
Oleh Reza A.A Wattimena
Saya punya bayangan untuk membuat lemari. Warnanya coklat tua, dan ada tiga pintu. Di salah satu pintu, ada cermin, supaya saya bisa menyisir di depannya di pagi hari. Lalu, saya mencari tukang yang bisa membantu saya mengubah bayangan tersebut menjadi kenyataan. Lemari coklat tua tiga pintu dimulai dari secercah ide di kepala saya.
Pikiran
Di dalam pikiran saya, ada berbagai benih kenyataan. Ada bayangan-bayangan yang bisa menjadi kenyataan, asal saya berani bertindak untuk mewujudkannya. Ini rupanya sejalan dengan ajaran filosofis yang usianya sudah ribuan tahun, bahwa pikiran adalah sumber dari segalanya. Materi, yang kita bayangkan sebagai sesuatu yang mandiri dari pikiran, pun sebenarnya adalah bentukan pikiran juga.
Di dalam pikiran terkandung berbagai kemungkinan. Berbagai penemuan berharga di dalam sejarah manusia dimulai dari pikiran. Revolusi politik yang mengubah struktur mendasar suatu negara juga dimulai dari pikiran. Bahkan, kata “pikiran” pun adalah hasil dari pikiran kita juga.
Pendapat ini ditegaskan oleh Immanuel Kant di dalam bukunya Kritik der Reinen Vernunft. Baginya, apa yang disebut kenyataan merupakan kenyataan sebagaimana dibentuk oleh kategori-kategori yang ada di dalam pikiran kita. Kant menyebutnya sebagai kategori-kategori akal budi (Kategorien der Vernunft).
Kategori-kategori itu, antara lain, adalah ruang, waktu, forma, sebab akibat dan sebagainya. Semuanya bukanlah sesuatu yang mutlak di dalam kenyataan, melainkan unsur-unsur dari pikiran kita. Karena memiliki unsur-unsur ini, kita lalu bisa mengenali dunia. Apa yang kita anggap sebagai kehidupan dan kenyataan sebenarnya adalah bentukan dari akal budi serta pikiran kita sendiri.
Pendapat Kant ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. Sekitar 2300 tahun yang lalu, di India, para meditator Buddhis sudah sampai pada kesimpulan yang sama. Apa yang disebut sebagai kenyataan dan kehidupan tidak lebih dari gerak pikiran kita sendiri. Tidak hanya itu, mereka bahkan menggunakan pemahaman ini untuk menghilangkan penderitaan, dan mencapai kebahagiaan yang sejati.
Pencerahan
Kebahagiaan sejati inilah yang menjadi titik dari pencerahan. Pada titik ini, pencerahan bukanlah berarti, bahwa kita memperoleh pemahaman baru tentang dunia. Sebaliknya, pencerahan berarti hancurnya semua pemahaman kita tentang dunia. Lalu, kita bisa melihat dunia apa adanya.
Apa itu dunia apa adanya? Ini adalah dunia sebelum diciptakan oleh pikiran kita dengan segala unsur-unsurnya. Ia adalah “kekosongan”, yakni ketiadaan unsur apapun. Kata “kekosongan” sebenarnya juga sudah salah, karena itu adalah konsep yang diciptakan oleh pikiran kita. Kekosongan sebelum “kekosongan” adalah hakekat pikiran kita, sekaligus hakekat dari segala sesuatu yang ada di dalam kenyataan.
Pencerahan berarti menyadari semua ini. Ia juga berarti menyadari, bahwa segala sesuatu memiliki sumber yang sama, yakni kekosongan. Penderitaan dan kebahagiaan berasal dari sumber yang sama, yakni pikiran dan kekosongan. Dengan berpikir seperti ini, kita tidak lagi menolak penderitaan secara keras, dan bernafsu mendapatkan kebahagiaan.
Hilangnya penolakan dan nafsu berarti juga ketenangan sepenuhnya. Kita lalu hidup dari titik asali dari segala sesuatu, yakni kekosongan. Beberapa tradisi bahkan menyebut kekosongan ini sebagai Tuhan yang menjadi awal dan akhir dari segala sesuatu. Saya tidak mau sejauh itu.
Cukuplah ditegaskan, bahwa hidup dari titik asali ini berarti hidup di dalam ketenangan sempurna. Buah dari ketenangan sempurna ini adalah kebijaksanaan, welas asih dan kebebasan batin yang sejati. Inilah tiga inti keutamaan yang mengantarkan kita tidak hanya pada kedamaian jiwa, tetapi juga pada perdamaian dunia. Kita lalu bisa menjalankan hidup saat demi saat dengan kedamaian, serta dorongan batin untuk menolong semua mahluk, tanpa kecuali.
Tertarik?
Selamat Malam. Salam Kenal Mas Reza.Luar biasa tulisan mas Reza tentang pikiran dan pencerahan, bagi kami yang bukan orang filsafat memang agak sulit untuk memahami, tetapi setelah dibaca berulang kali baru nampak isi penting dari tulisan mas Reza. Tapi yang ingin saya tanyakan adalah, bagaimana cara kita membawa pikiran kita ke hakekat kekosongan yang di inginkan agar dunia tidak lagi menjadi sesuatu yang harus diburu sehingga kita bisa melihat dunia apa adanya? Terima Kasih._ Naizal Norewan.
SukaSuka
Salam kenal mas. Caranya: berhenti berpikir, kembali ke keadaan kosong, sebelum pikiran ada. Coba sadari keadaan kosong ini selama mungkin, juga di dalam aktivitas anda sehari-hari. Bergerak dari kesadaran akan kekosongan ini.
