
Oleh F Budi Hardiman
Sampai hari ini, siapa pun yang berakal sehat akan mengutuk serangan Al Qaeda pada 9/11. Menara kembar WTC, simbol kedigdayaan ekonomi AS, itu roboh. Reruntuhannya terus terbakar sampai seratus hari.
Lebih dari 17.000 orang dievakuasi dan sekitar 3.000 orang mati. Lawrence Wright, penulis buku Sejarah Teror ini, mencoba menelisik isi pikiran dan sepak terjang orang-orang yang terkait dengan peristiwa itu.
Wartawan The New Yorker ini bercerita bagaimana Osama bin Laden, Ayman Zawahiri, dan para islamis (Islam radikal) lain memandang dunia dari sudut idealisme ”moral” yang tinggi. Cara hidup mereka mengundang simpati dalam suatu zaman yang telah digilas oleh materialisme dan hedonisme. Terdidik, berduit, dan mampu bepergian ke luar negeri, mereka hidup seperti seorang ”rahib” yang berdoa semalaman, menangis dan berpuasa atau hanya makan kurma, roti dan air.
Bin Laden, pendiri dan cukong Al Qaeda, digambarkan sebagai pemalu, bertangan halus seperti wanita, dan saat tertawa menutupi bibirnya dengan tangan (hal 133). Zawahiri juga sosok saleh dengan keinginan ”menyenangkan Allah”. Lanjutkan membaca Menelisik Idealisme Teror