
Oleh Reza A.A Wattimena
Setiap jengkal kehidupan di alam semesta ini selalu mencari kebahagiaan, dan menghindari penderitaan. Begitulah fakta semesta yang tak bisa dibantah. Salah satu unsur pembentuk kebahagiaan adalah kenikmatan. Maka, ia tak bisa dilangkahi begitu saja.
Di dalam hidup, kita harus mencari kenikmatan. Makanan yang nikmat akan membuat kita merasa segar. Tidur yang nikmat akan mengisi tenaga kita kembali. Persahabatan dan percintaan yang nikmat akan mengisi hidup kita dengan warna warni keindahan.
Sayangnya, banyak orang salah paham. Mereka mencari kenikmatan tidak dengan sepenuh hati. Mereka tidak mencari kenikmatan tertinggi yang bisa diraih manusia. Padahal, kenikmatan yang tak sepenuh hati itu banyak efek samping yang merugikan.
Contohnya adalah seks, makan berlebihan, belanja berlebihan sampai dengan alkohol. Semuanya tentu memberi kenikmatan. Namun, bentuknya setengah hati, dan memiliki efek samping yang merugikan, jika tidak dilakukan secara sadar. Pendek kata, semuanya memberi kenikmatan sesaat dan setengah hati.
Kenikmatan tertinggi bisa diraih, jika orang paham jati diri mereka sebenarnya. Inilah kesadaran halus dibalik segala pikiran dan emosi yang muncul. Kesadaran ini menerima sepenuhnya apa yang terjadi disini dan saat ini. Kedamaian dan kebahagiaan pun muncul secara alami di dalam diri.
Inilah kenikmatan tertinggi yang bisa diraih manusia. Semua bentuk kenikmatan setengah hati, seperti seks, makan sampai dengan alkohol, menjadi tak lagi berarti. Itu semua bisa dilakukan dengan kesadaran, dan tidak dengan dorongan tanpa arah. Jika orang menemukan kenikmatan tertinggi di dalam dirinya ini, maka segala bentuk kekecewaan dan penderitaan di dalam hidup bisa dijalani dengan penuh kedamaian.
Maka, janganlah tanggung-tanggung di dalam mengejar kenikmatan. Kejarlah kenikmatan yang tertinggi, yakni pemahaman jati dirimu yang sesungguhnya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu. Inilah pengalaman saya, dan pengalaman jutaan orang lainnya yang menekuni jalan ini sebelum saya.
Ijin share
SukaSuka
ya, bung mena setiap kata jitu. bisa2 juga dibilang, kalau kita mau menikmati hidup , kita harus menanam”modal”dulu, baru kita dapat “keuntungan dalam bentuk kenikmatan hidup” , yang benar2 tidak dapat terbayar dg mata uang apapun. artikel diatas sangat “sejuk segar”, gitu mudah dimengerti, tetapi hindaran utama nya : apa yang berminat sanggup menanam “modal” dulu dan bekerja keras untuk mendapat ” keuntungan”…..walau semua kepentingan /”alat” 2 untuk bekerja selalu ada dalam diri kita sendiri……ha ha…”nalar sehat dan hati nurani”…lain2 nda ada.
banya salam !!
SukaSuka
Yang menjadi masalah, ketika orang bingung mencerna maksud dari kenikmatan tertinggi tersebut..jika maksudnya saja bingung, sudah hampir dipastikan cara untuk mencapainya juga bingung….
SukaSuka
Hobi termasuk kenikmatan,,, termasuk sepenuh hati atau setengahnya bang ?? Salam
SukaSuka
menikmati momen ini, saat ini…
SukaSuka
silahkan
SukaSuka
sebenarnya tidak ada ada modal yang perlu ditanam. Menyadari jati diri sejati disini dan saat ini bisa langsung dilakukan. Kenikmatan tertinggi sudah selalu ada di dalam diri.
SukaSuka
Jangan bingung. Kenikmatan tertinggi ada di dalam diri. Lihat ke dalam. Amat sederhana dan amat memuaskan.
SukaSuka
Setengah. Kenikmatan tertinggi bergerak melampaui hobi
SukaSuka
Langit biru. Pohon hijau.
SukaSuka
untuk menemukan kembali “nikmat tertinggi”dalam kepala , buang semua sampah, dan semua tantangan (der affengeist) itu energi yang di perlukan .
salam hangat !!
SukaSuka
untuk mengetahui jati diri saat ini, dengan mengetahui kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri sendir apa itu pemahaman jati diri yang sesungguhnya. kalau bukan gimana cara mengetahui pemahaman jati diri kita sendiri ?
