Buku Terbaru: Memaknai Digitalitas, Sebuah Filsafat Dunia Digital

IMG-20230323-WA0001Karya Reza A.A Wattimena

Pengantar oleh F. Budi Hardiman

Bisa dipesan langsung ke

CSO:
082237478080, (0274)588783 psw 294
Email: cso@kanisiusmedia.co.id

“Dunia digital memiliki ciri unik:  apapun yang ia sentuh akan kehilangan nilainya.”

Satoru Iwata

Cukup berkata “buka!”, supaya toilet itu membuka alasnya. Tak perlu tangan untuk membukanya. Hanya kata, dan suara. Algoritma dari toilet cerdas (smart toilet) tersebut akan langsung menangkapnya, dan menjalankan operasi yang diinginkan.[1]

Sambil menunggu kotoran dari perut dan saluran kencing keluar, toilet cerdas itu akan menganjurkan beberapa hiburan. Ada berita hari ini. Ada laporan cuaca. Ada musik, supaya kegiatan buang air menjadi menyenangkan.

Kita juga bisa mengontak teman atau keluarga, sambil menunggu kotoran keluar. Hanya perlu kata dan perintah, supaya algoritma bekerja. Jangan lupa, tata cahaya pun bisa diatur. Semua dilakukan demi memberikan pengalaman buang air yang membahagiakan.

Temperatur ruangan pun bisa diatur. Mau agak dingin, supaya kencing lancar? Bisa, cukup memberikan perintah pada si toilet cerdas. Jangan lupa, semua data aktivitas kita di toilet cerdas terekam dengan cermat di cloud (tempat penyimpanan data virtual).

Vagina Publik

Mau punya anak, namun sulit menentukan masa subur? Sudah ada teknologi untuk itu. Sepotong alat yang dimasukkan ke dalam vagina. Tidak hanya kesuburan yang bisa ditentukan, tetapi juga kesehatan vagina anda.

Data yang diperoleh langsung dikirim ke dokter pilihan anda. Dokter akan melakukan analisis. Diagnosis diberikan. Lalu, terapi dan obat pun bisa segera dilakukan, sesuai keperluan.

Tidak hanya dokter yang memperoleh data tentang vagina anda. Perusahaan asuransi, bahkan pemerintah, pun juga mendapatkannya. Ini untuk kepentingan penentuan premi asuransi yang harus anda bayar. Jangan lupa, semua data tentang vagina anda kini menjadi bagian dari data publik. Ia terekam dengan detil di dalam cloud.

IMG_20230318_110216

Rekomendasi Gaya Bercinta

Tak hanya toilet dan alat vagina yang cerdas. Kamar tidur anda pun bisa menjadi cerdas. Kegiatan bercinta bersama pasangan kini tidak lagi menjadi rahasia. Algoritma siap merekam, dan memberikan saran yang diperlukan.

Desahan anda dan pasangan anda direkam. Lama bercinta juga menjadi catatan. Mungkin, tempat tidur mesti diganti, supaya kegiatan bercinta menjadi lebih nikmat. Tata cahaya dan suhu ruangan tentu menjadi pertimbangan penting.

Jika semuanya sudah lengkap, maka analisis akan dilakukan dengan menggunakan algoritma tertentu. Rekomendasi pun diberikan. Pola yang sama terjadi. Semua data tersebut akan disimpan di cloud.

Revolusi Digital

Semua hal di atas, dan banyak lagi, menjadi mungkin, karena revolusi digital. Ini revolusi yang dipicu dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat. Hidup manusia tak lagi bisa dipisahkan dari mesin. Dari pola produksi sampai gaya bercinta, semua terhubung secara virtual dengan komputer.

Revolusi digital dimulai sejak dekade 1980-an, ketika komputer menjadi barang publik. Ia tidak lagi hanya digunakan oleh institusi besar ataupun negara. Semua orang bisa memilikinya, asal sanggup membayar. IBM dan Apple berdiri sebagai pionir.

Ini adalah revolusi peradaban yang ketiga. Ia memuncak di dalam tiga hal, yakni meluasnya pengguna ponsel cerdas, berkembangnya energi terbarukan (angin, matahari) dan lahirnya kecerdasan buatan yang memungkinkan berkembangnya model transportasi yang baru (mobil tanpa pengemudi). Kita semua menjadi saksi dari revolusi ini.

Revolusi Peradaban

Revolusi peradaban manusia dipicu oleh tiga hal. Yang pertama adalah berkembangnya pola komunikasi yang baru. Yang kedua adalah ditemukannya sumber energi yang baru. Yang ketiga adalah berubahnya pola transportasi manusia.

Dunia sudah mengalami dua revolusi peradaban. Yang pertama adalah revolusi yang dipicu oleh berkembangnya telepon, ditemukannya energi batu bara dan dibangunnya jaringan rel kereta api secara luas. Ini mengubah wajah peradaban manusia dengan amat drastis.

Yang kedua adalah dengan meluasnya penggunaan telepon, ditemukannya minyak sebagai sumber energi dan hadirnya mobil (dengan teknologi pembakaran) sebagai alat tranportasi. Hidup manusia menjadi begitu cepat. Dunia menjadi terhubung sedemikian rupa, sehingga mulai muncul kesadaran akan kesatuan. Segalanya pun berubah.

Untuk Apa?

Kita sedang hidup di masa puncak dari revolusi digital. Dalam banyak hal, Indonesia mungkin ketinggalan, karena terus hidup di bawah bayang-bayang pola pikir dogmatis. Alhasil, kita pun menjadi obyek dari perkembangan teknologi. Secara umum, ada empat hal yang kiranya harus terus ditanggapi secara kritis.

