SAYA bayangkan Sjahrir di Banda Neira pagi itu, 1 Februari 1942. Kemarin tentara Jepang menyerbu Ambon dan beberapa jam sesudah itu bom dijatuhkan.
Saya bayangkan Sjahrir di Banda Neira pagi itu, setelah sebuah pesawat MLD-Catalina yang bisa mendarat di permukaan laut berputar-putar di sekitar pulau. Berisiknya membangunkan penduduk. Tak lama kemudian, kapal terbang kecil itu pun berhenti di teluk. Ko-pilot pesawat, seorang perwira Belanda yang kurus, turun dan menuju ke tempat Sjahrir dan Hatta tinggal. Kedua tahanan politik itu harus meninggalkan pulau cepat-cepat, pesannya. Hanya ada sekitar waktu satu jam untuk bersiap. Lanjutkan membaca Sjahrir di Pantai