Agama dan Transformasi Kesadaran

transformation-pop-surrealism-printsOleh Reza A.A Wattimena

Saya menerima beberapa email dari teman. Mereka menanyakan, bagaimana kaitan antara teori transformasi kesadaran dan agama. Kebetulan, saya pernah melakukan penelitian mendalam soal agama. Itu tertuang di dalam buku terbitan Kanisius 2019 lalu dengan judul: Untuk Semua yang Beragama, Agama dalam Pelukan Politik, Filsafat dan Spiritualitas. Jika tertarik, bisa dicari di berbagai toko online yang ada.

Agama

Agama adalah institusi buatan manusia. Agama bukanlah tuhan. Agama dimulai dari pengalaman pencerahan yang dialami satu orang pribadi. Lalu, dari orang tersebut lahirlah kelompok yang ingin melestarikan serta menyebarkan ajaran yang ada.

Karena hasil karya manusia, agama juga penuh dengan pertarungan politik. Ada kerakusan di sana. Ada kebohongan dan tipu muslihat di dalamnya. Di Indonesia, kita sudah sering melihat, bagaimana agama membusuk, karena ditunggangi kepentingan politik dan ekonomi yang merusak.

Agama juga berubah. Ia muncul di suatu waktu dan satu tempat. Ia menyebar ke berbagai daerah. Pada satu titik, agama pun akan punah, dan digantikan dengan bentuk agama lainnya.

Agama memberi tatanan. Agama menyediakan keteraturan bagi hidup manusia. Hidup pribadi dan hidup bersama mendapatkan keuntungan dari keteraturan tersebut. Ini hanya terjadi, jika agama menjadi agama pencerahan.

Agama juga menarik manusia dari kesepian. Agama mengikat manusia ke dalam satu komunitas yang saling menguatkan. Namun, ada kelemahan mendasar disini. Agama juga kerap kali menindas kebebasan nurani dan kebebasan berpikir manusia.

Teori Transformasi Kesadaran

Teori transformasi kesadaran berpijak pada filsafat Eropa, filsafat Asia dan neurosains. Ia membawa manusia dari kesadaran yang sempit menuju kesadaran kosmik, bahkan lebih. Teori ini bergerak dari kesadaran egoistik menjadi kesadaran yang tak berbentuk, dan sepenuhnya terbuka. Puncaknya adalah kekosongan yang merupakan hakekat terdalam dari segala yang ada.

Tingkat kesadaran manusia menentukan mutu hidupnya. Persepsinya tentang dunia tergantung pada tingkat kesadarannya. Begitu pula cara berpikir dan merasa yang ia miliki. Pada tingkat akhir, semua ini akan mempengaruhi mutu perilaku maupun tindakan manusia di dalam keseharian, serta keadaan masyarakat secara keseluruhan.

Detil dari teori transformasi kesadaran bisa dilihat di website www.rumahfilsafat.com . Bisa juga digoogle langsung untuk memperoleh beragam pilihan sumber. Tingkat kesadaran paling rendah adalah kesadaran distingtif-dualistik. Tingkat kedua dan ketiga, yang relevan untuk kita, adalah kesadaran immersif dan kesadaran holistik-kosmik. Tingkat keempat adalah kesadaran meditatif, dan tingkat kelima adalah kesadaran kekosongan.

Agama dan Transformasi Kesadaran

Para penganut agama juga harus mengalami transformasi kesadaran. Agama dengan kesadaran rendah akan menjadi agama penindas. Umat beragama akan diperbodoh. Ibadah agama tersebut akan merusak ketenangan bersama, dan diskriminasi, intoleransi dan intimidasi akan terus terjadi.

Sebaliknya, jika para penganut agama mampu melakukan transformasi kesadaran (menuju kesadaran immersif atau bahkan kosmik-holistik), maka mutu hidup beragama akan berubah. Agama menjadi pencerah dan pembebas manusia. Ibadah akan menjadi indah serta inspiratif. Penghormatan terhadap semua bentuk kehidupan akan terjadi, baik itu hewan, tumbuhan maupun mahluk planet lain.

Transformasi kesadaran akan mengubah cara berpikir dan merasa. Tindakan dan perilaku keseharian pun akan berubah. Kejernihan dan kedamaian akan hadir. Jangan ditunda lagi. Lakukanlah transformasi kesadaran, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu.

Diterbitkan oleh

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Transformasi Kesadaran dan Teori Tipologi Agama. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023) dan berbagai karya lainnya. Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.