SukaSuka
Bagaimana menurut anda tentang Mother Teresa jika dihubungkan dengan artikel ini
SukaSuka
Ja.. stimmt.. Wir gehen zu der Quelle des Universums. Sie existiert zuvor Denken und Emotionen…
SukaSuka
ini sudah saya jawab sebelumnya. Apa yang ada di balik segala bentuk pikiran, emosi dan kebutuhan tubuh anda? Itulah jati diri anda yang sebenarnya…
SukaSuka
Angin bertiup. Langit biru. Lalu apa dan dengan manusia ?
SukaSuka
Saya kurang paham dengan kehidupan beliau. Banyak iklan yang dilebih-lebihkan. Maaf tidak bisa komentar lebih jauh
SukaSuka
memang, ada manusia?
SukaSuka
Mother teresa pernah menulis
“Tuhan ingin saya masuk dalam kemelaratan. Hari ini saya mendapat pelajaran yang baik. Kemelaratan para orang miskin pastilah sangat keras. Ketika saya mencari tempat tinggal, saya berjalan dan terus berjalan sampai lengan dan kaki saya sakit. Saya bayangkan bagaimana mereka sakit jiwa dan raga, mencari tempat tinggal, makanan dan kesehatan. Kemudian kenikmatan Loreto datang pada saya. ‘Kamu hanya perlu mengatakan dan semuanya akan menjadi milikmu lagi,’ kata sang penggoda… Sebuah pilihan bebas, Tuhanku, cintaku untukmu, aku ingin tetap bertahan dan melakukan segala keinginan-Mu merupakan kehormatan bagiku. Aku tidak akan membiarkan satu tetes air mata jatuh karenanya.”
Dalam kutipan di atas, dalam penderitaan ada kebahagiaan, ada cinta yang ingin diberikan, ada kehormatan ketika ia melakukan keinginan Tuhan.
Bagaimana menurut bapak, ada penderitaan dan ada cinta dalam bunda teresa?
Bukankah seharusnya kebahagiaan hanya didalam Tuhan? Karena sejak awal manusia dicipta adalah untuk kemuliaan Tuhan, karena dosa maka manusia menjadi berpusat pada diri. Manusia menjadi sulit untuk melihat gambaran diri yang sesungguhnya karena keberadaan dosa.
Identitas manusia yang sesungguhnya adalah manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, manusia menjadi memiliki akal budi, manusia mengenal apa itu konsep kesempurnaan walaupun dirinya tidak sempurna karena dosa, dan sudah seharusnya dalam identitas tersebut manusia menjadi mengenal dirinya dan apa yang menjadi tujuan hidupnya yaitu hidup untuk kemuliaan Allah.
Bagaimana menurut bapak tentang identitas manusia yang harus dikembalikan kepada Allah, dan tujuan hidup adalah untuk kemuliaan Allah?
SukaSuka
Apakah jati diri yang sbenarnya adalah jiwa kita yang mendiami tubuh ini dan menjalani hidup bersama pikiran dan emosi kita?
SukaSuka
Apakah jati diri yang sbnrnya adalah jiwa kita yang tinggal didalam tubuh ini brsama pikiran dan emosi kita?
SukaSuka
Terima kasih sudah berbagi. Pandangan di atas mungkin cocok untuk orang-orang Kristiani. Di luar tradisi itu, pandangan di atas terasa asing. Konsep dosa dan Tuhan yang anda tawarkan tidak bisa diuniversalkan begitu saja. Banyak pandangan lain yang jauh lebih tua di berbagai peradaban.
SukaSuka
Jiwa identik dengan pikiran. Kata Roh mungkin lebih tepat. Namun, sejatinya, jati diri sejati kita tak memiliki nama. Menamainya berarti memasukkan dia ke dalam ranah pikiran dan konsep, sehingga akhirnya kacau lagi… disini, kita harus berhati-hati…
SukaSuka
bukan. Jiwa identik dengan pikiran dan emosi. Kesadaran akan semua itu, itulah jati diri kita sebenarnya
SukaSuka
kebetulan saya liat komenrar tulisan 2 lama, ingin saya tulis -mengenai komentar bung mena / mother theresa – dosa – kristiani –
saya sepakat dgn komentar bung mena. untuk saya semua machluk sama, dan berhak utk hidup tanpa “menyakiti” mahluk lain.
menurut saya “dosa” itu hanya bikinan manusia belaka untuk menakut2 i sesama….(sebagai ancaman dari “agama”)
SukaSuka
heheheh.. ich stimme dir zu…
SukaSuka