang istimewa. Biasa saja, sekaligus sempurna pada dirinya sendiri. Inilah kekuatan supranatural saya.
Saya tidak bisa meramal masa depan. Saya tidak bisa mengubah cuaca. Saya tidak bisa memperoleh rejeki, sehingga kaya dengan cepat. Saya juga tidak bisa memperpanjang usia, atau menyembuhkan penyakit, seperti para orang sakti.
Namun, jika saya sedih, saya menangis. Jika saya marah, saya berteriak. Jika saya senang, saya tertawa. Jika ingin bernyanyi, saya bernyanyi.
Jika ada orang lapar, saya memberinya makan. Jika ada orang haus, saya memberinya minum. Jika ada orang sakit, saya memberinya obat. Jika ada orang yang bersedih, saya menghiburnya, semampu saya.
Semua sebagaimana adanya, dari saat ke saat. Tak ada halangan. Tak ada rintangan yang mencekik. Dunia ini, dan segala yang ada di dalamnya, sudah sempurna sebagaimana adanya.
Kelembutan dan kejernihan pun lahir dengan sendirinya. Hati menjadi lembut. Niat menolong menjadi alami, bukan karena hitungan pamrih dengan Yang Kuasa. Inilah kesaktian yang tertinggi.
Ada juga orang yang menekuni jalan spiritual, supaya menjadi sakti. Mereka ingin memperoleh banyak uang. Atau, mereka ingin hidup sehat dan panjang usia. Mereka ingin mencapai “keadaan istimewa” tertentu yang dianggap “lebih tinggi” dari keadaan yang sekarang. Ini semua berbahaya.
Indonesia penuh dengan orang semacam itu. Ego menjadi kuat. Ambisi, kelekatan pada kenikmatan dan emosi menyala membara. Pada akhirnya, penderitaan adalah buahnya, baik derita diri, maupun derita orang lain.
Saya ingin berjumpa dengan bapak itu lagi. Lama saya tak melihatnya. Mungkin dia sedang pulang kampung, karena merayakan hari raya Galungan di Bali yang jatuh pada 8 Juni 2022 ini. Atau mungkin juga, ia tak pernah ada, hanya hidup di bayangan saya, dan hanya merupakan tipuan visual semata.
Hmmm… Bali memang unik.
***
Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/
Saya senang membaca tulisan anda..saya sangat menikmati nya
SukaSuka
Hallo Reza,
Saya ingin daftar utk pembahasan Urban Zen yang melalui webinar 4x. Bagaimana saya bisa mendaftar? Saya tdk mengerti banyak ttg tehnik yg canggih. Lbh baik mendaftar di email atau via telefon.
Besok sore sdh bagian ke 2 dan saya ingin ikuti.
Salam dan terimakasih sblmnya bila saya boleh ikut yg Sabtu besok ini.
Salam saya,
Nena Soeprapto
0811-990036
nenasoep@t-online.de
SukaSuka
lupa saya tulis, mungkin penulis bermaksud , “harta terbesar adalah hidup kita sendiri”, hidup kita mencakup semua alam semesta ….kita butuh alam semesta !!!!!
gitu sulit utk diterangkan.
SukaSuka
Terima kasih
SukaSuka
Perhatian lebih persis. Melatih perhatian kita dari saat ke saat
SukaSuka
Saya ingin belajar tentang Zen, buku apa yang cocok Pak?
SukaSuka
Buku saya Ok juga. Coba cek di tokopedia
SukaSuka