Menyingkap Kebenaran di Tengah Genangan Fitnah

Screenshot (16)

Oleh Reza A.A Wattimena

Apa jadinya, jika kebohongan dan fitnah dianggap lebih berharga dari kebenaran? Jika kebohongan menjadi pijakan pembuatan kebijakan? Apa jadinya, jika emosi dan kebencian lebih berperan, daripada ketepatan data, akal sehat dan nurani yang jernih? Yang terjadi kemudian adalah hadirnya jaman post truth (pasca kebenaran) yang penuh kekacauan, sebagaimana dijabarkan di dalam buku Demokrasi di Era Post Truth ini.

Buku ini diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia pada April 2021. Penulisnya adalah Jenderal Polisi (P) Prof. Dr. Budi Gunawan dan Komisaris Besar Polisi Dr. Barito Mulyo Ratmono. Keduanya adalah tokoh penting di dalam penegakan hukum sekaligus pendidikan kepolisian di Indonesia. Isinya menyentuh langsung salah satu masalah terpenting di abad XXI, yakni kebohongan yang menyebar luas melalui media sosial dan internet, serta mempengaruhi kehidupan politik berbagai negara.

selanjutnya: https://www.kompas.id/baca/opini/2021/10/10/menyingkap-kebenaran-di-tengah-genangan-fitnah/

Kompas Bebas akses. Dukung jurnalisme bermutu. 

 

 

Dahaga akan Sensasi

Art People Gallery

Oleh Reza A.A Wattimena

Pada dasarnya, kita adalah mahluk yang merindukan sensasi. Ada semacam kehausan akan sensasi bercokol di kodrat kita sebagai manusia. Sayangnya, ia cenderung tak dikenali, dan diabaikan. Dampaknya pun beragam, mulai dari kenikmatan sesaat sampai dengan tindakan yang merusak.

Drama terkait Ratna Sarumpaet dan Tim Koalisi Prabowo-Sandi juga adalah ujung yang tampak dari dahaga akan sensasi. Orang mencari popularitas dengan menyebarkan kebohongan yang menggemparkan. Padahal, ada masalah lain yang jauh lebih menuntut perhatian, yakni bencana yang menimpa saudari-saudara kita di Lombok dan Sulawesi Tengah. Dahaga akan sensasi berujung tidak hanya pada pengalihan fokus masyarakat, tetapi juga ancaman kekalahan telak salah satu calon Presiden dan Wakil Presiden Indonesia. Lanjutkan membaca Dahaga akan Sensasi