Aku dan Waktu

frontiergroup.info
frontiergroup.info

Oleh Reza A.A Wattimena

Dosen di Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya, sedang di Jerman

Banyak orang yang hidupnya dikejar oleh waktu. Mereka membuat rencana yang detil pada hidupnya. Pada usia tertentu, misalnya, mereka sudah harus selesai kuliah. Pada usia yang lainnya, mereka sudah harus punya pacar, dan sebagainya.

Ketika rencana tidak sejalan dengan kenyataan, mereka lalu kecewa. Mereka mulai membandingkan keadaan yang mereka alami dan keadaan yang mereka rencanakan. Dari perbandingan lalu muncul kesedihan. Kesedihan menjadi akar dari depresi, stress dan berbagai penderitaan batin lainnya.

Hal ini khususnya dialami oleh banyak perempuan. Mereka membuat rencana yang detil dalam hidupya. Pada usia tertentu, mereka merasa harus sudah punya pasangan. Dan beberapa tahun berikutnya, mereka berencana untuk segera menikah.

Setelah menikah, mereka juga segera langsung berencana punya anak. Semua sudah terpeta dan terencana. Namun, sayangnya, hidup selalu berkelit dari rencana. Ketika rencana dan kenyataan tak berjalan seiring, kekecewaan dan kesedihan pun datang melanda.

Semua rencana ini biasanya lahir dari tuntutan sosial. Orang tua dan masyarakat sekitar menginginkan kita untuk hidup sesuai dengan nilai dan pola yang telah mereka buat. Kita pun kemudian melihat nilai dan pola itu sebagai bagian dari diri dan identitas kita sebagai manusia. Ketika hidup kita tidak sejalan dengan nilai dan pola yang ditetapkan masyarakat, kita lalu dianggap sebagai orang yang aneh, bahkan kriminal. Lanjutkan membaca Aku dan Waktu

Otak, Pikiran, dan Kebebasan Kita

http://thebeautifulbrain.com
http://thebeautifulbrain.com

Oleh Reza A.A Wattimena

Dosen Fakultas Filsafat, UNIKA Widya Mandala Surabaya

Apakah kita ini bebas? Apakah kebebasan kita hanya sekedar ilusi? Para filsuf telah lama berdebat soal ini. Penelitian terbaru di bidang neurosains (neuroscience) membuktikan, seperti diyakini oleh beberapa ilmuwan besar abad ini, bahwa kehendak bebas adalah suatu ilusi. (Nahmias, Is Neuroscience the Death of Free Will?, 2011)

Duduk Permasalahan

Pada 2002 lalu seperti dikutip oleh Nahmias, Daniel Wegner, seorang psikolog, menyatakan begini, “Seolah bahwa kita ini adalah agen. Tampaknya kita menyebabkan hal-hal yang kita lakukan… namun cukup menyadarkan kita dan amatlah akurat untuk menyebut ini semua sebagai ilusi.” Di tempat lain seorang ahli neurosains terkemuka, Patrick Haggard, menyatakan, “Kita jelas tidak memiliki kehendak bebas. Tidak dalam arti yang kita pikir.” Di bidang yang sama, Sam Harris bilang begini, “Tampaknya anda memang adalah seorang agen yang bertindak sesuai dengan kehendak bebas anda. Masalahnya adalah bahwa sudut pandang ini tidak dapat berjalan bareng tentang apa yang kami ketahui soal otak manusia.” Lanjutkan membaca Otak, Pikiran, dan Kebebasan Kita

Kemerdekaan Pikiran

freedomideas.com

Oleh Reza A.A Wattimena

Sudah 60 tahun lebih, bangsa ini merdeka. Namun secara politik dan ekonomi, bangsa ini sama sekali belum merdeka. Korupsi menggerogoti sistem politik yang ada. Ekonomi dikuasai oleh segelintir orang yang rakus kuasa dan harta. Keadilan sosial masih jauh dari nyata.

Ini semua terjadi karena bangsa kita masih terjajah dalam soal cara berpikir. Banyak orang hidup dengan sikap patuh buta pada ajaran moral tradisional yang tak lagi relevan. Banyak pula orang hidup dijajah oleh sikap rakus dirinya sendiri yang tak mempertimbangkan situasi. Yang sungguh kita butuhkan sekarang ini bukan hanya kemerdekaan politik, namun juga kemerdekaan cara berpikir. Lanjutkan membaca Kemerdekaan Pikiran

Filsafat, Tubuh, dan Pornografi

http://www.arthit.ru

Narasi Diskusi 2 April 2011

Oleh: Reza A.A Wattimena[1]

Rencana tak berjalan mulus. Beberapa peserta tampak kebingungan soal jadwal. Jadwal yang tertera di undangan dan brosur berbeda. Panitia pun tampak kebingungan.

Akhirnya diskusi Tubuh dan Pornografi dimulai pada pk. 10.00 tepat di Gedung A 303, Kampus Dinoyo UNIKA Widya Mandala Surabaya. David Jones berperan sebagai moderator, dan memberikan beberapa kata pengantar. Reza A.A Wattimena maju, dan memulai presentasinya. Diskusi Tubuh dan Pornografi yang diselenggarakan Fakultas Filsafat UNIKA Widya Mandala Surabaya pun dimulai pk. 10.05.[2] Lanjutkan membaca Filsafat, Tubuh, dan Pornografi