
Oleh Reza A.A Wattimena
Dosen di Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya, sedang di München, Jerman
Orang beragama menyebutnya sebagai “Tuhan”. Para seniman menyebutnya sebagai “Keindahan” yang bisa diekspresikan melalui berbagai karya. Para ilmuwan menyebutnya sebagai “Kebenaran” yang bisa didekati dengan berbagai metode. Para filsuf Yunani Kuno melihatnya sebagai “Logos“. Kata ini memiliki beberapa arti, yakni bahasa, roh atau akal budi.
Ada berbagai kata untuk hal ini. Saya menyebutnya sebagai “apa yang terpenting.” Ia terungkap dan bisa didekati dengan berbagai cara dan dari berbagai bidang. Ia menjadi pusat dari apa yang sesungguhnya kita cari dalam hidup. Namun, seringkali kita lupa akan hal ini.
“Apa yang terpenting” ini tertanam di berbagai bidang. Ia juga terungkap di berbagai media. Sebuah karya, apapun bentuknya, entah itu sebuah lukisan, musik, bangunan, atau tulisan, jika berhasil menangkap satu bagian kecil dari “apa yang terpenting”, maka akan menciptakan rasa getar dan kagum dari orang yang melihatnya. Tremendum et Fascinosum, kata Rudolf Otto. Lanjutkan membaca Logos dan “Apa yang Terpenting”