Erotika Filosofis: Tentang Ragam Paradoks Hasrat

Kim Kaos on Twitter: "Dimitry Vorsin's Erotic and Surrealist Drawings Echo  Dali and Da Vinci #Art #Surrealism #Drawing http://t.co/cqbDH3C7yl"Bahan Diskusi Isolasi Selasa 23 Maret 2021. Pendapat dan pertanyaan bisa diajukan pada saat diskusi.

Oleh Reza A.A Wattimena

Erotika adalah aktivitas manusia untuk membangkitkan hasrat seksual. Ada seni dan intrik di dalamnya. Lekukan tubuh dimainkan untuk mengundang persetubuhan. Warna dan bau dipoles menjadi panggung bagi kenikmatan.

Di dalam erotika, seks adalah kerinduan akan keabadian. Persetubuhan adalah kunci untuk melestarikan kehidupan. Tanpanya, kepunahan tak lagi bisa dihindarkan. Seks tak dilihat sebagai sesuatu yang kotor dan terlarang, tetapi dipahami sebagai perayaan kehidupan. Lanjutkan membaca Erotika Filosofis: Tentang Ragam Paradoks Hasrat

Bandar Sabu VS Bandar Zen: Mencari Sensasi Tanpa Adiksi

Ilustrasi Karya Jason Ranti

Oleh Reza A.A Wattimena

2020 sudah menyentuh hidup kita semua. Sejatinya, tahun memang ilusi. Ia tak sungguh ada. Matahari, planet, bulan dan bintang tak mengenal waktu, apalagi tahun.

Namun, bagi manusia, waktu sungguh nyata. Detik dan menit bisa menjadi beda antara hidup dan mati. Waktu adalah ilusi yang menjadi nyata, persis karena pikiran manusia. Dan di tahun 2020 ini, kita hidup di masa yang menarik. Lanjutkan membaca Bandar Sabu VS Bandar Zen: Mencari Sensasi Tanpa Adiksi

Tubuh dan Glorifikasi Kenikmatan

William Farges

Oleh Reza A.A Wattimena

Beberapa data dari United Families International di bawah ini mungkin bisa mencengangkan kita semua. 12% dari seluruh situs yang ada di internet berisi pornografi. Jumlahnya hampir menyentuh 25 juta situs. Jika dibedah lebih lanjut, setiap detiknya, ada hampir 30.000 orang sedang menyaksikan pornografi di internet. Dengan jumlah sebesar itu, industri pornografi kini menyentuh angka 4,9 Trilyun Dollar AS di seluruh dunia.

Banyak pula yang mengira, bahwa hanya pria yang doyan menonton video dengan isi pornografi. Anggapan ini bertentangan langsung dengan data yang ada. 1 dari 3 orang yang menyaksikan pornografi adalah perempuan. 13% perempuan mengaku, bahwa ketika bekerja di kantor, mereka menyaksikan video dengan isi pornografi. Pornografi merupakan salah satu tantangan besar di balik perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi yang melahirkan dunia siber. Lanjutkan membaca Tubuh dan Glorifikasi Kenikmatan

Mari Mengejar Kenikmatan

Conspirators of Pleasure, Jan Svankmajer

Oleh Reza A.A Wattimena

Setiap jengkal kehidupan di alam semesta ini selalu mencari kebahagiaan, dan menghindari penderitaan. Begitulah fakta semesta yang tak bisa dibantah. Salah satu unsur pembentuk kebahagiaan adalah kenikmatan. Maka, ia tak bisa dilangkahi begitu saja.

Di dalam hidup, kita harus mencari kenikmatan. Makanan yang nikmat akan membuat kita merasa segar. Tidur yang nikmat akan mengisi tenaga kita kembali. Persahabatan dan percintaan yang nikmat akan mengisi hidup kita dengan warna warni keindahan.     Lanjutkan membaca Mari Mengejar Kenikmatan

Satu Paket?

blogspot.com
blogspot.com

Sengsara Membawa Nikmat, dan Sebaliknya

Oleh Reza A.A Wattimena

Di dalam hidup, kita cenderung mencari senang dan nikmat. Kita berusaha menghindari semua bentuk penderitaan. Kita mau apa yang kita anggap baik untuk hidup kita. Dan kita juga berusaha menyingkirkan apa yang kita anggap jelek untuk kita.

Namun, hidup tidak bisa seperti itu. Hidup tidak melulu enak, walaupun kita berusaha untuk selalu mencari yang enak dan nikmat. Hidup juga tidak selalu susah, walaupun seringkali, kita merasa begitu. Di dalam hidup, kita tidak bisa memperoleh kenikmatan, tanpa penderitaan yang mengikutinya.

