Oleh Reza A.A Wattimena
Saya punya pengalaman seru sewaktu TK (Taman Kanak-kanak). Tak banyak sekolah pada masa saya kecil. Jadi, kami harus sekolah di tempat yang agak jauh. Lingkungan sosialnya pun beragam.
Dulu, TK saya ada kelompok-kelompok. Secara alamiah, anak-anak kecil berusia 4-5 tahun itu membangun kumpulan kelompok kecil. Guru mendiamkan saja, karena itu dianggap tak berbahaya. Namun, dinamika antar kelompok ini menarik.
Ada kelompok preman lama, yakni senior yang berbadan besar, dan sangat percaya diri. Ada kelompok preman baru, yakni anak yang juga berbadan besar, dan juga sangat percaya diri. Ada kelompok calon preman yang berbadan biasa, dan sangat mengagumi kelompok preman lainnya. Ada kelompok cemen, yakni mereka yang takut sama preman, dan tidak ingin menjadi preman. Biasanya, mereka anak kesayangan para guru.
Sudah lama saya mengira, bahwa dinamika kelompok taman kanak-kanak itu bisa ditemukan di berbagai tempat. Pola serupa ditemukan di dunia kerja. Yang paling jelas, pola itu muncul terus di dalam politik global. Manusia memang lucu.
Di dalam politik global, ada kelompok preman lama. Mereka adalah Amerika Serikat dan Uni Eropa. Mereka memiliki uang banyak, dan militer yang kuat. Mereka punya para pengikut, seperti Jepang, Kanada dan Australia. Mereka adalah kelompok yang paling keren serta ditakuti di dunia.
Ada juga kelompok preman baru. Mereka menantang kekuasaan preman lama. Di dalam politik global, Cina dan Rusia memainkan peran ini. Sepak terjang Rusia di Ukraina adalah upaya untuk menantang dominasi kelompok preman lama di dalam TK yang bernama “politik global”.
Berikutnya adalah kelompok calon preman. Mereka memiliki sumber daya yang besar. Pengaruh mereka besar di lingkungan sekitarnya. Dua negara muncul di kepala, yakni India dan Brazil. Mereka bisa menjadi preman global di masa depan, jika kemajuan mereka tidak terhalang.
Yang terakhir adalah kelompok cemen, yakni kelompok yang lemah dan sering menjadi korban penindasan. Indonesia termasuk di dalamnya, bersama negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika Selatan. Mereka hanya ikut apa kata para preman. Mereka cenderung tak dianggap di dalam kompleksitas politik global.
Begitulah dunia. Tak berubah sejak dulu kala. Pola yang sama terus berulang, dari TK sampai politik global. Hanya wajahnya yang berganti-ganti. Mungkin juga, ini adalah konflik yang terakhir, karena nuklir akan menghancurkan kita semua. Kita lihat saja. ***
Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/
Dimana bisa menemukan komunitas filsafat atau orang yang benar benar memahami filsafat secara luas yang bisa berbagi ide dan menjadi mentor?. Saya masih pemula tapi benar benar ingin mendalami filsafat. Kebanyakan grup Facebook filsafat mempertanyakan dan mendefinisikan hal hal yang tidak rasional dan sangat kurang cocok untuk dialektis. Malah banyak agen judi/affiliator judi atau penjual masuk grup filsafat untuk membagikan postingan jualan tersebut.
SukaSuka
Mantan preman adakah pak?
SukaSuka
Rumah filsafat bisa menjadi komunitas itu, dan saya bisa membantu anda. Filsafat memang sedang sekarang di Indonesia.
SukaSuka
hahaha… di Tk saya belum ada…
SukaSuka