“Religiosus Corruptus”

5a53444157cb01d54c8e75b677ebaee9Oleh Reza A.A Wattimena

Jam 7 pagi, Jakarta Timur, saya pergi mencari sarapan. Terdengar suara keras sekali di rumah ibadah terdekat. Ada orang bernyanyi-nyanyi dengan keras dalam bahasa asing. Suaranya sumbang, dan sangat menganggu lingkungan sekitar.

Kejadian ini sudah berulang. Warga sudah mengeluh, dan melapor ke pemerintah. Namun, laporan diabaikan. Pelanggaran peraturan dan gangguan ketenangan masyarakat tetap terjadi.

Ada banyak rumah ibadah dari beragam agama dekat rumah saya. Namun, hanya agama inilah yang beribadah dengan agresif. Suaranya keras, dan sangat menganggu ketenangan warga. Pemerintah juga terus mendiamkannya, walaupun sudah dilaporkan berulang kali, entah apa alasannya.

Inilah salah satu ciri agama yang membusuk. “Religiosus corruptus”. Kehadirannya merusak ketenangan dan peradaban. Di banyak negara, agama yang membusuk ini memang selalu menjadi sumber masalah utama.

Ada lima ciri “religiosus corruptus” (agama koruptif). Yang pertama, agama tersebut kehilangan kepekaan sosialnya. Ia tidak peduli pada kesejahteraan dan ketenangan hidup bersama, misalnya beribadah dengan cara-cara yang agresif. Agama koruptif pun menjadi agama yang merusak tatanan hukum, moral dan estetik masyarakat.

Dua, agama koruptif adalah agama yang tertutup. Ia hanya peduli pada kesejahteraan anggotanya. Di luar pemeluk agamanya, ia tidak peduli, atau justru ingin menghancurkan mereka. Agama koruptif menciptakan perpecahan yang mengancam peradaban manusia.

Tiga, agama koruptif juga kehilangan dimensi spiritualnya. Tidak ada pencerahan yang ditawarkan. Tidak ada kebahagiaan ataupun ilmu pengetahuan yang diajarkan. Yang ada hanya sekumpulan aturan maupun pandangan yang sudah ketinggalan jaman, dan membusuk.

Empat, karena kehilangan dimensi sosial dan spiritual, agama koruptif pun menjadi melulu formalistik. Hanya tampilan luar yang diutamakan. Cara berpakaian menjadi amat tidak kontekstual dengan keadaan budaya maupun cuaca Indonesia. Tidak hanya keindahan yang lenyap dari ruang publik, tetapi juga kecerdasan akal sehat dan kepekaan nurani.

Lima, semua itu membuat agama koruptif menjadi destruktif. Agama koruptif mendorong orang menjadi kasar, dan diskriminatif. Tak heran, di berbagai negara, agama koruptif lekat dengan gerakan terorisme dan ekstrimisme kekerasan. Agama koruptif pun ditolak kehadirannya di banyak negara.

Semua agama, sebenarnya, punya peluang menjadi agama koruptif. Hanya akal sehat dan kejernihan nurani yang menyelamatkan semua agama dari kebusukannya sendiri. Pemerintah juga mesti tegas terhadap berbagai pelanggaran hukum yang terjadi. Jika dibiarkan, kebusukan akan menyebar, seperti kanker yang membunuh manusia.

Saya merindukan Indonesia yang tenang dan nyaman. Saya merindukan Indonesia yang warganya tampan dan cantik, sesuai dengan budaya asli Indonesia yang luhur dan agung. Kita bisa belajar dari Bali soal ini. Jangan biarkan pengaruh asing yang merusak menghancurkan keluhuran bangsa kita.

===

cropped-rf-logo-done-rumah-filsafat-2-1.png

Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

Dipublikasikan oleh

avatar Tidak diketahui

Reza A.A Wattimena

Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Kesadaran, Agama dan Politik. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023), Zendemik (2024), Teori Politik Progresif Inklusif (2024), Kesadaran, Agama dan Politik (2024) dan berbagai karya lainnya. Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/

2 tanggapan untuk ““Religiosus Corruptus””

  1. Mungkin yg paling pas adalah bukan agama koruptif, tetapi oknum pemeluk agama koruptif krn pratik keagamaan yg dinilai mengganggu itu adalah hasil olah tafsir dari oknum tsb terhadap agama yg dipeluknya. Masih banyak pemeluk dari agama tersebut yg tidak mengganggu, yg peduli dengan sesama, dan
    yang membuat ketenangan.

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.