Oleh Reza A.A Wattimena, Dosen Hubungan Internasional, Universitas Presiden, Cikarang
One of the negative effects of the development of science and technology is the destruction of natural ecosystem. This happens, because of the inefficient use of energy, and the method of its extraction, in various areas of modern life. The existence of megacities, such as Jakarta, the capital city of Indonesia, contributes to these problems. One of possible solutions for this is the discourse of ecocity as an alternative model for the future in the context of urban planning. The essence of this discourse is nature as metaphysical foundation and standard measures. This concept will be translated in various factors, such as humane city environment, universal accessibility of the city, efficient use of energy and environmental friendly urban planning. This writing will try to see the possibility to apply the principles of ecocity to Jakarta.
Salah satu sisi negatif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kehancuran dari alam. Ini terjadi, karena penggunaan energi yang tidak efisien, juga di dalam cara untuk menemukannya, di dalam berbagai segi kehidupan modern. Kehadiran berbagai kota besar, seperti Jakarta, ibu kota Indonesia, juga menyumbang di dalam permasalahan ini. Salah satu jalan keluar yang mungkin adalah dengan memperhatikan wacana tentang ecocity sebagai model alternatif bagi tata kota di masa depan. Inti dari wacana ini adalah alam sebagai dasar metafisis sekaligus ukuran. Inti ini nantinya akan diterjemahkan ke berbagai bentuk, seperti lingkungan kota yang manusiawi, akses universal bagi kota tersebut, penggunaan energi yang efisien dan perencanaan kota yang ramah lingkungan. Tulisan ini akan mencoba melihat kemungkinan penerapan prinsip-prinsip ecocity untuk Jakarta.
Bisa didapatkan di Universitas Atma Jaya, Jakarta, Jl. Jend. Sudirman No.51, RT.5/RW.4, Karet Semanggi, Setia Budi, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12930, Indonesia, +62 21 5727615