Buku Filsafat Terbaru: Menjadi Manusia Otentik

Buku Filsafat Terbaru

Menjadi Manusia Otentik

ISBN: 978-979-756-921-1

Penerbit: PT. Graha Ilmu, Yogyakarta

Oleh:

Reza A.A Wattimena

G. Edwi Nugrohadi

A. Untung Subagya

         Otentisitas sejatinya menjadi dambaan setiap orang. Tidak ada satu manusiapun yang menolak cita-cita untuk menjadi otentik. Kendati demikian, gagasan otentisitas itu sendiri tidak serta merta digandrungi oleh setiap orang. Di sinilah kontradiktifnya. Ada banyak hal yang melatarbelakanginya. Dengan dasar itulah para penulis buku ini mencoba untuk mengkonstruksi gagasan otentisitas dalam konteks pembelajaran, utamanya adalah pembelajaran dalam dunia pen- didikan tinggi. Lanjutkan membaca Buku Filsafat Terbaru: Menjadi Manusia Otentik

Mitos Otentisitas?

blogspot.com

Oleh Reza A.A Wattimena

Pada awalnya ada sebuah kata; kebebasan. Ada sebuah mimpi; kebahagiaan. Keduanya seolah menyatu di dalam cita-cita; otentisitas. Katanya dengan hidup otentik –asli sesuai panggilan hati-, orang bisa mencapai kebebasan, dan dengan itu, ia akan mencapai kebahagiaan. Kita bisa menerima ini, karena tampak langsung menyentuh akal budi maupun hati nurani yang kita punya.

Seringkali kita diminta untuk melihat ke dalam diri sendiri, dan hidup seturut dengan panggilan hati terdalam yang kita punya. Sekilas ini semua terlihat menarik. Namun apakah saran semacam itu masih tepat untuk situasi Indonesia sekarang?

Di tengah sedikitnya lapangan kerja yang layak, apakah kita masih meminta anak-anak kita untuk menjadi otentik, dan setia pada panggilan hati mereka sendiri? Apakah kita siap dengan resiko, bahwa mungkin saja, mereka tidak mendapat pekerjaan yang layak, dan hidup di dalam kegagalan, ketika mengejar mimpi dan panggilan hati mereka dengan penuh semangat? Lanjutkan membaca Mitos Otentisitas?

Inspirasi dari Harian Kompas: Negara Tanpa Sastra

http://www.funspill.com

Oleh: Anwari WMK

Negara yang telah kehilangan sensibilitasnya terhadap sastra adalah negara yang tengah menegasikan potensinya sendiri dalam hal menumbuhkembangkan kreativitas dan otentisitas.

Sudah menjadi aksioma, persaingan ekonomi dan industri pada abad ke-21 berbasis inovasi. Sementara inovasi itu sendiri berpijak pada kreativitas dan otentisitas. Tanpa inovasi, mustahil daya saing ekonomi dan industri dapat diwujudkan. Begitu pun tanpa kreativitas dan otentisitas, mustahil inovasi dapat digelorakan. Sementara tak dapat dielakkan, sastra merupakan lahan subur tumbuhnya ”pohon” kreativitas dan otentisitas.

Sudah lebih dari cukup berbagai penjelasan menyebutkan, negara-negara berteknologi maju dewasa ini adalah negara dengan warisan (legacy) sastra. Hampir tidak ada negara maju kini miskin karya sastra. Bahkan sebuah negara mampu beranjak maju tatkala elemen ekonomi dan industri negara tersebut mampu mereguk ilham dari narasi-narasi sastra. Lanjutkan membaca Inspirasi dari Harian Kompas: Negara Tanpa Sastra