Kemunafikan Membuat Nalar Buntu

9efaf190325473.Y3JvcCw4NDQsNjYwLDAsMTY5Oleh Reza A.A Wattimena

Sekitar jam 10 malam, bilangan Tanah Abang Jakarta, saya berjalan. Baru saja selesai berjumpa dengan seorang teman dari jauh. Saya kaget, karena ada sosok berjalan di kegelapan. Ia tidak menyerupai manusia.

Ternyata, ia adalah seorang perempuan. Tubuhnya ditutupi oleh kain dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ia berjalan biasa, namun tampak menyeramkan, karena pakaian yang ia gunakan. Saya teringat film Sundel Bolong yang saya tonton sewaktu saya kecil. Lanjutkan membaca Kemunafikan Membuat Nalar Buntu

Erotika Filosofis: Tentang Ragam Paradoks Hasrat

Kim Kaos on Twitter: "Dimitry Vorsin's Erotic and Surrealist Drawings Echo  Dali and Da Vinci #Art #Surrealism #Drawing http://t.co/cqbDH3C7yl"Bahan Diskusi Isolasi Selasa 23 Maret 2021. Pendapat dan pertanyaan bisa diajukan pada saat diskusi.

Oleh Reza A.A Wattimena

Erotika adalah aktivitas manusia untuk membangkitkan hasrat seksual. Ada seni dan intrik di dalamnya. Lekukan tubuh dimainkan untuk mengundang persetubuhan. Warna dan bau dipoles menjadi panggung bagi kenikmatan.

Di dalam erotika, seks adalah kerinduan akan keabadian. Persetubuhan adalah kunci untuk melestarikan kehidupan. Tanpanya, kepunahan tak lagi bisa dihindarkan. Seks tak dilihat sebagai sesuatu yang kotor dan terlarang, tetapi dipahami sebagai perayaan kehidupan. Lanjutkan membaca Erotika Filosofis: Tentang Ragam Paradoks Hasrat

Seks dan Zen

Ilustrasi Karya Jason Ranti

Oleh Reza A.A Wattimena

Lebih dari 13 tahun, saya mengajar filsafat di berbagai perguruan tinggi. Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu secara kritis, sampai ke akarnya. Tema seks pun kerap kali muncul, terutama dalam kuliah terkait manusia. Lucunya, setiap kali berbicara soal seks, banyak mahasiswa malu tersipu-sipu, atau merasa cemas.

Mengapa? Karena di masyarakat kita, seks adalah barang tabu untuk dibicarakan. Hampir semua agama berbicara soal melarang atau membatasi seks. Hukumannya pun kejam, yakni api neraka bagi yang melanggar. Karena mutu pendidikan kita yang rendah, sehingga pikiran kritis dan rasional itu dianggap berbahaya, maka orang pun patuh buta pada ajaran terbelakang semacam itu. Lanjutkan membaca Seks dan Zen

Masyarakat “Mata Keranjang”

Saatchi Art

Oleh Reza A.A Wattimena

Peneliti, Tinggal di Jakarta

Kita hidup di masyarakat “mata keranjang”. Di dalam masyarakat semacam ini, segala hal dikaitkan dengan seksualitas, tepatnya dengan hubungan seks. Tubuh perempuan terbuka sedikit, pikiran banyak orang langsung ke arah seks. Tubuh pria kekar sedikit, pikiran mereka pun langsung tertarik secara seksual.

Tak heran, di masyarakat semacam ini, banyak mata keranjang dan hidung belang. Ini adalah julukan bagi orang-orang yang suka melihat orang lain secara seksual. Ia hanya ingin menggunakan orang lain untuk kenikmatan dirinya, tanpa peduli pada harkat dan martabat orang lain sebagai manusia. Tak heran pula, di masyarakat semacam ini, pemerkosaan dan pelecehan seksual menjadi salah satu tindak kriminal yang paling banyak terjadi. Lanjutkan membaca Masyarakat “Mata Keranjang”