Publikasi Terbaru: Apa yang Bisa Dipelajari dari 15.000 Tahun Peradaban Manusia?


Usia peradaban manusia tak tua, hanya sekitar 15.000 tahun. Sebelumnya, tak ada yang sungguh tahu. Teori tentangnya berlimpah. Namun, ia terkubur dalam lintasan sejarah.

Dari 15.000 tahun tersebut, begitu banyak hal yang telah dipelajari. Banyak hal yang telah ditemukan, dan kesalahan yang telah dibuat. Semuanya berharga, dan amat penting untuk ditekuni kembali. Wajah peradaban manusia berhutang pada waktu yang telah berlalu tersebut. Lanjutkan membaca Publikasi Terbaru: Apa yang Bisa Dipelajari dari 15.000 Tahun Peradaban Manusia?

Penderitaan dan Peradaban

186092_x089a
artmajeur.com

Oleh Reza A.A Wattimena

Lebih dari enam botol bir menemani percakapan kami. Sudah hampir semalam suntuk, kami berbincang. Kawan saya, yang berasal dari Jerman, bercerita, bagaimana ia terjebak di dalam cinta segita: jatuh cinta dengan orang yang sudah menikah, dan bahkan punya anak. Kisahnya penuh derita, mirip telenovela, namun nyata.

Sejenak, saya bertanya, “Mengapa kamu tidak pergi, dan melanjutkan hidupmu?” Pertanyaan tersebut tampak menghentaknya. Setitik air mata terlihat menggenang, entah karena sedih, atau karena alkohol. Setelah terdiam sesaat, ia menjawab, “Saya mencintainya. Semua penderitaan yang saya rasakan akan terbayar, jika saya bisa bersamanya. Saya akan terus berjuang, walaupun luka dan derita datang menghadang.” Lanjutkan membaca Penderitaan dan Peradaban

Pencerahan

bt-enlightenment-goal
thespiritscience.net

Oleh Reza A.A Wattimena

Dosen di Unika Widya Mandala Surabaya, Sedang di München, Jerman

Untuk apa kita belajar filsafat? Untuk apa kita menekuni beragam teks sulit yang ditulis oleh orang-orang yang sudah mati? Saya tidak tahu dengan anda. Namun, saya punya tujuan yang saya pegang erat terus, sejak pertama kali saya menyentuh buku filsafat: saya ingin mencapai pencerahan (Enlightenment, Aufklärung, Erleuchtung).

Mungkin, ini terdengar naif. Akan tetapi, jika kita mendalami beragam pemikiran filsafat yang ada di dalam sejarah manusia, tujuan ini cukup umum ditemukan. Filsafat Yunani Kuno, terutama tradisi Stoa, mencita-citakan terciptanya “orang bijak Stoa”. Ia adalah manusia yang tak lagi terpengaruh oleh naik turunnya kehidupan. Di tengah beragam tantangan dan persoalan yang menerpa, ia tetap teguh berpegang pada kekuatan batin (innere Kraft) yang bercokol di dalam jiwanya, dan menemukan ketenangan yang sejati (Gelassenheit). Lanjutkan membaca Pencerahan

Buku Filsafat Terbaru: Filsafat Pra Skolastik Eropa

Buku Filsafat Terbaru:

Filsafat Pra Skolastik Eropa

Pengenalan Singkat Sejarah Filsafat Abad Pertengahan

ISBN: 978-602-19758-7-9

Tulisan:

Ramon Nadres

Dr. Ramon Antonio Eguia Nadres lahir die Quezon City, Filipina. Ia meraih gelar sarjana di bidang Zoologi pada 1981 di University of the Philippines. Ia kemudian menyelesaikan studi sarjana di bidang filsafat dari Pontifical University of the Holy Cross di Roma pada 1987. Ia mendapatkan gelar Licentiate in Philosophy dari Universitas Navarre di Pamplona, Spanyol, pada 1998. Pada 2009 ia berhasil mempertahankan disertasi doktoral dengan judul La Memoria en Santo Tomás de Aquino: Fuentes y Originalidad  di universitas yang sama. Saat ini ia bekerja sebagai dosen di Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Indonesia.   Lanjutkan membaca Buku Filsafat Terbaru: Filsafat Pra Skolastik Eropa

Kebakhilan

flckr.com

Oleh Goenawan Mohamad

Ia tak gila. Atau ia bagian dari patologi yang tak tersendiri. Anders Behring Breivik, memakai seragam polisi, membidik dengan tepat anak-anak muda yang sedang berkemah di Pulau Utoeya. Sebanyak 68 orang terbunuh di pulau di Danau Tyrifjorden, 38 kilometer dari Oslo, itu pekan lalu. Delapan lain mati karena ledakan bom. Breivik ditangkap. Pengacaranya membelanya dengan mengatakan: orang ini sakit jiwa. Lanjutkan membaca Kebakhilan