Zen untuk Segala Keadaan dan Segala Jaman

Salvador Dali - Surreal - 101 Art GalleryOleh Reza A.A Wattimena

Sebagai sebuah jalan hidup yang lahir ribuan tahun silam, apakah Zen masih cocok untuk jaman sekarang? Inilah jaman penuh krisis yang datang bergantian. Orang hidup dalam kebingungan. Perubahan datang begitu cepat, sehingga menciptakan ketidakpastian dan kecemasan besar bagi hidup banyak orang.

Zen lahir dari India, kemudian menyebar ke Cina, Jepang, Korea, Eropa, Amerika Utara dan seluruh dunia. Tak ada yang sungguh tahu, kapan Zen lahir. Ada yang merunutnya kembali ke Siddharta Gautama 2600 tahun silam. Namun, sejauh saya teliti, jauh sebelum Gautama lahir, Zen sudah berkembang subur di India.

Dalam arti ini, Zen adalah jalan untuk membawa manusia menemukan dirinya sendiri. Dengan proses ini, segala bentuk penderitaan juga akan lenyap secara alami. Masalah hidup akan tetap datang, karena memang keadaan terus berubah. Namun, derita batin yang menyengat tajam tidak lagi menjadi ancaman.

Apakah Masih Relevan?

Apakah Zen cocok untuk para pemimpin? Di Indonesia, kepemimpinan politik diwarnai kekacauan. Radikalisme menyusup tajam, seolah tanpa perlawanan. Korupsi dan pelanggaran HAM berat, baik di masa lalu maupun masa sekarang, terus terjadi, tanpa ada tanggapan yang berarti. Apakah Zen bisa memberikan pencerahan untuk kepemimpinan politik?

Bagaimana untuk para pelaku bisnis dan pekerja, apakah Zen berguna untuk mereka? Kita hidup di masa penuh ketidakpastian. Pemerintah tidak peduli pada keselamatan ataupun kesejahteraan rakyatnya. Dunia usaha dipenuhi dengan kecurangan dan ketidakpastian. Apa sumbangan Zen untuk orang-orang yang bekerja sekarang ini?

Bagaimana dengan bapak ataupun ibu rumah tangga, apakah Zen berguna untuk mereka? Ketika mutu pendidikan di Indonesia makin buruk, dan ekonomi makin sulit, apa sumbangan Zen untuk para bapak dan ibu rumah tangga di Indonesia? Banyak rumah tangga pecah, karena pandemik dan krisis ekonomi berkepanjangan. Ini juga ditambah dengan betapa sulitnya mendidik anak sekarang ini, terutama dengan kurikulum pendidikan yang mutunya begitu rendah dari pemerintah Indonesia.

Bagaimana untuk para penegak hukum dan prajurit? Apa sumbangan Zen untuk mereka? Kinerja polisi sedang menjadi sorotan sekarang ini, terutama karena begitu banyak kasus yang merusak nama baik mereka. Tanpa penegak hukum yang bersih dan mampu bekerja dengan profesional, demokrasi yang berpijak pada keadilan dan kemakmuran akan runtuh.

Segala Keadaan dan Segala Jaman

Argumen saya sederhana. Zen berguna untuk segala keadaan dan segala jaman. Zen bukan ajaran moral baku yang harus dituruti secara buta. Zen adalah keadaan batin yang jernih dan gesit di dalam menanggap berbagai perubahan yang terjadi.

Ada tiga hal yang penting untuk diperhatikan. Pertama, Zen adalah keadaan batin yang mengalami saat ini sebagaimana adanya. Tidak ada rumusan teori. Tidak ada pikiran berlebihan.

Ketika marah, ya cukup marah. Ketika sedih, ya cukup sedih. Ketika depresi, ya cukup depresi. Tanpa perlawanan, semua pengalaman akan datang dan pergi secepat angin berlalu.

Hasilnya adalah kejernihan. Kita mengalami dengan jernih semuanya. Tidak ada penolakan ataupun kecanduan untuk mengulanginya. Batin kita seluas semesta, sehingga bisa menampung semua jenis emosi ataupun pikiran, tanpa penolakan ataupun kecanduan.

Dua, dari kejernihan lahirlah kedamaian batin. Inilah kedamaian batin yang muncul dari dalam. Ia tidak tergantung pada keadaan di luar, seperti pujian, celaan, uang, nama besar ataupun kenikmatan badan. Kita akan merasa cukup dengan diri kita sendiri.

Kita tidak tergoda untuk korupsi ataupun mencuri. Kita tidak tergoda untuk hidup mewah. Kita akan hidup dengan cukup, sederhana dan nyaman. Inilah kebahagiaan yang sejati.

Tiga, dari kejernihan dan kedamaian, kita lalu bisa mengambil tindakan yang tepat, sesuai dengan keadaan. Apa masalah di depan mata? Apa yang bisa saya bantu? Dengan kejernihan dan kedamaian, kita bisa melakukan analisis keadaan, menentukan bentuk tindakan, lalu bertindak.

Tindakan semacam ini tidak lahir dari emosi. Ia tidak lahir dari kemarahan, kebencian ataupun keinginan yang membabi buta. Ia lahir dari kejernihan dan kedamaian yang sejati. Semua orang, tanpa kecuali, perlu untuk menerapkannya.

Anti Jadoel

Tidak ada rumusan moral baku di Zen. Tidak ada ajaran dari jaman dahulu yang harus dipercaya buta. Tidak ada cara berpakaian jadoel yang harus digunakan. Zen menolak semua ajaran moral yang sudah membeku, karena itu semua akan menciptakan penindasan dan kemunafikan, seperti yang terjadi di Indonesia.

Jika tiga hal di atas dilatih dengan baik, maka ia akan menjadi kebiasaan. Zen akan menjadi karakter yang tercermin dalam laku hidup sehari-hari. Tentu saja, ada masanya, dimana emosi menguat, dan keputusan yang salah dibuat. Namun, ini semua adalah proses belajar. Kita hanya perlu terus berlatih, tanpa henti.

Zen itu relevan untuk segala jaman dan keadaan. Semua profesi bisa mendapatkan manfaat besar darinya. Hidup kita akan berubah. Jadi, tunggu apa lagi? Bangunlah Indonesia, dan keluarlah dari kebodohan yang anda buat sendiri!

***cropped-rf-logo-done-rumah-filsafat-2-1.png

Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander AntoniusLebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

Diterbitkan oleh

Reza A.A Wattimena

Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022) dan berbagai karya lainnya.

2 tanggapan untuk “Zen untuk Segala Keadaan dan Segala Jaman”

  1. sepakat sekali !!
    zen hanya lah “alat”/”latihan” yg membawa kita ke jati hati dan hati nurani, dgn keadaan tsb kita mampu mengatasi kesulitan dan derita.
    ada pendapat “zen for nothing”/ “zen ist die grösste lüge des lebens(kodo sawaki) , pendapat ini juga betul, tergantung interpretasi dan cara peminat menjalankannya.
    jadi kalau zen dianggap “obat manjur utk segala penyakit (????)”, ini adalah pemikiran yg total di salah mengerti.
    salam hangat !!

    Suka

  2. Sebenarnya, Zen benar adalah obat manjur untuk segala penyakit, karena segala penyakit lahir dari penderitaan batin. Jika penderitaan batin hilang, maka semua masalah hilang. Orang bisa sakit tubuhnya, tapi tetap damai.

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.