
Oleh Reza A.A Wattimena
Kita memang hidup di dunia yang menarik. Banyak hal justru semakin diminati, karena ia kehilangan isi utamanya. Misalnya; bir tanpa alkohol, kopi tanpa kafein, sekolah tanpa pendidikan, hubungan percintaan tanpa komitmen, dan, yang paling menarik, pemimpin tanpa kepemimpinan. Semuanya adalah kerangka tanpa isi, namun justru menjadi gejala umum yang banyak terjadi di masyarakat kita. Tentu saja, dampaknya juga beragam.
Pemimpin adalah jabatan formal. Biasanya, orang menyebutnya sebagai manajer, bos atau direktur. Kepemimpinan adalah isi utama dari seorang pemimpin, termasuk nilai-nilai yang ia miliki di dalam membuat keputusan. Pemimpin tanpa kepemimpinan sama seperti sekolah tanpa pendidikan, itu tak berguna, dan justru menghambat perkembangan.
Di Indonesia, berulang kali, saya menyaksikan sendiri hadirnya sosok pemimpin tanpa kepemimpinan. Orang memegang jabatan tinggi di berbagai organisasi, baik itu pemerintah, bisnis ataupun institusi pendidikan tinggi, namun tak memiliki nilai-nilai kepemimpinan. Biasanya, mereka menduduki jabatan tinggi itu bukanlah karena prestasi yang baik, melainkan karena politik menjilat yang mereka lakukan dengan gencar kepada pemimpin sebelumnya.
Apa saja yang merupakan nila-nilai dasar kepemimpinan? Saya melihat tiga hal mendasar. Pertama, seorang pemimpin harus memiliki jiwa ksatria. Ia berani berkorban untuk orang-orang yang ia pimpin, demi kebaikan bersama seluruh organisasi, dan masyarakat luas. Tanpa sikap ini, seorang pemimpin akan jatuh menjadi pengecut kerdil yang mengancam keberadaan seluruh organisasi.
Dua, seorang pemimpin sejati perlu memiliki dua hal, yakni visi panjang ke depan yang terumuskan secara baik dalam strategi jangka panjang, serta sikap pragmatis untuk mewujudkan visi tersebut secara nyata dan bertahap dalam kerja sehari-hari. Tanpa visi yang jelas, kebijakan sehari-hari menjadi tanpa arah. Tanpa sikap pragmatis, visi yang dicantumkan hanya menjadi mimpi semata. Keduanya terjadi, ketika seorang pemimpin tidak memiliki nilai-nilai kepemimpinan.
Tiga, sikap ilmiah juga merupakan unsur penting dalam kepemimpinan. Ada dua sikap ilmiah dasar, yakni sikap kritis dan keberanian menguji ide-ide baru. Sikap kritis berarti kemauan untuk mempertanyakan setiap informasi yang ada, sehingga orang tidak menggunakan fitnah dan gosip sebagai dasar pembuatan keputusan. Keberanian menguji ide-ide baru berarti keberanian bereksperimen untuk menemukan cara yang paling tepat, guna mengembangkan organisasi.
Pada akhirnya, seorang pemimpin sejati, yakni pemimpin yang memiliki nilai-nilai kepemimpinan, harus bisa menyebarkan inspirasi ke lingkungan sekitarnya, dan masyarakat luas. Inspirasi itu lalu melahirkan beragam kepemimpinan baru di berbagai tingkat kehidupan masyarakat. Inilah yang disebut kepemimpinan kolektif. Jika ini bisa berkembang, maka nilai-nilai kepemimpinan akan menjadi nilai-nilai bersama yang melahirkan budaya unggul dan sistem yang berkesinambungan di masyarakat.
Untuk menciptakan keadilan dan kemakmuran bersama di masyarakat, kehadiran seorang pemimpin sejati amatlah diperlukan. Sebaliknya, kehadiran para pemimpin organisasi yang tak memiliki nilai-nilai kepemimpinan bagaikan parasit yang merusak kehidupan bersama. Mereka menghisap sumber daya organisasi, namun kinerjanya amatlah rendah, dan bahkan merugikan organisasi.
Pertanyaannya, mau sampai kapan kehadiran para pemimpin parasit ini dibiarkan?
In other words…dont say yes to become a leader just because of the paycheck
SukaSuka
Menarik
SukaSuka
semoga membantu
SukaSuka
yoi… kecuali siap belajar untuk menjadi pemimpin yang sesungguhnya
SukaSuka
Super dan mencerahkan.
SukaSuka
Semoga terbantu
SukaSuka
Baru ini saya dan teman saya berfikir bahwa Pancasila menjawab pertanyaan tujuan berbangsa bernegara dan kami mencoba mencari maksud dan esensi dari setiap sila tersebut satu-persatu, menurut kami bahwa tujuan bernegara dijelaskan dalam sila ke lima, dan hal tersebut akan tercapai apabila sila ke 1 sampai 4 terpenuhi, pertanyaan yang mungkin timbul, apakah negara ini sudah dipimpin sesuai sila ke 4? 😊
SukaSuka
masih jauh mas… Pancasila masih menjadi harapan yang jauh dari kenyataan
SukaSuka
Bisa dijelaskan pak mengapa masih jauh?
SukaSuka
maksudnya?
SukaSuka
Sangat bermanfaat
SukaSuka
semoga terbantu
SukaSuka
Terima Kasih Untuk pikiran-pikiran revolusi untuk pengembagan filsafat di nusantara Indonesia.
Senang Membaca pikirn2 muliamu di rumah filsafat ini.
Tuhan Berkati.
SukaSuka
Terima kasih. Salam hangat
SukaSuka
Kenapa ada seorang yg harus memimpi. Sampai setiap suku atau suatu kelompok harus ada yg memimpin…begaimana jika dalam suatu organisasi tidak ada kepemimpinan tapi semua anggotanya berkinerja dengan baik, apakah masih bisa bertahan?
SukaSuka
Itu pandangan alternatif, dan saya sepakat sekali. Ini disebut sebagai kepemimpinan kolektif.
SukaSuka