
Oleh Reza A.A Wattimena
Lebih dari enam botol bir menemani percakapan kami. Sudah hampir semalam suntuk, kami berbincang. Kawan saya, yang berasal dari Jerman, bercerita, bagaimana ia terjebak di dalam cinta segita: jatuh cinta dengan orang yang sudah menikah, dan bahkan punya anak. Kisahnya penuh derita, mirip telenovela, namun nyata.
Sejenak, saya bertanya, “Mengapa kamu tidak pergi, dan melanjutkan hidupmu?” Pertanyaan tersebut tampak menghentaknya. Setitik air mata terlihat menggenang, entah karena sedih, atau karena alkohol. Setelah terdiam sesaat, ia menjawab, “Saya mencintainya. Semua penderitaan yang saya rasakan akan terbayar, jika saya bisa bersamanya. Saya akan terus berjuang, walaupun luka dan derita datang menghadang.” Lanjutkan membaca Penderitaan dan Peradaban