Bisnis dan Sikap Kritis, Apa Hubungannya?

http://www.blog.iqmatrix.com

Oleh Reza A.A Wattimena

Fakultas Filsafat UNIKA Widya Mandala, Surabaya

Mau tahu apa yang anda perlukan, supaya berhasil dalam bisnis di abad 21 ini? Jawabannya mungkin tak terduga, yakni kemampuan berpikir kritis. Itulah pendapat John Baldoni di dalam artikelnya di Harvard Business Review. Bahkan ia lebih jauh menekankan, bahwa yang diperlukan oleh para pemimpin bisnis sekarang ini adalah kemampuan untuk mendekati suatu masalah dengan sudut pandang multikultural. Maka seorang pemimpin bisnis harus memahami filsafat, sejarah, budaya, dan bahkan sastra. Bingung? Saya akan coba jelaskan lebih jauh.

Sikap Kritis

Kemampuan berpikir kritis adalah sesuatu yang amat dibanggakan di dalam filsafat maupun teori-teori tentang kepemimpinan. Namun sebagaimana dicatat Baldoni, sekolah-sekolah bisnis di dunia, dan juga di Indonesia, sekarang ini lebih giat mengajarkan kemampuan berpikir kuantitatif dengan menggunakan perhitungan matematis dan statistik. Dengan proses itu kemampuan berpikir kritis pun terhambat, atau bahkan hilang sama sekali. Apakah anda juga mengalami ini?

Padahal di era yang semakin rumit sekarang ini, kemampuan berpikir kritis adalah sesuatu yang amat penting. Berbagai masalah muncul tanpa begitu saja dapat ditunjuk penyebabnya. Solusi yang diajukan pun juga harus semakin kompleks dan tajam. Untuk itu kemampuan berpikir kritis amatlah diperlukan. Setuju?

Saya punya pengalaman tentang ini. Ayah saya adalah pensiunan salah satu perusahaan swasta di Jakarta, dan pernah mengelola toko somay untuk mengisi masa pensiunnya. Kami sering berdiskusi tentang bagaimana cara mengembangkan bisnis somay. Menurut ayah saya, kunci keberhasilan suatu bisnis, dalam hal ini adalah menjual somay, bukan terletak pada perhitungan untung rugi penjualan (kuantitatif), tetapi pada motivasi dan daya juang orang-orang yang menjual somay tersebut (kualitatif).

Artinya, kunci keberhasilan bisnis terletak pada sesuatu yang amat rumit, manusiawi, dan jelas, yakni pada daya juang orang-orang yang ada di dalamnya. Perhitungan untung rugi nomor dua. Yang pertama adalah daya juang untuk memberikan sesuatu yang berkualitas untuk pelanggan. Apakah anda juga punya pengalaman yang sama tentang ini? Ayo berbagi.

Bahkan saya berani mengatakan, bahwa banyak sekolah bisnis salah arah di dalam mendidik siswa-siswinya. Mereka fokus pada penalaran kuantitatif yang seringkali membunuh antusiasme dan kreativitas, padahal yang justru amat diperlukan adalah daya juang dan kreativitas yang justru amat terkait dengan sastra dan filsafat. Mungkin sekolah-sekolah bisnis di dunia dan di Indonesia perlu untuk lebih banyak belajar filsafat dan sastra, serta mengurangi belajar statistik dan matematika? Bagaimana pendapat anda?

Menggoyang Anggapan Lama

Anda mungkin masih bingung, mengapa sikap kritis dan kemampuan berpikir rumit yang diperlukan dalam bisnis? Bukankah yang diperlukan adalah modal yang besar, dan pasar yang luas? Bukankah yang diperlukan adalah jaringan kerja yang luas? Menurut saya, di balik itu semua (modal, pasar, dan jaringan) terdapat sikap kritis yang tersembunyi di baliknya. Maksudnya begini.

Sikap kritis membantu kita mempertanyakan pemahaman-pemahaman yang kita pegang erat-erat. (Baldoni, 2011) Orang-orang yang berpikir kritis berusaha mencari alasan di balik berbagai peristiwa yang terjadi, dan mencoba mencari alternatif berpikir untuk menanggapi peristiwa tersebut. Mereka akan mempertanyakan, mengapa suatu metode salah, mengapa suatu taktik pemasaran gagal, dan apakah mereka harus mengubah sesuatu di dalam organisasi, atau tidak. Apakah anda termasuk orang-orang yang berpikir kritis?

