Oleh Reza A.A Wattimena
Kekosongan adalah tujuan tertinggi di dalam spiritualitas. Sejatinya, ia bukanlah obyek. Tak ada yang perlu dituju. Tak ada yang perlu diraih.
Kekosongan berarti keterbukaan terhadap segala yang ada. Tidak ada perkecualian. Saat demi saat, batin terbuka pada semua. Tidak ada dualisme baik-buruk, benar-salah, surga-neraka dan sebagainya. Yang ada hanya kosong.. terbuka…
Dunia dan Diri
Dunia ini kosong. Ia berubah terus. Tak ada yang bisa dipegang. Dunia ini tanpa inti yang abadi.
Diri kita juga kosong. Tak ada pribadi yang utuh. Tak ada pribadi yang abadi. Diri kita berubah setiap saat, tanpa jejak.
Mengira dunia ini nyata adalah ilusi. Kita lalu ingin mencengkramnya. Kita pun gagal, lalu menderita.
Mengira diri adalah nyata juga ilusi. Kita menjadi rapuh pada hinaan dari orang lain, dan gampang jatuh ke dalam kekecewaan.
Hidup dalam ilusi adalah penderitaan. Mengira dunia adalah nyata adalah penderitaan.
Mengira ego, atau diri, adalah nyata juga penderitaan.
Melihat bahwa semuanya kosong akan menciptakan kelegaan. Inilah kebijaksanaan. Inilah pencerahan.
Saat ke Saat
Ambisi lenyap. Sikap rapuh batin juga lenyap. Semua hal digunakan seperlunya, terutama untuk tujuan-tujuan mulia. Tak ada kecanduan pada apapun.
Saat ke saat, sadari kekosongan. Saat ke saat, sadari keterbukaan terhadap segala.
Jika sudah waktunya tiba, kita melepaskan tubuh dan pribadi dengan leluasa. Kita kembali pada sang pencipta dengan hati terbuka.
Saya selalu bahagia membaca tulisan-tulisan Pak Reza. Kali ini saya teringat inti filsafat kontinental yang barangkali memiliki paradoks terhadap kekosongan dan keterbukaan. Filsafat kontinental yang dikembangkan dari telaah pemikiran Paulus memiliki makna keberisian dan keterbukaan. Jadi paradoksnya adalah kekosongan, dalam arti terbuka untuk siapa saja, di saat yang sama, bisa berisi apa saja.
Paulus dalam magnachartanya dalam Galatia 3:28 berimplikasi, tidak ada a atau b (identitas-identitas manusia). Bagi para pemikir kontinental seperti Alain Badiou dan Slavoc Zizek, ayat itu dapat dimaknai sebagai bisa ada ini dan bisa ada itu “in Christ”.
Sekali lagi, saya adalah penggemar tulisan-tulisan Anda.
SukaSuka
jika disadari bahwa semua yang di dunia ini hanya sementara dan kosong (tidak utuh) maka disitulah akan hadir kedamaian dan ketenangan batin dan pada akhirnya seseorang tidak kan jadi budak kesenangan dunia yang sementara ini
SukaSuka
kalau mampu mengikuti apa yg di maksud penulis, semua begitu sederhana tapi benar2 dahsyat.
bisa di mengerti juga, kalau masyarakat berpandangan,
sipenulis ber otak miring.
inti karya tulisan diatas bisa di pergunakan utk menulis begitu banya thema, dgn arti mendalam.
sangat ber inspirasi !!
terima kasih dan salam hangat !!
SukaSuka
Terima kasih sudah berbagi info tentang paradoks Paulus. Mari belajar terus mas. Salam hangat selalu.
SukaSuka
Begitulah adanya. Salam hangat.
SukaSuka
hahahaha… kita butuh sedikit kegilaan untuk menjadi waras… salam hangat selalu.
SukaSuka