Sejarah, Anatomi dan Kemungkinan Perang di Abad 21
Oleh Reza A.A Wattimena
DITERBITKAN DALAM
ARY SUTA CENTER SERIES FOR STRATEGIC MANAGEMENT
OKTOBER 2018 VOL 43
Abstrak
Tulisan ini hendak membahas seluk beluk filsafat perang, terutama dalam konteks abad 21, dimana dunia menjadi bersifat multipolar, dan mayoritas perang tidak lagi dilaksanakan di medan terbuka. Filsafat perang hendak membahas definisi, sebab serta hubungan antar manusia dengan perang. Metode yang digunakan adalah analisis teks-teks filsafat yang terkait dengan pemahaman tentang perang. Dalam arti ini, perang adalah hasil dari keputusan bebas manusia yang dipengaruhi beberapa faktor kunci, yakni unsur biologis, budaya dan alasan rasional. Dengan memahami ketiga unsur tersebut, dan mengelolanya melalui jalan-jalan damai, maka perang, dalam segala bentuknya, bisa dihindari. Dalam hal ini, teori perang yang adil bisa memberikan sumbangan yang amat besar.
Kata-kata kunci: Perang, Filsafat Perang, Teori Perang yang Adil, Dunia Multipolar.
Abstract
This article describes the essence of the philosophy of war in 21st century. In this century, the world is a multipolar world, and the wars are not happened in open battlefields anymore. The philosophy of war discusses the various definitions of war, the causes of war and the relation between human and war. In this context, war is a result of human decisions based on three factors, namely biological, cultural and rational factor. These factors need to be organized in peaceful way to avoid the possibility of war. The just war theory, as developed by many war philosopher, can contribute greatly in the peacebuilding process.
Key Words: War, Philosophy of War, Just War Theory, Multipolar World.
Download: Jurnal Reza, Bisakah Perang Dihindari
karya diatas dengan penelitian yg dalam , di lihat dari berbagai sudut dan berbagai pemikiran.
menurut hemat saya sebagai machluk sederhana : perang jenis apapun juga tidak bisa dihindari, selama manusia masih “hidup”.
kita bisa liat dalam sejarah dari zaman baheula hingga kini.
perang selalu di pimpin oleh politik (oknum2 yg merasa “pintar”) dgn masyarakat (machluk “bodoh”yg mudah dimanipulasi).
perang tidak bisa di menang kan dgn senjata modern, kita ingat perang korea, vietnam, irak dsb dsb.
kerugian, kerusakan dan akibat2 lainnya jauh lebih besar dan “hasilnya”( “hasil” hanya terbaca di media, yg juga di manipulasi).
fazit: perang dan malapetaka alam tidak bisa dihindari.
kita kembali ke karya “berkah-kutukan”.
sedikit harapan kecil : kita berusaha mencapai “kedamaian luar – dalam” di mikrokosmos kita.
(juga tertulis di karya diatas sebagai kalimat terachir)
pandangan agak jauh : keadaan politik di negara eropa dewasa ini.
saya tidak mampu merubah keadaan semrawut, cukup saya merawat tanaman lombok pertama yg menghasilkan beberapa lombok merah dan menikmati dgn kesadaran !! tahun depan lebih bertekun utk hasil yg lebih bagus.
salam hangat !!
SukaSuka
Saya mau nanya, apa perbedaan mencolok tulisan anda dengan karyanya Yuval Noah Harari yang berjudul 21 lessons for 21th century?
Terima kasih.
SukaSuka
Bisa.
SukaSuka
Itu memang salah satu pandangan yang ada. SAya sepakat. Perang itu adalah rangkaian sebab akibat dari kenyataan. Memupuk kebaikan dalam diri dan sekitar adalah jalan keluar yang paling optimal. Terima kasih
SukaSuka
Halo. Saya belum baca buku itu. Maaf, tidak bisa menjelaskan lebih jauh.
SukaSuka
begitulah argumennya…
SukaSuka
hukum apakah yang menjamin keadilan sehingga ketiga bentuk perang yang sudah disebutkan diatas dapat diatasi. terimakasih.
SukaSuka
Hukum yang adil dibuat dalam proses diskusi yang terbuka dan egaliter antara seluruh pihak terkait. Hukum semacam ini bisa menciptakan budaya perdamaian.
SukaSuka