Hidup dengan Akal Sehat

Surrealism | Essay | The Metropolitan Museum of Art | Heilbrunn Timeline of  Art History

Menteri yang mencuri. Sayangnya, ia bukan barang langka. Akhirnya, ia tertangkap. Ini namanya bertindak tidak dengan akal sehat.

Presiden yang memilih menteri sembarangan. Tak ada kompetensi. Yang ada hanya persekongkolan politik. Kinerja berantakan. Rakyat akhirnya hidup susah. Ini namanya bertindak tidak dengan akal sehat.

Pemerintah yang mendiamkan rakyatnya miskin dan tertindas. Pemerintah yang membiarkan rakyatnya tenggelam dalam kebodohan. Ini namanya bertindak tidak dengan akal sehat. Jika rakyat hancur, maka negara dan pemerintah juga akan hancur.

Memuja orang bejat yang berjubah agama. Hobinya menyebar kekacauan. Mulutnya kotor, dan tindakannya pengecut. Ini namanya bertindak tidak dengan akal sehat.  

Jika begitu, apa itu hidup dengan akal sehat? Ada banyak pengertian. Saya coba merangkumnya disini, dan mengajukan pandangan saya tentangnya. Ada delapan hal yang perlu diperhatikan.

Anatomi Akal Sehat

Pertama, akal sehat mengandaikan keterbukaan. Orang bisa mendengar orang lain, termasuk yang berbeda darinya. Jika perlu, ia mengubah pendapatnya. Bahkan, jika keadaan memerlukan, orang bisa mengubah dirinya.

Dua, akal sehat juga mengandaikan sikap inklusif. Tidak ada satu pun pihak yang diabaikan. Semua yang terkait direngkuh dan dijadikan unsur di dalam keputusan. Sedapat mungkin, di dalam sebuah keputusan, tak ada pihak yang dirugikan.

Tiga, akal sehat juga mengandaikan sikap membumi. Orang diajak untuk rendah hati. Pencapaian tidak membuahkan kesombongan, melainkan solidaritas untuk membantu orang lain, maupun mahluk hidup lain. Kesombongan adalah awal dari kehancuran, itu yang terus harus diingat.  

Empat, hidup dengan akal sehat berarti hidup yang bisa diandalkan. Janji ditepati. Hutang dibayar. Kata-kata menjadi acuan utama tindakan, dan tak akan diingkari, kecuali ada alasan cukup kuat.

Lima, akal sehat mengandaikan sikap pragmatis yang seimbang. Artinya, orang bekerja untuk menyelesaikan masalah. Tak ada ideologi yang menghalangi. Tak ada kesempitan berpikir yang justru memperbesar masalah.

Hidup seimbang berarti, olahraga dijalani secukupnya. Makan makanan bergizi menjadi suatu kebiasaan sehari-hari. Praktek spiritual dijalankan dengan seksama, tanpa merugikan kepentingan orang lain, ataupun mahluk hidup lain. Orang menjadi seimbang jiwa, raga dan hubungan antar mahluk yang ada.  

Enam, pada dasarnya, hidup dengan akal sehat berarti hidup sejalan dengan kenyataan yang ada. Orang tidak punya harapan berlebihan tentang kehidupan. Ia juga tak lemas pesimis di hadapan tantangan. Inilah dasar sikap pragmatis yang sehat, sehingga berbagai tantangan bisa dilampaui perlahan, namun pasti.

Tujuh, kehidupan itu adalah jaringan dari segala yang ada. Segalanya terhubung. Tak ada yang berdiri sendiri. Dengan menyadari ini, sikap hormat terhadap segala mahluk pun tumbuh. Toleransi dan sikap saling menghargai menjadi hal yang alami.

Delapan, kehidupan itu mengalir. Tak ada hal yang tetap. Maka, orang perlu belajar melepas setiap saat. Kelekatan, baik kepada orang lain, benda ataupun pikiran, hanya akan bermuara pada nestapa.

Ada saatnya, rejeki dan kekuasaan tiba. Namun, mereka hanya sementara. Jika waktunya tiba, mereka harus dilepas dengan rasa lega. Inilah hukum kehidupan yang terus ada.

Hidup dengan akal sehat berarti hidup seturut ke delapan prinsip tersebut. Ia tak datang alami, melainkan harus dilatih dalam keseharian. Ia juga perlu dijadikan nilai dan teladan di dalam pendidikan. Hanya dengan begini, bangsa kita bisa menjadi bangsa yang berakal sehat.

 Akal sehat juga mengajak orang mencari apa yang sejati di dalam hidup. Ia tidak terpesona dengan harta dan tahta yang akan lenyap seketika. Ia mencari Tuhan di dalam dirinya. Disana terdapat kebahagiaan hidup yang sesungguhnya.

