Zen dalam Satu Untai Puisi

Sol, Nuptials of Zen (Talon Abraxas) ~ flying dakiniOleh Reza A.A Wattimena

Puisi yang tepat akan menghantarkan kita ke gerbang pencerahan. Itu yang kiranya saya rasakan.

Tak heran, begitu banyak Zen Master yang menulis puisi. Mereka menyampaikan pesan-pesan pencerahan di dalam untaian puisi yang menggetarkan hati.

Zen adalah jalan tanpa jalan. Tidak ada teori.

Tidak ada rumusan. Yang ada hanyalah upaya untuk mengekspresikan inti dari segala yang ada, yakni kekosongan yang maha luas. Lanjutkan membaca Zen dalam Satu Untai Puisi

Tuna Nalar Global

Oleh Reza A.A Wattimena

Peneliti, Tinggal di Jakarta

Tiga negara, yakni Amerika Serikat, Prancis dan Inggris, menyerang Suriah minggu ini. Alasannya: diduga Suriah menggunakan senjata kimia di dalam konflik dalam negeri mereka. Donald Trump, Presiden AS, langsung memerintahkan serangan militer terhadap Suriah dengan dukungan sekutunya, yakni Inggris dan Prancis. Hanya karena dugaan, serangan militer yang menghancurkan kehidupan Suriah, bahkan ketika mereka sedang mengalami konflik internal, dilakukan. Nalar apa yang bekerja disini?

Di dalam hukum internasional, dugaan selalu menuntut penyelidikan, bukan serangan militer. AS punya reputasi buruk soal ini. Perang Korea, Perang Vietnam dan Perang Irak kedua pada 2003 lalu dilakukan atas dugaan yang justru nantinya terbukti salah. Masalahnya, perang semacam ini memakan banyak sekali korban jiwa, harta-benda serta menciptakan penderitaan yang amat besar bagi mereka yang selamat. Ini tentunya tidak bisa dibenarkan. Lanjutkan membaca Tuna Nalar Global

Puisi yang Menyangkal Demokrasi

blogspot.com

OLEH BANDUNG MAWARDI

Ketika berhadapan dengan demokrasi, puisi adalah sangkaan dan sangkalan. Ia menantang dan menghardik. Karena demokrasi itu elitis dan dominatif, puisi pun pantas untuk menampik dengan rasa gerah dan marah. Demokrasi ternyata bukanlah sebuah garansi bagi kemakmuran, keadilan, dan kesetaraan. Demokrasi adalah sebuah kekuasaan, yang ternyata diskriminatif, berkah bagi elite, tetapi pelit bagi kaum yang pailit.

Maka, puisi pun dituliskan dan lantang disuarakan untuk mengoreksi cacat bawaan demokrasi itu. Puisi adalah resistensi dan menolak arogansi politik yang dibangun di atas fondasi demokrasi. Konon, serangan yang dilakukan Socrates pada demokrasi Yunani kuno antara lain juga menggunakan kutipan-kutipan puisi yang sarkastik. Puisi pun menjadi sangkalan atas selebrasi demokrasi sejak awalnya di Yunani. Dan, Socrates pun menjadi martir karenanya. Lanjutkan membaca Puisi yang Menyangkal Demokrasi