Saya pernah membuat biografi salah satu pengusaha besar Surabaya. Melihat kisah hidupnya, saya yakin, bahwa sikap kritis itu jauh lebih penting dari modal yang besar. Bahkan pengusaha yang saya tulis riwayat hidupnya tersebut sama sekali tidak memiliki modal untuk berusaha. Justru yang terjadi adalah sebaliknya, berbekal motivasi kuat dan sikap kritis, ia membangun kepercayaan konsumennya (pasar yang luas), dan menciptakan jaringan produksi serta distribusi yang amat luas. Ini kisah nyata lho. Saya tidak mengarang.

Melihat dari Berbagai Sisi

Sikap kritis juga memungkinkan kita melihat satu masalah dari berbagai sisi. Orang-orang yang berpikir kritis mampu melihat hal-hal yang tak dilihat orang lain. Bukan melihat hantu lho, tetapi kesempatan-kesempatan yang tak terlihat oleh orang-orang yang tak mampu berpikir kritis. Di mata orang lain, suatu fenomena adalah krisis. Sementara di mata orang-orang kritis, krisis tersebut adalah suatu kesempatan. Menarik ya?

Contoh klasiknya cukup jelas, yakni Steve Jobs dengan iPad-nya. Sewaktu Apple yang dipimpinnya memasuki pasar tablet PC, banyak orang skeptik, karena tablet PC sudah ada pada waktu itu, namun pasarnya amat kecil. Jobs, jelas, adalah seorang yang amat kritis di dalam melihat dunia. Ketika orang lain melihat krisis, ia melihat potensial. Ketika orang lain bersikap pesimis, ia maju terus, berusaha melihat dari sudut pandang yang berbeda, dan berhasil. Apakah anda adalah orang yang seperti itu?

Tempat saya berkarya, yakni Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala, Surabaya, juga sering dianggap remeh. Awalnya, kami dianggap fakultas tanpa faedah; kekurangan dosen, mahasiswa sedikit, dan ilmunya dianggap tak relevan. Namun, bukannya narsis, karena banyak orang yang mampu berpikir kritis di dalamnya, kini fakultas kami, setidaknya menurut saya, dianggap punya potensi besar di masa depan. Apa indikatornya?

Dosen-dosen yang baru pulang studi dari luar negeri sudah berdatangan. Mereka menawarkan ide-ide baru yang bagus untuk perkembangan universitas. Mahasiswa terus bertambah, walaupun dengan kecepatan yang masih harus terus dipacu. Dengan bangga fakultas kami sudah menerima satu mahasiswa perempuan (mayoritas mahasiswa kami adalah laki-laki)! Hebat ya?! Hehehe..

Dalam waktu dua tahun berdiri, kami sudah menghasilkan setidaknya 7 buku, dan belasan karya tulis lainnya yang tersebar baik di lingkungan universitas, maupun di masyarakat luas. Penjualan buku pun terus meningkat, bahkan bisa menjadi dana alternatif fakultas. Program kelas pendengar dan extension course kami ramai didatangi orang, dan bahkan dinanti-nanti keberadaannya. Saya tidak mengarang lho…

Kini pihak pimpinan universitas sedang mengajak kami untuk memikirkan nilai-nilai dasar universitas, dan membangun semacam Lembaga Pengembangan Nilai yang melingkupi seluruh universitas, beserta fakultas-fakultas lain di dalamnya. Rumus lama kembali berlaku, apa yang orang anggap sebagai masalah, kami lihat sebagai peluang. Apakah anda punya pengalaman serupa?

Era Ketidakpastian

Di dalam era yang serba tidak pasti sekarang ini, kemampuan berpikir kritis amat diperlukan. Bahkan menurut Baldoni, ketidakpastian adalah sesuatu yang mesti dikelola. Dan di dalam proses itu, sikap kritis adalah sesuatu yang amat penting. Sikap kritis membuat kita selalu siap menanggapi perubahan. Sikap kritis amat membantu kita menyingkapi ketidakpastian secara bijak dan tepat. Setuju?

