Ibu kota Bagaikan Rimba Raya

rmcljm68pkxly5ohd47z
Kumparan

Oleh Reza A.A Wattimena

Di Jakarta, jalan raya seperti rimba raya. Orang saling sodok dan saling tikung.

Ketika gesekan terjadi, makian terlontar. Pukulan dan tedangan kerap kali menyusul.

Aturan diabaikan. Orang berkendara seenaknya.

Berkendara berempat di dalam satu motor. Semua tak pakai helm dan jaket. Kelengkapan surat sudah pasti tak ada. Lanjutkan membaca Ibu kota Bagaikan Rimba Raya

Manusia, Serigala dan Ibu Kota

Wolf-Man_art
imagekind.com

Oleh Reza A.A Wattimena

Peneliti, Penulis dan Doktor dari Universitas Filsafat Muenchen, Jerman

Sulit menemukan akal sehat, ketika kita terjebak macet total di tengah teriknya matahari ibu kota. Semua pengendara tenggelam dalam emosi dan nestapa, siap untuk menghajar siapapun yang memotong jalannya. Jalan sepanjang 3 km harus ditempuh dalam waktu satu jam, karena irasionalitas pembangunan kota yang tak punya visi. Orang bisa berubah kepribadiannya, setelah melalui pengalaman tersebut.

Kota, Uang dan Agama

Kelembutan diganti keberingasan. Motor dan mobil saling menghajar. Ketika tersenggol, makian dan bahkan pukulan sudah menanti di depan mata. Homo homini lupus, manusia menjadi serigala bagi sesamanya, begitu kata diktum Latin klasik tentang keadaan alamiah (Naturzustand) manusia yang saling berperang satu sama lain. Lanjutkan membaca Manusia, Serigala dan Ibu Kota