Paradoks Zen

Image result for zen surrealism"

Oleh Reza A.A Wattimena

Sejak kecil, saya suka sekali belajar. Saya suka menemukan hal-hal baru. Saya suka mengetahui segala hal tentang kehidupan, termasuk sejarah dan kompleksitasnya. Belajar menjadi semacam petualangan yang membahagiakan untuk hidup saya.

Secara umum, belajar berarti mengumpulkan informasi. Kita membaca atau mendengar hal-hal baru yang menambah pengetahuan di dalam diri kita. Belajar ilmu pengetahuan terjadi dengan proses ini. Sekolah formal, mulai dari SD sampai perguruan tinggi, juga terjadi melalui proses yang sama. Lanjutkan membaca Paradoks Zen

Belajar Praktis

Untitled-20111
kyaari.com

Oleh Reza A.A Wattimena

Dosen di Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya, sedang di München, Jerman

Di dalam bukunya yang berjudul ēthiká Nikomácheia atau ἠθικὰ Νικομάχεια, Aristoteles merumuskan dua bentuk kebijaksanaan dalam hidup manusia. Kebijaksanaan ini harus dilihat sebagai bagian dari keutamaan hidup manusia, atau aretḗ (ἀρετή). Kebijaksanaan pertama adalah kebijaksanaan teoritis, atau yang disebutnya sebagai theoria (θεωρία). Yang kedua disebutnya sebagai kebijaksanaan praktis, atau phronêsis (φρόνησις).

Kebijaksanaan pertama terkait dengan upaya untuk memahami alam. Manusia memandang alam dan segala yang ada, serta berusaha memahaminya. Kebijaksanaan kedua terkait dengan moralitas dan etika, yakni segala hal di dunia ini yang terkait dengan penilaian baik dan buruk, serta apa yang mendasarinya. Jika orang memiliki keduanya, maka ia akan menjadi bijaksana, begitu kata Aristoteles.

Di Indonesia

Berpijak pada pandangan ini, kita bisa mencoba memahami keadaan pendidikan di Indonesia. Berada berjam-jam di kelas, anak dipompa dengan berbagai informasi teoretik, mulai dari rumus fisika, sampai dengan butir-butir Pancasila yang mesti mutlak dihafalkan, tanpa cacat. Sejak kecil, anak dihujam dengan berbagai ujian dan pekerjaan rumah yang justru kerap membuat stress dan depresi. Jelas, dimensi praktis pendidikan di Indonesia terlupakan. Lanjutkan membaca Belajar Praktis

Filsafat Steve Jobs

apple.com

dan “Kesalahan-kesalahan” yang Bijaksana

Oleh Reza A.A Wattimena

Setiap orang pasti ingin menjadi ahli dalam satu bidang tertentu. Ada yang ingin menjadi ahli kesehatan (dokter), ahli mesin (insinyur), ahli politik, ahli pendidikan, ataupun apapun. Namun apa sebenarnya arti kata “ahli”? Seorang ahli fisika ternama, Niels Bohr, pernah menulis begini, “seorang ahli adalah orang yang telah membuat semua kesalahan yang dapat dibuat pada satu bidang yang amat sempit.”

Jadi seorang ahli adalah orang yang telah membuat semua kesalahan pada satu bidang yang amat spesifik. Itulah kiranya pendapat Bohr, dan didukung oleh seorang ahli neuropsikologi, Jonah Lehrer. Jika dipikir lebih jauh, inilah juga inti belajar, yakni membuat kesalahan pada satu bidang, lalu membuat perbaikan, lalu membuat kesalahan lagi. Pendidikan bukanlah seni menghafal, melainkan suatu “kebijaksanaan yang lahir dari kegagalan.” (Lehrer, 2011) Lanjutkan membaca Filsafat Steve Jobs

Yang Lalu

blogspot.com

Oleh Reza A.A Wattimena

Apa “yang lalu” terekam dalam ingatan. Ia menyelinap ke dalam benak, membentuk pola, dan mempengaruhi tindakan. Semua orang mengalami ini, tanpa kecuali.

Ini berlaku untuk level individual, maupun kolektif. Di dalam masyarakat ingatan akan peristiwa lampau tetap ada, namun tersembunyi di balik keseharian. “Yang buruk” maupun “yang baik”, keduanya ada berdampingan. Keduanya tak terpisahkan. Lanjutkan membaca Yang Lalu