Saya berbicara dari pengalaman pribadi. Jika dilihat lebih dekat, hidup saya itu penuh dengan kejutan. Hari ini saya diangkat tinggi dengan pujian, hari esok di banting ke bawah, dan dibuang seolah seperti sampah yang tak berguna. Saya tidak perlu masuk ke dalam detil. Cukuplah diketahui bahwa jalan hidup saya sampai sekarang ini amat penuh dengan kejutan-kejutan yang tidak selalu menyenangkan. Bagaimana dengan anda?

Sering saya berpikir, kejutan-kejutan itu bisa membuat saya gila, bahkan ingin bunuh diri. Untung sampai sekarang belum (bunuh diri), karena saya masih melihat makna dan tujuan di dalam hidup yang saya jalani, dan orang-orang yang amat saya cintai, dan, saya kira, sekaligus mencintai saya. Filsafat dengan sikap kritis dan rasional yang diajarkannya amat membantu saya menyingkapi berbagai peristiwa dalam hidup. Saya harap anda juga merasakan hal yang sama…

Memang, itu semua tidak selalu berjalan mulus, karena saya seringkali jatuh di dalam hal-hal yang saya sendiri kritik (siapa yang tidak?). Namun saya tahu, hati dan pikiran saya di tempat yang tepat, dan ini akan membantu saya untuk terus memaknai hidup dengan berani, sampai nanti saya mati. Tanpa filsafat dan sikap kritis serta rasional yang diajarkannya, saya tidak akan pernah menulis artikel ini. Dan anda juga tidak akan pernah mengenal saya. Begitu bukan?

Bisnis

Bisnis sekarang ini amat memerlukan sikap kritis. Tidak hanya bisnis, hidup pada umumnya pun amat memerlukan sikap kritis. Di dalam era yang serba tidak pasti sekarang ini, kita justru amat membutuhkan para pemikir kritis yang tajam memahami situasi. Kita juga semakin membutuhkan orang-orang yang mampu melihat pelbagai ancaman ataupun masalah sebagai potensi untuk berkembang di masa depan, serta membuat keputusan yang tepat. Jadi, tunggu apa lagi? Mari belajar bersikap kritis! Mari belajar filsafat!

Iklan

Diterbitkan oleh

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023) dan berbagai karya lainnya.

Satu komentar pada “Bisnis dan Sikap Kritis, Apa Hubungannya?”

  1. Sangat inspiratif TRUTH (benar) Pak, ber mindset “kritis” adalah kata kunci dalam proses biz yang paling effektif untuk sukses. Proses belajar ber Filsafat itu sering kali sangat membantu, sampai saya berpikir saya ingin belajar terus(walaupun sudah termasuk tua dalam hitungan umur). Saya umur relatif 17 tahun tapi kurang lebih 39 tahun yang lalu he he alumi kampus Bapak dan juga sedang kuliah terus tapi tidak pernah lulus karena tidak pernah ikut dan mau ujian.

    Walau saya berwiraswasta tapi waktu effektif saya adalah di kamar saya sendiri, kerjaan utama saya sering kali pekerjaan yang orang lain tidak kerjakan dan mau mengerjakan, kata orang — saya ini bermata jalang dan hobinya suka mengintip — bayangkan 14 – 16 jam sehari mengintip melulu — biasanya saya pakai kaca mata khusus saya (namanya microscope), obyek yang saya amati jelek modelnya — ada lumpur, limbah, pasir, bebatuan dll — buat manusia majemuk buat apa mengintip obyek itu he he — hidup ini aneh ya?

    Saya sering cari inspirasi dalam dunia yang amat kecil sekali (micron U mm), kadang sampai materi yang tidak bisa di belah lagi, ide-ide yang MULIA sering kali muncul dlm dunia ini lho. Hidup ibaratnya sebagai PEMULUNG sajalah, tugas utamaku adalah MEMILAH dan MERUBAH titik dan dapat uang untuk makan, pakaian dan tempat tinggal.

    Hitung-hitung hidup sementaralah di dunia ini, nanti kita semua jadi debu kembali — he he aq baru mengintip itu debu (fly ash) hasil kreami ibu saya — saya melihat ibu saya kemarin yang gemuk berat dan cantik, hanya menjadi serpihan debu kecil yang sangat mudah terbawa angin karena ringannya (fly ash) dan non organik — non logam

    MOdel KRITIS hidup ini realitasnya menyadari the NATURE yang TERCIPTA oleh SANG PENCIPTA, diantara keHidupan ini hanya HOW TO SURVIVE TEMPORARY not FOREVER

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.