SukaSuka
terima kasih Pak. Reza A.A Wattimena, artikel nya sangat membantu sekali,
saya sangat setuju dengan tulisan dari saudara, memang benar apa yang disampaikan beliau tentang “Pikiran” itu adalah benar, dan nyata jika di niatkan.
benar kenapa, karena nyata adanya sebuah kekuatan tersembunyi yang berada di dalam pikiran manusia dan sangat jarang sekali manusia mengetahuinya bahkan tidak mau memahaminya,
sebelumnya ada sebuah buku yang saya baca, judul buku itu “the secret”, dimana sebuah pikiran adalah bentuk bahkan membentuk kehidupan kita sehari-hari tanpa di sadari, ibaratkan ia adalah sebuah penyiar(pusat) yang memancarkan gelombang (harapan) yang menuju semesta, dan dipantulkan kembali ke kehidupan, anggap saja hukum tarik-menarik.
ini seperti sugesti “Bayangkan dan Rasakan”,; “Berpura-puralah maka akan jadi Kenyataan” anggap saja itu pernah terjadi dan benar-benar terjadi/yakin,
semakin kita memahami kekuatan pikiran maka semakin mudah untuk merubah kehidupan kita menjadi lebih baik. ***hukum tarik-menarik hanya berpengaruh pada hal yang positif, ibaratkan sebuah doa yang tulus.
mohon koreksiannya Pak. Reza A.A Wattimena, jika pada tulisan saya ini ada yang salah mohon di evaluasi, terima kasih.
SukaSuka
terima kasih. Salam kenal. Saya kurang sepakat dengan the secret, karena masih menggunakan pikiran yang kuat untuk mengubah kenyataan. Ini menghasilkan tegangan dan masalah lebih besar dalam hidup kita. Lepaskan semua konsep dan pikiran, lalu kembali ke kekosongan, tempat segalanya berasal.
SukaSuka
Terima kasih Pak Reza atas pencerahannya dan juga kuliah yang hanya beberapa saat saja, bertemu dengan Anda sudah membuat saya bersemangat. Saya sedang dan akan terus berusaha untuk tidak terjebak dalam konsep ini dan itu walau pun sangat sulit memang untuk dicoba. Tentu saya tidak lupa dengan kata – kata terakhir Anda ‘Just do it’. Jika lain waktu bisa bertemu kembali, saya ingin belajar menulis dari Anda. Salam hangat dari Salatiga.
SukaSuka
terima kasih evalusinya pak. saya senang bapak membalas komentar saya,
tetapi dalam konsep penulisan tentang “pikiran” yang bapak tulis itu hampir memimiliki inti yang sama dengan the secret, 13 wasiat terllarang(ippho santosa), 7keajaiban rezeki(ippho santosa), semua kesimpulan yang dapat saya ambil dari buku tersebut termasuk artikel bapak yang diatas terutama tentang “pikiran” hampir-hampir persis, termasuk imanuel kant mengemukakan banyak pendapatnya di buku the secret yaitu banyak keajaiban serta kekuatan besar yang dimiliki pikiran manusia. bukan saya terpengaruh dan hanyut pada buku tersebut, saya hanya mengambil yang positifnya saja, hanya untuk menambah wawasan saya, saya pernah mencoba mempelajari dan mempraktekan tentang isi dari the secret, kemudian saya menerima hasilnya, memang hasilnnya itu hampir menyerupai apa yang saya harapkan/belum sempurna, tetapi saya tetap bersyukur. entah kenapa dikemudian hari saya terus mendapat buku yang menarik dimata saya, itu adalah buku karya ippho santosa, saya secara tidak senganja atau mungkin hanya kebetulan saja. dan yang kali ini yang mungkin hanya kebetulan atau entah apa saya bisa kesasar di sebuah situs yang menurut saya begitu menarik, itu adalah situs anda bapak Reza, apakah ini hukum tarik menarik atau entah apalah, yang penting saya tetap terus bersyukur dengan apa yang saya punya sekarang,. mungkin setiap keunikan yang dimiliki manusia membuat kertetariakan untuk orang lain, dan membuatnya jadi beraneka ragam dan saling melengkapi yang justru jauh dari ke-samaan yang membuat jadi kesempuraan. terimakasih kembali pak, salam. 🙂
SukaSuka
Salam, terima kasih. PIkiran memang sumber dari segala sesuatu. Maka, gunakan pikiran untuk tujuan-tujuan baik, seperti membantu orang lain. Lakukan hal tersebut secara konsisten, maka hal-hal baik pasti akan tercipta. Satu-satunya hukum abadi di alam ini adalah hukum sebab akibat. Salam.
SukaSuka
Sama2 Okta. Senang juga bisa berjumpa dengan kawan2 dari UKSW. Terus latihan untuk menggunakan konsep seperlunya saja. Sisanya just do it! Salam dan sampai jumpa.
SukaSuka
Reblogged this on wayno.wordpress.com.
SukaSuka
Saya sedikit bingung dengan penjelasan Pak Reza,.
Bahwa pikiran itu sumber segalanya..
Mau tanya Pak.
Pikiran itu sumbernya dari mana.?
Bukankah pikiran ataupun ide itu berasal dari apa yg kita lihat, atau berasal dari materi yg kita lihat..?
Mohon penjelasannya Pak..
SukaSuka
Pikiran menciptakan benda, baik, buruk, waktu, ruang dan segalanya.. semua materi yang kita lihat dan definisikan juga berasal dari pikiran…
SukaSuka