Bangsa Berakal Sehat

 Jelaslah kita membutuhkan politik akal sehat. Inilah politik yang dibangun di atas dasar kompetensi, bukan persekongkolan politik. Inilah politik yang tidak mempermainkan agama, melainkan mengembangkan kebudayaan. Politik yang bisa menyelesaikan masalah dengan efektik dan efisien, serta membangun rasa aman dan percaya dari seluruh rakyat, inilah politik akal sehat yang kita butuhkan.

Tata ekonomi pun membutuhkan akal sehat. Ini amat sangat mendesak. Kemiskinan dan kesenjangan sosial telah lama menjadi alat pengembang radikalisme agama dan berbagai masalah sosial. Pada akhirnya, kekayaan yang hanya berpusat pada beberapa orang semata akan menghancurkan seluruh bangsa.

 Di Indonesia, agama menjadi amat penting untuk diperhatikan. Sudah terlalu lama, agama digunakan untuk memecah belah. Sudah terlalu lama, agama digunakan untuk memperbodoh bangsa, dan merusak ketertiban sosial. Sudah waktunya, akal sehat disuntikan ke dalam hidup semua agama, tanpa kecuali.

Maka, pendidikan akal sehat menjadi mutlak diperlukan. Pendidikan tidak boleh hanya menjadi hafalan buta belaka. Ia juga tidak boleh menjadi ajang gila hormat semata. Ia harus mengembangkan sikap kritis, akal sehat dan hati nurani.

Seturut dengan namanya, hidup dengan akal sehat adalah hidup yang sehat. Orang menemukan kelegaan di hatinya. Badannya pun sehat. Hubungan dengan orang lain menjadi bermakna.

Surga tak perlu menunggu mati. Ia bisa diwujudkan disini dan saat ini. Asal, kita mau hidup dengan akal sehat. Tunggu apa lagi?

Diterbitkan oleh

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Transformasi Kesadaran dan Teori Tipologi Agama. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023) dan berbagai karya lainnya. Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

10 tanggapan untuk “Hidup dengan Akal Sehat”

  1. Bahasanya sangat sederhana dan mudah dipahami, sajian point2nya terasa masih bersifat umum dan kelihatan hanya garis besarnya saja dan yang dipaparkan tidak secara menyeluruh namum point2 yang disajikan penulis ini sangat membuka jalan bagi pembaca untuk menggali lebih dalam dari setiap point2 bahasan yang ada…
    termakasih banyak atas ulasannya yang sangat menginspirasi pembaca…
    yang mungkin saya dapat dari tuisan ini adalah, akal sehat mendorong perilaku kepada prinsip dan pedoman yang dianggap benar, tidak merugikan orang lan atas tindakan kita, lakukan yang sewajarnya, dan perlu adanya pendidikan akal sehat agar mampu melahirkan perspekif “akal sehat” untuk memperoleh ekspektasi sesuai harapan individu dan bangsa secara kesluruhan untuk menjadikan individu dan bangsa itu menjadi beradab…

    Suka

  2. Saya setuju sekali bahwa sorga ada di dunia ini. Ketika hati kita bahagia mau menerima dengan ikhlas apa yang dimiliki, maka saat itulah sorga. Namun ketika hati kita sudah karena terlalu banyak keinginan daripada kemampuan, maka sat itulah neraka. Jika ada habib bilang sorga begini sorga begitu …. bahkan mengatakan mati sahid adalah masuk sorga dan bisa memasukan ke sorga 70- oran ganggota keluarganya adalah omong kosong, dan sesat menafsirkan kitab suci. Oleh karena itu saya setuju dengan Pabap Reza bahwa sorga adalah di dunia ini. Jika dibilang di dunia sana, siapa yang pernah pergi kesana.

    Suka

  3. setuju banget !!
    pertama2 saya memperhatikan, bagaimana dgn diri sendiri, bagaimana diri mengatasi dan menghindari halangan / tantangan sehari2. sangat menarik utk melihat diri sendiri dimuka “cermin”.
    akal sehat kayak nya sesuatu yg mudah di lakukan, tapi butuh “latihan” seumur hidup.
    seperti nya handphone yg sllu mesti di charge utk berfungsi yg beres. perlu juga disiplin dlm nge charge nya, charger mesti siap selalu.
    manusia bertindak dgn akal sehat dgn sendiri nya, kl ia hidup bebas tanpa pengaruh apapun. mudah di dengar, tapi sulit utk. di jalan kan.
    selamat berkarya dan salam hangat !!

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.