Oleh Reza A.A Wattimena
Saya suka duduk di stasiun kereta api. Banyak orang berlalu lalang. Ada yang terburu-buru mengejar kereta yang hendak pergi. Ada yang duduk bersantai menunggu kedatangan kereta berikutnya.
Yang pasti, stasiun kereta amatlah dinamis. Beragam orang ada di dalamnya. Beragam kepentingan datang silih berganti. Di satu titik, pada malam hari, stasiun menjadi sunyi bersama dengan berakhirnya hari.
Kereta datang dan pergi, tanpa meninggalkan jejak. Stasiun kereta api adalah ruang murni. Ia diisi oleh beragam hal, mulai dari manusia, kereta sampai dengan barang dagangan. Namun, stasiun kereta tak terpengaruh, karena kemurnian ruangnya.
Emosi dan pikiran manusia juga serupa. Mereka bagaikan kereta yang datang dan pergi. Kita adalah ruang murni, bagaikan stasiun kereta api yang bisa menampung semuanya, tanpa penolakan. Kita yang sejati adalah kesadaran murni bagaikan ruang yang bisa menampung semua bentuk pikiran dan emosi, tanpa hanyut di dalamnya.
Ketika emosi datang, tubuh bergejolak. Emosi kuat mempercepat detak jantung. Marah dan takut adalah dua emosi kuat tersebut. Tak sedikit orang hanyut di dalamnya, sehingga mereka seperti berada di neraka, baik bagi dirinya, maupun bagi orang sekitarnya.
Namun, semua bentuk emosi akan berlalu. Marah akan lenyap, seolah tanpa jejak. Takut juga akan lenyap, seolah ia tak pernah sungguh datang. Semua yang datang pasti akan pergi. Semua yang muncul pasti akan lenyap.
Kita lalu menjadi pengamat yang tenang. Kita tidak menilai soal baik atau buruk. Kita tidak menolak atau mengejar apapun. Kita mengamati pergantian emosi dan pikiran yang terjadi di dalam ruang kesadaran kita. Kita bagaikan gunung tinggi yang kokoh diterpa hujan, badai maupun angin kencang.
Buahnya adalah kekebalan batin. Ini bukan berarti, kita tidak lagi memiliki emosi atau pikiran. Kekebalan batin berarti, orang mampu menemukan ketenangan di berbagai gejolak emosi ataupun pikiran yang terjadi di dalam dirinya. Marah, takut dan sedih tidak lagi membutuhkan waktu lama untuk diobati.
Kejernihan pun lahir. Kita sadar akan apa yang terjadi disini dan saat ini. Dengan kejernihan yang ada, kita bisa membaca keadaan sekitar. Kita pun bisa bertindak sesuai dengan keadaan di depan mata, tanpa tambahan atau pengurangan apapun.
Apa yang terbaik bisa dilakukan di saat ini? Itu pertanyaan yang lahir dari kejernihan. Tidak ada keinginan untuk mengendalikan keadaan secara berlebihan. Tidak ada pula sikap menyerah pasrah pada keadaan yang terjadi di depan mata.
Ada saatnya, ketegasan bertindak diperlukan. Ada saatnya, kemarahan memainkan peranan. Tapi, ini perlu dilakukan dengan kesadaran penuh. Kepekaan pada perubahan keadaan adalah kuncinya.
Namun kerap kali, kelembutan itu lebih perkasa. Ia meruntuhkan kemarahan. Ia memberikan ketenangan dan kejernihan pada keadaan yang menekan. Kejernihan membuat kita mampu peka bertindak lembut, ketika itu yang sungguh dibutuhkan.
Kita perlu belajar dari stasiun kereta api. Kita tidak menolak atau mengejar apapun di hidup ini. Kita menerapkan hal yang sama terkait emosi dan pikiran yang muncul di dalam diri. Kebijaksanaan yang sejati, yakni ketenangan batin di segala perubahan kehidupan, pun bisa menjadi milik kita.
***
Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/
“kelembutan itu lebih perkasa. Ia meruntuhkan kemarahan. Ia memberikan ketenangan dan kejernihan pada keadaan yang menekan. Kejernihan membuat kita mampu peka bertindak lembut, ketika itu yang sungguh dibutuhkan.”
SukaSuka
inti thema di atas tidak lain makna herz sutra.
penulis menerangkan dengan jelas dan sederhana.
untuk benar2 diterapkan perlu latihan seumur hidup, menurut hemat saya.
inti herz sutra kali ini dibungkus dgn kertas bermotiv stasiun k.a.
salam hangat !!
SukaSuka
Terima kasih
SukaSuka
Terima kasih.. inti tanpa inti.. hehehehe
SukaSuka