Satu Paket

Hidup itu satu paket. Istilahnya, kita memiliki bayi yang manis dan cantik, tetapi juga gemar kencing dan berak. Ia cantik dan manis, tetapi juga bau dan jorok. Ia satu paket, dan kita tidak punya pilihan lain, selain menerimanya sebagai satu paket.

Anda ingin menjadi cerdas? Orang cerdas kerap menjadi sangat kritis dan analitis. Dua sikap ini membuat orang kerap jatuh ke dalam penderitaan batin, dan konflik dengan orang lain. Jadi, cerdas pun tidak bisa dilepas dari penderitaan batin semacam itu. Satu paket.

Anda ingin sukses? Orang sukses kerap harus bekerja lebih keras. Nantinya, ia juga seringkali menjadi begitu melekat dengan kesuksesannya, dan amat kecewa, ketika ia gagal. Kesuksesan dan ketegangan batin semacam ini juga satu paket. Lanjutkan membaca Satu Paket?

Filsafat Kenikmatan Menurut Marquis de Sade

wallpaper4me.com

Oleh Reza A.A Wattimena

Dosen Fakultas Filsafat, UNIKA Widya Mandala, Surabaya

            Ada satu fenomena menarik yang terjadi di berbagai kota-kota besar di Indonesia, yakni balapan motor di malam hari. Di Jakarta setiap malam, terutama di daerah Kemayoran, sekumpulan anak muda berkumpul, membawa kendaran bermotor mereka, dan mulai balapan. Motifnya beragam mulai dari mencari tambahan uang (yang biasanya juga untuk mempercanggih motor mereka), sampai dengan sekedar iseng menghabiskan waktu semata. Yang menarik adalah setiap malam pasti ada korban jiwa dari balapan tersebut. Lanjutkan membaca Filsafat Kenikmatan Menurut Marquis de Sade

Mengenal Marquis de Sade (1740-1814)

http://i2.listal.com

Oleh Reza A.A Wattimena

Dosen di Fakultas Filsafat, UNIKA Widya Mandala, Surabaya

Motif utama dari filsafat Marquis de Sade adalah untuk memahami kejahatan (Vice and Wickedness) di dalam diri dan kehendak manusia. Metode yang digunakan adalah pengamatan dan refleksi diri (self-reflection), yakni melihat ke dalam dirinya sendiri. Cara penyampaiannya juga beragam, mulai dari narasi cerita (story narrative) sampai dengan spekulasi teoritik (theoretical speculation). Karena berada di dalam tegangan dua model penyampaian itu, banyak orang merasa sulit memahami maksud sesungguhnya dari de Sade.[1] Bahkan Airaksinen, salah satu komentator pemikiran de Sade, berpendapat, bahwa ia, de Sade, adalah seorang filsuf yang tersembunyi (philosopher in disguise). Etikanya adalah anti-etika, dan metafisikanya adalah anti-metafisika. Ia hendak membalik semuanya, dan mengajak kita memikirkan hal-hal lama secara baru. Lanjutkan membaca Mengenal Marquis de Sade (1740-1814)

Pernak Pernik Kekuasaan

i-heart-god.com

Pernak Pernik Kekuasaan

Hidup memang aneh. Jadi penguasa susah, karena banyak tanggung jawab yang harus dipikirkan. Jadi orang yang tidak berkuasa juga susah, karena tidak pernah bisa memutuskan diri, tetapi selalu disuruh-suruh.

Jadi wajarlah saya mulai tulisan ini dengan sebuah pertanyaan sederhana, “Mana yang lebih baik, menjadi penguasa, atau berada di bawah kekuasaan?” Pertanyaan itu tidak datang bagaikan petir dari langit, tetapi dari pengalaman sehari-hari.

Jika pertanyaan tersebut diajukan pada seorang sufi, tentunya ia akan menjawab. “berada di bawah kekuasaan.” Kita pun bertanya, “mengapa?”

“Orang yang berada di bawah kekuasaan orang lain selalu diberi tahu bahwa ia salah, lepas dari apakah ia sungguh-sungguh bersalah atau tidak. Ini memberikanya suatu kesempatan untuk memperbaiki diri sendiri dengan menelaah dirinya sendiri, karena mungkin saja ia memang bersalah.”

“Akan tetapi, orang yang berkuasa hampir selalu membayangkan bahwa dirinya benar, sehingga ia hampir tidak punya kesempatan untuk memperbaiki dirinya sendiri.” (GM, 1980)

Yah, jawaban yang bagus memang. Mungkin itupula sebabnya, mengapa orang yang berada di bawah kekuasan orang lain kelak akan menjadi penguasa, dan para penguasa akan kembali menjadi orang yang dikuasai.

