
Pendidikan Gila Gelar? Pemikiran Julian Nida-Rümelin tentang “Kegilaan Akademisasi” (Akademisierungswahn) di Uni Eropa dan Amerika Serikat serta Arti Pentingnya untuk Keadaan Indonesia
Oleh Reza A.A Wattimena
Diterbitkan di Wanua: Jurnal Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Hasanuddin Volume 3 Issue 3, December 2017
Tulisan ini ingin menjabarkan beberapa argumen penting dari Julian Nida-Rümelin terkait dengan kegilaan akademisasi yang terjadi di Amerika Serikat dan Uni Eropa, serta menunjukkan arti pentingnya bagi keadaan di Indonesia. Kegilaan akademisasi ini tampak jelas pada obsesi masyarakat luas dan pemerintah terhadap gelar akademik, serta melupakan unsur pendidikan lainnya, yakni pendidikan yang berfokus langsung pada keterampilan kerja. Ini terjadi, karena kesalahpahaman pemerintah dan masyarakat luas tentang arti pendidikan, serta kesalahpahaman tentang hubungan antara kebijakan politik pendidikan dengan keadaan ekonomi nyata di lapangan. Nida-Rümelin menawarkan analisis terhadap hal ini, sekaligus jalan keluar dari permasalahan pendidikan yang terjadi, yakni dalam bentuk pengakuan kesetaraan antara dual pendidikan keterampilan kerja di satu sisi, dan pendidikan akademik di sisi lain. Keduanya tetap didasarkan pada pandangan filosofis tentang pendidikan sebagai pengembangan kepribadian. Beberapa relevansi atas argumen ini terhadap keadaan Indonesia, beserta dengan tanggapan kritis atasnya, juga akan diberikan di dalam tulisan ini.
Silahkan download Gila Gelar, Pendidikan Nida Rümelin
Dipublikasikan oleh
Reza A.A Wattimena
Pendiri Rumah Filsafat. Pengembang Teori Kesadaran, Agama dan Politik. Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta, Doktor Filsafat dari Hochschule für Philosophie München, Philosophische Fakultät SJ München, Jerman. Beberapa karyanya: Menjadi Pemimpin Sejati (2012), Filsafat Anti Korupsi (2012), Tentang Manusia (2016), Filsafat dan Sains (2008), Zen dan Jalan Pembebasan (2017-2018), Melampaui Negara Hukum Klasik (2007), Demokrasi: Dasar dan Tantangannya (2016), Bahagia, Kenapa Tidak? (2015), Cosmopolitanism in International Relations (2018), Protopia Philosophia (2019), Memahami Hubungan Internasional Kontemporer (20019), Mendidik Manusia (2020), Untuk Semua yang Beragama (2020), Terjatuh Lalu Terbang (2020), Urban Zen (2021), Revolusi Pendidikan (2022), Filsafat untuk Kehidupan (2023), Teori Transformasi Kesadaran (2023), Teori Tipologi Agama (2023), Zendemik (2024), Teori Politik Progresif Inklusif (2024), Kesadaran, Agama dan Politik (2024) dan berbagai karya lainnya.
Rumah Filsafat kini bertopang pada Crowdfunding, yakni pendanaan dari publik yang terbuka luas dengan jumlah yang sebebasnya. Dana bisa ditransfer ke rekening pribadi saya: Rekening BCA (Bank Central Asia) 0885100231 atas nama Reza Alexander Antonius. Lebih lengkapnya lihat di https://rumahfilsafat.com/rumah-filsafat-dari-kita-untuk-kita-dan-oleh-kita-ajakan-untuk-bekerja-sama/
Lihat semua pos milik Reza A.A Wattimena
kita mengetahui, begitu banya akademis, diantara nya hanya sedikit yg bekerja tetap, belum lagi di uber2, kalau tempat kerja nya berubah ( dijual/digeser/diperkecil dsb dsb).
tetapi umum lah kalau “akademis”sbg surat jalan utk keberhasilan, walau itu hanya”impian dan bayangan dalam kepala”, bisa juga di bilang “sampah”. langkah pertama adalah”kemauan/kemampuan utk bekerja dgn segala hindaran”.
mungkin juga pandangan saya total salah. komentar hanya berdasarkan apa yg saya jalankan /alami dgn konsequent dan segala hindaran.
banya salam!!
SukaSuka
Masalahnya bagaimana kita bisa mengembalikan pola pikir Masyarakat dan Pemerintah kita kepada tujuan dasar pendidikan secara universal.
SukaSuka
Posisi akademisi memang posisi yang selalu dalam tekanan sekarang ini. Penelitian diarahkan hanya pada yang menguntungkan secara ekonomis. Ilmu-ilmu murni kehilangan pijakan dan dukungan di berbagai tempat. Salam.
SukaSuka
Melalui gerakan sosial dengan misi yang berkelanjutan terus menerus. Tidak ada jalan lain
SukaSuka
Kondisi saat ini: masyarakat terobsesi dengan gelar akademik Lupa akan makna pendidikan………..
SukaSuka
Begitulah yang terjadi..
SukaSuka