Memahami Hukum-hukum Kehidupan

9b8b883b951611d659a263c66e1dd7b8
pinterest

Oleh Reza A.A Wattimena

Siapa yang tidak kesal, ketika menyaksikan pengendara yang begitu ceroboh di jalan raya, dan sama sekali tidak peduli pada peraturan lalu lintas? Siapa yang tidak marah, ketika menyaksikan para penegak hukum di Indonesia justru menjadi pelaku pelanggaran hukum, dan tidak ada seorang pun yang berani menindaknya?

Padahal, banyak peraturan dibuat untuk menata hidup manusia, supaya damai dan aman. Ketika peraturan tersebut dilanggar, yang menderita bukan hanya si pelanggar, tetapi juga orang-orang di sekitarnya.

Kegagalan untuk mematuhi prinsip-prinsip hidup bersama berakar pada ketidaktahuan, atau tiadanya perspektif. Ketika orang gagal menjalankan prinsip-prinsip hidup bersama, maka konflik akan menjadi buahnya.

Pentingnya Perspektif

Pemahaman akan perspektif melibatkan tiga hal. Pertama, orang memahami hukum sebab akibat yang bekerja di dalam kenyataan.

Kehidupan di alam semesta ini bukanlah sesuatu yang acak dan tanpa arah. Sebaliknya, alam semesta ini mengikuti hukum-hukum sebab akibat yang jelas dan pasti.

Ilmu pengetahuan modern telah berhasil mengungkap hal ini, sehingga ia bisa melahirkan banyak teknologi yang berguna untuk kehidupan manusia. Di dalam metode penelitian ilmiah, hubungan sebab akibat dikenal juga sebagai hukum aksi-reaksi, dan hukum stimulus-respons.

Intinya, setiap tindakan pasti memiliki akibat. Inilah hukum pertama kehidupan yang perlu dipahami dan dihayati, jika orang menghendaki hidup yang damai.

Ia berlaku di berbagai bidang kehidupan, mulai dari kehidupan pribadi, hubungan antar manusia, tata ekonomi, tata politik sampai dengan gerak bintang-bintang di angkasa luas sana. Dengan kata lain, ia bersifat universal.

Dua, orang juga perlu memahami keterkaitan segala sesuatu di alam semesta ini. Segalanya mempengaruhi segalanya.

Perubahan di satu tempat akan secara langsung membawa dampak pada tempat-tempat lainnya. Jika didalami, orang akan sampai pada satu kesadaran, bahwa semuanya adalah satu.

Tiga, orang juga memahami, bahwa segalanya berubah. Ini sesuai dengan ajaran kuno dari Herakleitos, pemikir Yunani, bahwa segalanya mengalir; orang tidak mungkin menginjakkan kaki di sungai yang sama.

Jika orang sadar, bahwa segala sesuatu berubah, maka ia tidak akan menggenggam apapun dengan erat di dalam hidup ini. Ia akan belajar bersyukur, ketika sesuatu itu ada, dan bersikap rela, ketika sesuatu itu pergi.

Tiga hal ini adalah hukum-hukum kehidupan yang mendasar. Untuk sampai pada kebijaksanaan dan kebahagiaan, orang perlu untuk tidak hanya memahaminya, tetapi juga menghayati serta menjalankannya di dalam hidup sehari-hari.

Kebijaksanaan

Penghayatan dan pengamalan hukum-hukum kehidupan akan membuat kita menjadi manusia yang bijaksana. Kita tidak akan menyakiti orang lain, karena keberadaan orang lain selalu terkait dengan keberadaan kita.

Kita tidak akan melanggar peraturan-peraturan yang penting bagi hidup bersama, karena kita sadar, pelanggaran atasnya akan membawa penderitaan tidak hanya untuk kita, tetapi untuk orang lain. Kita tidak akan melakukan korupsi, karena kita tahu, mencuri adalah tindakan yang membawa dampak buruk yang amat besar bagi kehidupan bersama.

Semua ini dilakukan, bukan karena paksaan dari luar, karena itu sifatnya amat sementara, melainkan dari dalam, yakni dari kesadaran dan penghayatan akan hukum-hukum moral. Ini juga bisa disebut sebagai moralitas yang bersifat ajeg (sustainable morality).

Ia tidak gampang patah, ketika godaan kenikmatan sesaat, harta dan kuasa datang menghadang. Ia bahkan bisa melepas dirinya sendiri, ketika keadaan mendesak, seperti misalnya hendak memenuhi kepentingan yang lebih tinggi.

Hidup dengan perspektif yang tepat berarti hidup sejalan dengan hukum-hukum kehidupan sebagaimana adanya. Inilah jalan hidup tertinggi.

 

 

 

 

 

Diterbitkan oleh

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Transformasi Kesadaran dan Teori Tipologi Agama. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023) dan berbagai karya lainnya. Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

11 tanggapan untuk “Memahami Hukum-hukum Kehidupan”

  1. jika manusia mentaati dengan sepenuh hati dan sepenuh jiwa mengenai hukum-hukum kehidupan di atas, maka niscaya alam semsta ini akan damai, tidak ada konflik, tidak saling memusuhi, tidak saling merusak dan membunuh hanya karena kepentingan dan golongan. tidak hanya dengan sesama makhluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan), akan tetapi dengan semua atribut benda yang ada di alam semesta ini. inilah manusia kosmopolis sejati menurut saya mas.

    hanya dewasa ini, saya yakin manusia dunia tahu dan memahami akan arti dari hukum manusia yang diungkapkan mas reza. hanya permasalahannya, seberapa sadar akan posisi nya sebagai makhluk berakal. makhluk yang mempunyai intelegens yang berakal dan berbudi. rata-rata manusia berhenti pada tahapan mengetahui dan memahami jika dikaitkan dengan Taksonomi Bloom. hanya kesadaran untuk menerapkan, analisis, sintesis dan evaluasi amat sangat nihil. alhasil seperti apa yang kita rasakan sekarang, alam mulai kontra dan bermusuhan dengan manusia, antar sesama manusia saling bantai.

    mungkin konsep manusia kosmopolis atau ada kesamaan makna dengan manusia madani. kalau kata Prof. Tilaar dan PBB itu adalah masyarakat yang demokratis dan menghargai human dignity atau hak-hak tanggung jawab manusia.

    alangkah indahnya dunia ini tanpa konflik, kekerasan, dan pembantaian.

    Suka

  2. Pak, bolehkah saya izin share tulisan Bapak ini dengan mencantumkan nama Bapak sebagai penulis dan me-link-kan alamat blog Bapak? Saya sepakat sekali dengan apa yang Bapak tulis dan saya ingin orang lain lebih banyak membacanya.

    Suka

  3. Salam kenal bang, sy ‘penikmat’ karya-karya tulisan bang Reza. Ijin share yah bang tulisan2nya, yg ebook nya juga. Sungguh mencerahkan, Terimakasih bang Reza Wattimena sehat selalu…

    Suka

  4. yang nyata hanyalah esesi seperti yang telah diungkap Thei hart the Cardin ” kita hanyalah maklu spiritual yang mempunyai pengalaman keduniawian” yang dari segi fisik merupakan bagian dari makrocosmos. kita hanyalah perwujutan atas apa yang dikehendaki’A.

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.