Hegel, seorang filsuf Jerman pada abad ke-19, pernah menulis tentang dialektika tuan dan budak. Intinya sederhana, bahwa budak akan menjadi tuan, karena ia menggunakan akal budinya untuk bekerja. Sementara, tuan akan menjadi budak, karena ia malas menggunakan akal budinya, dan hidup berleha-leha.

Akan tetapi, masalahnya tidak sesederhana itu

Tidak Niscaya

Ternyata, tidak ada kepastian bahwa orang yang dikuasai suatu saat akan menjadi penguasa. Dan juga tidak ada kepastian, bahwa sang penguasa nantinya akan menjadi orang yang dikuasai.

Akan tetapi hampir selalu pasti, bahwa ketika sang penguasa turun, seorang menteri atau bawahan penguasa tersebut juga turun. Jadi, logikanya terbalik sebenarnya. Sang bawahan tidak jadi penguasa, tetapi malah ikut turun bersama penguasa yang turun takhta.

Misalnya, anda adalah seorang CEO perusahaan besar. Menarik membayangkan bahwa suatu saat, anda akan turun dari jabatan tersebut, dan menjadi orang biasa. Mungkin, saat itu adalah saat yang paling tepat bagi anda untuk memperbaiki dan menelaah kembali diri anda sendiri.

Yah, hidup memang susah, tetapi hidup juga menyenangkan, karena kita bisa belajar langsung dari hidup itu sendiri. Gerak perubahan penguasa menjadi yang dikuasai, atau yang dikuasai menjadi penguasa, sebenarnya juga merupakan sebuah proses belajar.

Oleh sebab itu, janganlah hanya mau menelaah dan memperbaiki diri hanya kalau sedang tidak berkuasa. Atau dikatakan sebaliknya, kalau sedang berkuasa janganlah terlalu terlena, sehingga jadi lupa diri.

Perubahan Paradigma

Mungkin itu pula sebabnya teori demokrasi modern sangat menekankan fungsi kontrol terhadap presidennya, terutama supaya penguasa bisa ‘menelaah dirinya sendiri’. Akan tetapi, fungsi kontrol tersebut janganlah diharapkan datang dari kehendak baik sang penguasa itu, karena harapan itu akan jadi sia-sia.

Kritik dan teguran langsung terhadap penguasa bisa berperan penting disini. Dan harus diingat, jika kita dikritik atau ditegur, bukan berarti kita dikuasai. Dan sebaliknya, jika kita mengkritik atau menegur, bukan berarti kita menguasai.

Konon, Napoleon tidak mau dikritik secara publik. Ia hanya mau menerima kritik yang ditujukan langsung secara pribadi kepadanya. Yah, kritik yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi itu memang tidak banyak gunanya, karena hanya berguna bagi sedikit orang.

Padahal, seperti yang ditulis Goenawan Mohamad lebih dari 15 tahun yang lalu, “orang lain yang dapat memanfaatkan suatu kritik terhadap Napoleon,… mungkin dapat menjadi napoleon berikutnya.” (GM, 1980)

Yah, jadi jangan malu dikritik, karena kritik memberikan kesempatan pada kita untuk menelaah dan memperbaiki diri. Juga, jangan malu untuk dikritik secara publik, karena berarti banyak orang yang dapat belajar dari kritik tersebut. Jadi ga ada ruginya toh..

Pernak Pernik Kekuasaan

Kekuasaan, seperti hampir segala sesuatu di dunia ini, juga membutuhkan aksesoris tambahan. Aksesoris tambahan itu bisa macam-macam, bisa semakin memperburuk wajah kekuasaan, atau justru mempercantiknya.

Tentunya, kita ingin kekuasaan yang kita miliki ataupun yang menguasai kita berwajah cantik dong. Kita tidak mau diperintah oleh sosok kekuasaan yang bikin ngeri, kita juga ingin agar orang lain mengenang kita sebagai penguasa yang cantik.

Nah, supaya cantik, kekuasaan harus didandani dengan kritik. Kritiklah dandanan yang paling memadai untuk kekuasaan, sehingga kekuasaan tersebut tidak menyeramkan dan jelek, tetapi ramah dan simpatik.***

Saya banyak terinspirasi dari karya Goenawan Mohamad

Reza A.A Wattimena, Dosen Filsafat Politik Fakultas Filsafat UNIKA Widya Mandala Surabaya