Makna Kehidupan

Tree of Life - Surrealism - The Global Art Company
Erik Brede

Oleh Reza A.A Wattimena

Sudah cukup lama, beberapa teman bertanya kepada saya. Ada yang melalui email, atau pertanyaan di media sosial. Apa makna hidup ini? Pertanyaan singkat, namun menuntut permenungan yang mendalam.

Pertanyaan ini menjadi penting, ketika krisis menghantui. Ketidakpastian mengancam masa depan. Penyesalan atas masa lalu juga menikam dada. Pandemik menambah daftar hal-hal yang menakutkan di dalam hidup manusia.

Mengapa Bertanya tentang Makna?

Jika ditelaah lebih dalam, pertanyaan tentang makna berakar pada tiga hal. Pertama, pertanyaan tentang makna muncul, karena kita tidak hidup. Artinya, kita tidak mengalami hidup ini seutuhnya. Kita terjebak pada berbagai pikiran dan perasaan yang muncul. Di tengah itu semua, kita kehilangan pemahaman tentang siapa diri kita yang sebenarnya.

Dua, kita bertanya tentang makna, karena kita kehilangan arah dalam hidup. Mungkin, selama ini, kita hidup hanya untuk diri kita sendiri. Kita hidup hanya untuk mewujudkan ambisi pribadi yang sempit dan penuh kerakusan. Kita hidup hanya untuk memuaskan dorongan nafsu diri yang tak ada habisnya, misalnya untuk memperoleh kenikmatan.

Tiga, pertanyaan tentang makna juga lahir, karena kita hidup di dalam ajaran yang salah. Mungkin saja, kita hidup dalam kungkungan agama dan budaya yang menindas. Kita tumbuh dalam budaya yang menekankan rasa takut dan kepatuhan buta, tanpa sikap tanya. Sampai satu titik, semua itu terlihat semu, dan kita mulai memberontak, serta bertanya.

Kita bertanya tentang makna, juga karena kita sedang bosan. Semua terlihat percuma. Kita kehilangan motivasi untuk terus hidup dan berkarya. Apa yang sebelumnya memberikan kenikmatan kini terlihat hambar tak bermakna.

Kehidupan Sudah Cukup

Untuk menjawab pertanyaan tentang makna, ada tiga hal yang kiranya penting untuk dipertimbangkan. Pertama, makna dari hidup adalah untuk hidup sepenuhnya. Artinya, kita mengalami segala sesuatu dari saat ke saat secara utuh dan penuh. Derita dan bahagia dialami sepenuhnya secara menyeluruh, karena keduanya adalah kehidupan itu sendiri.

Kehidupan itu bukan bersenang-senang terus menerus. Kehidupan itu juga bukan mabuk terus menerus. Kehidupan itu bukanlah kenikmatan tanpa batas. Kehidupan adalah tarian antara nestapa dan bahagia yang datang bergantian. Rayakanlah itu semua.

Dua, dengan berkata ya pada semua unsur kehidupan, termasuk duka dan bahagia, maka kita akan memperoleh kejernihan. Kita bisa melihat dunia apa adanya. Kita tidak lagi terbelenggu oleh emosi ataupun pikiran sesaat yang menyiksa jiwa. Saat demi saat, kita pun bisa mengambil sikap yang tepat.

Ada waktunya, kita mesti diam dan mengamati. Kita membiarkan hidup mengalir melewati segala rintangan yang ada. Ada waktunya, kita mesti bertindak untuk turut menyelesaikan masalah. Kejernihan membantu kita menentukan, kapan harus diam dan bersikap lembut, serta kapan harus bertindak dan bersikap keras.

Tiga, pertanyaan tentang makna lenyap, ketika kita sadar, betapa kayanya hidup kita. Lihatlah ke dalam tubuh kita. Betapa kaya dan mengagumkan berbagai proses yang terjadi di dalam diri, mulai dari sistem pencernaan, saraf, pernafasan sampai dengan gerak organ yang terjadi setiap saat. Semua terjadi secara alami dan begitu menakjubkan, tanpa campur tangan kita.

Keberadaan kita di alam semesta juga sangat menakjubkan. Bumi adalah planet yang unik dan istimewa di tata surya. Ia adalah satu-satunya planet yang bisa menampung kehidupan yang kompleks, seperti tumbuhan, hewan dan manusia, karena letaknya yang sangat pas dalam hubungan dengan matahari dan planet-planet lainnya. Menyadari betapa mengagumkannya semua ini, kita tak akan pernah bertanya tentang makna.

Pada akhirnya, pertanyaan tentang makna hidup tak akan pernah bisa dijawab dengan tuntas. Rumusan filosofis hanya akan jatuh pada perdebatan tak berguna yang membuat pusing kepala. Pertanyaan tersebut akan lenyap secara alami, jika kita hidup seutuhnya disini dan saat ini dengan segala kekayaannya, baik derita maupun bahagia. Di tengah naik turunnya kehidupan, kita mengamati semuanya dengan utuh, sambil sekali-sekali… menari.

 

 

 

 

Diterbitkan oleh

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023) dan berbagai karya lainnya.

6 tanggapan untuk “Makna Kehidupan”

  1. pertanyaan sederhana yg sangat sulit terjawab.
    uraian diatas sangat jelas, mudah dimengerti, tapi toch untuk menjalankan di butuhkan minat dari lubuk hati.
    pendek jawaban : hidup selalu berubah , kalau kita hidup dari saat ke saat dgn kesadaran , kita mampu menjawab pertanyaan diatas dengan senyum.
    banya salam !!

    Suka

  2. Kehidupan itu bukan bersenang-senang terus menerus. Kehidupan itu juga bukan mabuk terus menerus. Kehidupan itu bukanlah kenikmatan tanpa batas. Kehidupan adalah tarian antara nestapa dan bahagia yang datang bergantian. Rayakanlah itu semua.

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.