Manusia, Ideologi, dan Korupsi

koruptor

Oleh: REZA A.A WATTIMENA

Di dalam hidup selalu ada jarak antara apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan. Jarak itu tak terhindarkan. Tidak ada satu pun manusia yang sungguh hidup sesuai dengan yang dikatakan. Juga tidak ada satu pun hal yang diciptakan sesuai dengan apa yang direncanakan.

Jarak itu rupanya adalah suatu keniscayaan. Sekali lagi ia tak terhindarkan. Ia keluar dari kerapuhan jiwa manusia yang selalu dirundung pertanyaan. Namun ia juga bisa merupakan tanda kekuatan manusia yang justru terbentuk di dalam ketidaksempurnaan.

Jarak itu disebut sebagai ideologi. (Žižek) Ideologi adalah segala sesuatu yang beroperasi di bawah kesadaran diri. Termasuk di dalamnya adalah aturan-aturan yang tak terkatakan, dan praktek-praktek yang tidak direncanakan, namun berjalan. Ideologi adalah suatu misteri yang tak diakui, karena ia memang tersembunyi di balik kesadaran diri.

Ragam Ideologi

Di dalam salah satu presentasinya, Žižek memberikan beberapa contoh ideologi yang beroperasi di masyarakat. Pertama, masyarakat global adalah masyarakat yang permisif. Segala sesuatu diperbolehkan atas nama otonomi individu. Ini adalah yang terkatakan di dalam kehidupan sehari-hari, dan tercantum rapi di dalam susunan hukum.

Namun ada jarak yang tak terhindarkan antara apa yang terkatakan dan apa yang terlaksana. Masyarakat global justru dikepung oleh beragam aturan, dari hal besar sampai hal yang paling tak masuk akal. Aturan tersebut dirumuskan justru untuk menjamin kebebasan. Inilah paradoks ideologi yakni ketika kebebasan justru ingin dijunjung di dalam kepungan aturan dan hukum yang mencekik.

Dua, Žižek juga berbicara soal toilet. Perilaku orang di toilet dapat menentukan pola pikir dan pandangan dunianya. Orang Jerman memiliki tradisi untuk berkontemplasi di hadapan fesesnya. Ciri ini menandakan karakter kontemplatif yang memang menjadi ciri dasar bangsa Jerman.

Orang Perancis cenderung menolak menghadapi feses. Feses haruslah dilenyapkan. Feses haruslah segera hilang dari pandangan. Ini menunjukkan karakter revolusioner dan gemar berubah yang memang menjadi ciri dasar dari orang-orang Perancis. (Žižek)

Orang Amerika dan Inggris menenggelamkan feses mereka di dalam air. Mereka tidak sudi mencium bau feses mereka sendiri. Mereka ingin segala sesuatu cepat dan tepat dikerjakan. Ini menandakan karakter pragmatis yang menjadi ciri dasar orang Amerika dan Inggris.

Perilaku orang di toilet mencerminkan sesuatu yang berada di balik kesadarannya. Inilah yang disebut Žižek sebagai ideologi. Teknologi dan modernitas tidak menumpulkan ideologi, tetapi hanya menyelubunginya dengan peralatan. Ideologi terkait erat dengan unsur ketidaksadaran manusia yang terwujud nyata dalam jarak antara kata dan fakta.

Ideologi dan Korupsi

Kerumitan segala ilmu akan berujung pada satu pertanyaan dasar, siapakah itu manusia? Dalam pandangan Žižek manusia adalah subyek yang memiliki ekses. Dia adalah subyek yang selalu memiliki sampah yang tersisa dari perilaku maupun pikirannya. Sampah sisa itu yang melahirkan ketidaksadaran, dan ketidaksadaran adalah awal dari ideologi.

Korupsi adalah suatu bentuk ideologi di Indonesia. Korupsi menjaga jarak dari kesadaran, dan berubah menjadi perilaku tak sadar yang berada di remang-remang hukum maupun aturan. Korupsi bermain di sela-sela buih moralitas dan legalitas hukum. Itu yang membuatnya selalu lolos dari keduanya.

Banalitas muncul dari kebiasaan. Kebiasaan identik dengan ketidaksadaran. Maka banalitas adalah suatu ideologi. Ia membentuk jurang antara kata dan fakta, antara tindakan dan pikiran, serta antara yang terkatakan dan yang terlaksana.

Ideologi bisa disadari walaupun tidak sepenuhnya. Radikalitas adalah obat untuk menyadarkan ideologi. Radikalitas terbentuk dalam pikir dan tindakan yang membongkar sampai ke akar semua fenomena yang ada. Radikalitas menolak ritual dan formalitas yang mewarnai masyarakat kita.

Namun harus terus disadari, manusia adalah mahluk yang bersisa. Ia memiliki sampah baik material maupun eksistensial. Sampah eksistensial tersebut adalah ideologi yang beroperasi di remang-remang kesadaran, di sela-sela tata normatif. Maka ideologi tak pernah sepenuhnya disadari.

Dalam kosa kata Žižek, ideologi akan menggiring manusia pada the real itu sendiri. The real yang tanpa ragu memutus manusia dari rantai rutinitas. The real yang traumatis dan menyedihkan, namun sekaligus menyadarkan kita dari keterlenaan. Ideologi adalah keterlenaan. Korupsi pun adalah keterlenaan. Sudah saatnya kita bangun.***

Gambar dari http://maulanusantara.files.wordpress.com/2009/12/koruptor.jpg

Penulis

Reza A.A Wattimena

Pengajar Fakultas Filsafat Universitas Widya Mandala, Surabaya


Diterbitkan oleh

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Transformasi Kesadaran dan Teori Tipologi Agama. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023) dan berbagai karya lainnya. Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

2 tanggapan untuk “Manusia, Ideologi, dan Korupsi”

  1. Ideologi sejati adalah kerangka mental mendasar yang kita miliki tetang dunia. Ideologi sejati mengalahkan semua kata-kata yang keluar dari mulut, karena ideologi sejati bicara dalam tindakan. Menanggapi tulisan ini kita sepertinya harus mengakui bahwa melampaui beragama ideologi yang kita akui di Indonesia, kebanyakan orang Indonesia sejatinya menganut ideologi korupsi-isme.

    Maka perang melawan korupsi adalah perang melawan ideologi sejati masyarakat kita. Jika benar demikian adanya, sepertinya yang kita butuhkan bukan perang melawan korupsi. Mungkin….yang kita butuhkan adalah melahirkan budaya dan definisi baru tentang Indonesia……Entah….

    Suka

  2. zizek pernah menulis ideologi adalah sesuatu yang tidak disadari oleh orang,namun ia terus melakukannya… Dalam arti ini benar, bahwa korupsiisme adalah suatu ideologi di INdonesia…Indonesia memang perlu didefinisikan ulang… jika perlu pecah jika itu memang yang terbaik… saya sedih melihat kawan2 dipapua… tampaknya mereka akan memisahkan diri, jika pemerintah kita tidak cukup tanggap…

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.