Oleh Reza A.A Wattimena
Batin yang resah adalah duri di dalam daging kehidupan. Batin mengkerut, sehingga keseharian menjadi muram. Resah tak berarti derita yang menerkam jiwa. Ia cukup adalah suara-suara fals di dalam ciutan burung di pagi hari. Ia membuat nafas menjadi tak leluasa, dan hidup lebih tak gembira.
Di tangan Siddharta Gautama, resah dan derita menjadi obyek kajian yang sangat mendalam. Ia pun menawarkan jalan untuk memadamkannya selamanya. Di tangan Nagarjuna, jalan pemadaman tersebut menjadi begitu indah dan elegan secara filosofis. Resah pun diubah secara mendasar menjadi jalan menuju Sunyata, yakni kekosongan maha luas yang menjadi inti dari segala yang ada.
Di tangan Bodhidharma, segala konsep dan rumusan padam. Hidup menjadi sempurna sebagaimana adanya dari saat ke saat. Mari kita belajar dari mereka, supaya kita bisa menjadikan resah sebagai teman setia menuju hidup yang bijaksana.
Klik utk mendaftar https://bit.ly/PlatonAcademy