Pengakuan Seorang Marxis-Zennist

Ricardo Levins Morales

Oleh Reza A.A Wattimena

Di dalam filsafat, Marxisme adalah cinta pertama saya. Saya masih ingat buku tulisan Franz Magnis-Suseno yang berjudul Pemikiran Karl Marx. Seingat saya, buku itu terbit pada 1999. Itu merupakan salah satu buku filsafat pertama yang saya baca sampai selesai.

Sewaktu itu, saya masih di bangku SMA. Saya masih ingat perasaan saya waktu itu. Pikiran begitu tercerahkan. Dada begitu berkobar oleh semangat untuk membuat perubahan. Sejak itu, saya menjadi seorang Marxis. Lanjutkan membaca Pengakuan Seorang Marxis-Zennist

Trilogi Filsafat Jerman dan Demitologisasi Kehidupan

Oleh Reza A.A Wattimena

Peneliti, Tinggal di Jakarta

Sudah sejak awal, filsafat berusaha memahami dunia dengan segala isinya. Salah satu jalannya adalah dengan membongkar beragam kesalahan berpikir yang bercokol di kepala manusia. Harapannya, dengan pemahaman yang tepat tentang dunia, kita lalu bisa menjalani hidup yang bermutu sebagai manusia. Kita tidak lagi tertipu oleh beragam pengetahuan palsu, maupun terjebak pada kesalahan yang berpikir yang tak perlu terjadi.

Di dalam filsafat Eropa, ada dua aliran besar yang amat berpengaruh. Mereka adalah filsafat Yunani kuno dan Idealisme Jerman. Walaupun relatif singkat, namun dunia modern tidak akan terbentuk seperti sekarang ini, tanpa pengaruh dari kedua aliran filsafat tersebut. Lanjutkan membaca Trilogi Filsafat Jerman dan Demitologisasi Kehidupan

Marx, Kapitalisme, dan Masalah Kepemimpinan

wordpress.com

Oleh Reza A.A Wattimena

Sekitar dua abad yang lalu, Karl Marx, seorang filsuf asal Jerman di abad 19, sudah meramalkan, bahwa kapitalisme akan mengalami masalah besar. Beberapa ramalannya tidak terjadi. Namun beberapa telah terjadi. Di dalam tulisannya Umar Haque (2011) memberikan beberapa catatan.

Ramalan Marx

Yang pertama Marx menyatakan, bahwa kapitalisme akan memiskinkan kaum buruh. Kaum buruh akan diperlakukan semata sebagai alat, dan akan diekspoitasi habis-habisan oleh para pemilik modal. Gaji akan tetap sementara harga barang-barang kebutuhan akan terus meningkat, dan situasi kerja akan semakin tidak manusiawi. Lanjutkan membaca Marx, Kapitalisme, dan Masalah Kepemimpinan

Bastiat

Senin, 04 Juli 2011

Leviathan

Oleh Goenawan Mohamad

Seorang “neo-liberal” adalah orang yang jengkel kepada “Negara”. Tapi ada seorang pendahulunya yang tak jengkel, malah kocak: Frédéric Bastiat, orang Prancis di abad ke-19. Ia mempersamakan Negara dengan tokoh Figaro yang harus mendengarkan tuntutan dari delapan penjuru angin:

“Aturlah buruh dan pekerjaan mereka!”

“Habisi egoisme!”

“Lawan kekurangajaran dan tirani modal!”

“Bikin eksperimen dengan tahi sapi dan telur!”

“Bentangkan jalan kereta api di pedusunan!”

“Tanam pohon di pegunungan!”

“Jadikan Aljazair koloni kita!”

“Setarakan laba usaha industri!”

“Pinjamkan uang tanpa bunga kepada yang perlu!”

“Perbaiki keturunan kuda tunggangan!”

“Hidupkan seni, latih musisi dan penari!”

“Temukan kebenaran dan ketok kepala kami agar berpikir!” Lanjutkan membaca Bastiat

Sjahrir di Pantai

Google Images

Oleh: Goenawan Mohamad

I

SAYA bayangkan Sjahrir di Banda Neira pagi itu, 1 Februari 1942. Kemarin tentara Jepang menyerbu Ambon dan beberapa jam sesudah itu bom dijatuhkan.

Saya bayangkan Sjahrir di Banda Neira pagi itu, setelah sebuah pesawat MLD-Catalina yang bisa mendarat di permukaan laut berputar-putar di sekitar pulau. Berisiknya membangunkan penduduk. Tak lama kemudian, kapal terbang kecil itu pun berhenti di teluk. Ko-pilot pesawat, seorang perwira Belanda yang kurus, turun dan menuju ke tempat Sjahrir dan Hatta tinggal. Kedua tahanan politik itu harus meninggalkan pulau cepat-cepat, pesannya. Hanya ada sekitar waktu satu jam untuk bersiap. Lanjutkan membaca Sjahrir di Pantai

Rosa Luxemburg dan Spontanitas Organisasi

936full-rosa-luxemburg Profil Singkat seorang Filsuf Perempuan Revolusioner

Oleh: REZA A.A WATTIMENA

Apakah anda pernah mendengar nama Rosa Luxemburg? Jika anda seorang aktivis sosial, pemikir kritis, pencinta ide-ide Karl Marx, pejuang keadilan sosial, dan tidak mengenal nama itu, anda perlu lebih banyak membaca.

Ia adalah seorang penulis, filsuf, dan aktivis sosial ternama. Ia dipenjara bertahun-tahun, karena menentang terjadi perang dunia pertama.[1] Di sisi lain ia juga banyak melakukan kritik terhadap ajaran-ajaran Marx yang tradisional. Saya ingin mengajak anda mengenalnya lebih dalam.

Salah satu cara untuk mengenalnya lebih dalam adalah dengan membaca surat-surat pribadinya. Itu semua ada di dalam buku The Letters of Rosa Luxemburg yang dikumpulkan dan diterjemahkan oleh George Shriver. Membaca buku itu anda akan diajak untuk menyelami pribadi seorang perempuan yang memiliki integritas tinggi, seorang pemikir sejati, sekaligus seorang aktivis keadilan sosial yang tak kenal lelah.

Semua itu bukanlah tanpa tantangan. Ia dipenjara dari 1904-1906, dan tiga setengah tahun berikutnya, karena ia menentang dengan keras terjadinya perang dunia pertama. Bahkan ia dibunuh secara brutal oleh kelompok militer pada 1919, ketika terjadi pemberontakan kaum pekerja di Berlin. Jelaslah ia adalah orang yang tidak pernah gentar, ketika nilai-nilai hidupnya ditantang.

Di balik semua itu, seperti dijelaskan oleh Rowbotham, ia adalah seorang perempuan yang amat penuh cinta dan humoris.