Pertama, kita menjadi obyek dari pemasaran total. Dengan data-data yang ada di cloud, komputer memiliki gambaran tentang perilaku maupun kebiasaan kita. Bisa dibilang, ia memahami diri kita, lebih dari kita memahami diri sendiri. Data-data tersebut dijual, dan biasanya digunakan untuk kepentingan pemasaran.

Dua, negara pun tak mau kalah. Data-data yang ada digunakan untuk kepentingan pengawasan. Ini berguna untuk deteksi terorisme, ataupun ancaman keamanan lainnya. Kemungkinan penyalahgunaan juga besar, misalnya menangkap orang-orang yang berbeda aliran politik dengan penguasa, dan sebagainya.

Tiga, perusahaan asuransi amat diuntungkan dengan data-data ini. Mereka bisa menentukan premi asuransi dengan detil. Jangan heran, jika tiba-tiba premi asuransi anda meningkat, tanpa ada alasan yang jelas. Di Indonesia, minimal, gaya hidup kita dipantau dekat oleh ponsel cerdas yang kita gunakan.

Empat, dunia medis pun mengalami perubahan besar. Data-data yang diperoleh bisa segera diperoleh oleh tenaga kesehatan terkait. Terapi dan obat bisa dilakukan serta dikirimkan dengan begitu cepat. Dalam hal ini, perubahan tentu mengarah pada kebaikan.

Hidup manusia berubah menjadi semakin digital. Kita pun menjadi cyborg, yakni separuh manusia dan separuh mesin. Pertanyaan kecil, namun penting, pun muncul. Dimana batasnya?

Memaknai Digitalitas

Buku ini pun ditulis di masa revolusi digital, juga dengan menggunakan teknologi yang berkembang darinya. Dari bekerja sampai mencari cinta, kita bekerja dengan gawai yang terhubung dengan dunia digital. Dalam arti ini, dunia digital adalah dunia yang terbentuk dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Ia ditopang oleh algoritma, infrastruktur fisik dan digit yang meresap ke dalam seluruh penjuru alam digital.

Karena baru dan mengubah hidup manusia secara mendasar, ia perlu dimaknai secara baru. Itulah tujuan buku ini. Kita akan berjumpa dengan para pemikir dan aliran filsafat besar di dalam sejarah, guna menimba kebijaksanaan dari mereka. Pada titik akhir, harapannya, kebijaksanaan bisa tumbuh di dalam masa digital ini.

Buku ini juga menjadi penting, karena digitalitas (hidup digital) membawa banyak masalah bagi hidup manusia. Tentu saja, ada sumbangan besar bagi hidup manusia. Pengetahuan bisa didapat dengan begitu mudah dan murah. Manusia pun kini terhubung dengan begitu dekat, melampaui ruang dan waktu yang memisahkan mereka.

Namun, bersamaan dengan dunia itu, pengetahuan pun menjadi tak berharga, persis karena ia begitu murah dan mudah untuk didapat. Kedangkalan peradaban pun menjadi buahnya. Orang kehilangan kemampuan berpikir kritis dan mendalam tentang berbagai hal. Kebohongan dan perpecahan pun tersebar luas, berkat revolusi digital yang begitu cepat terjadi.

Di tengah keadaan itu, pemaknaan baru amat diperlukan. Disinilah peran filsafat menjadi penting. Dalam arti ini, filsafat adalah ilmu yang menyediakan arah bagi manusia (Orientierungswissenschaft). Di tengah kebingungan, akibat perubahan yang begitu cepat terjadi, filsafat menyediakan prinsip-prinsip yang membuat hidup manusia tetap seimbang.

Di Indonesia, buku semacam ini belum pernah ditulis. Kebijaksanaan filsafat Asia (Zen dan Nagarjuna) maupun Eropa (Kant, Marx, Nietzsche, Stoa, Panpsikisme dan Neurofilosofi) dijadikan bahan pembelajaran yang mendalam dan bermakna. Buku ini bisa dilihat sebagai kelanjutan dari buku yang ditulis oleh F. Budi Hardiman dengan judul Aku Klik Maka Aku Ada: Manusia di dalam Revolusi Digital.[2] Dalam konteks yang lebih luas, buku ini juga merupakan kelanjutan dari karya-karya saya sebelumnya, yakni Filsafat Sebagai Revolusi Hidup (2015), Protopia Philosophia (2019) dan Filsafat untuk Kehidupan (2022).

Saya memberikan delapan kuliah umum pada 2022 ini di Kelas Filsafat, Komunitas Salihara Jakarta, sehingga bisa memiliki kesempatan untuk menyelesaikan buku ini. Terima kasih atas dukungan dan kerja sama yang diberikan. Buku ini berpijak pada begitu banyak aliran filsafat yang sudah ada sebelumnya. Penjelasan soal sumber akan diberikan secara detil pada catatan kaki, dan keterangan di setiap akhir bab buku.

Pada akhirnya, buku ini ditujukan untuk para warga digital yang hidup di dalam dunia digital, para pembuat kebijakan dan pemerhati masalah sosial, supaya bisa mengembangkan wawasan pemikiran yang sudah ada. Semoga menemukan pencerahan.

Reza A.A Wattimena

Mei 2022, Ubud, Bali

[1] Bagian prolog dan epilog merupakan tulisan yang telah dimuat di http://www.rumahfilsafat.com

[2] LIhat (Hardiman, 2021) dan (Wattimena, 2021)

Diterbitkan oleh

Reza A.A Wattimena

Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022) dan berbagai karya lainnya.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.